- 8 - 🏠

479 107 4
                                    

"Nanti malam kucing-kucingnya mau diambil lagi sama Tante Vanya. Tolong kamu masukin semua ke kandang ya, Ji."

"Nanti malam, Bu? Kok, mendadak? Padahal Aji baru beliin makanannya lagi kemaren, kenapa malah mau dipulangin sih, bu?"

"Emang Ibu nyuruh kamu beli?"

"Enggak, sih."

"Bukannya kamu seneng? Nanti gak perlu ngurusin lagi."

"Iya, sih. Bagus, deh."

"Ya udah. Masukin dulu, gih!"

"Huft! Tau gitu ngapain dilepas coba."

"Hush! Jawabin aja kamu."

"Iya iya. Aji masukin."

Fajri memelas. Sebenernya sangat malas mengurusi kucing-kucing itu. Setiap pagi memang kucing-kucing itu dibiarkan terlepas di sekitar rumahnya. Dan di sore hari baru kembali dimasukkan ke dalam rumah atau kandangnya.

Fajri sudah menyiapkan masker. Ia tersenyum saat memandangi anak-anak kucing yang tengah menyusu di induknya. Apa ia harus menangkapnya sekarang? Suasananya sedang tenang. Jadi gak perlu mengejar-ngejar, kan?

"Ayo, balik ke kandang!" Fajri mengambil dua anak kucing yang sedang menyusu itu sedikit paksa dengan tangan kanan dan kirinya.

Sang ibu kucing menggeliat, terbangun dari tidurnya. Dua anak kucing yang masih menyusu jadi ikut terbangun.

Meoww... Meoww...

Kucing kecil yang berada di kedua tangan Fajri meronta-ronta ingin turun dari genggamannya. Sebelum mereka terlepas, Fajri langsung memasukkannya ke dalam kandang kucing.

"Oke masih empat lagi, sabar Ji," ucapnya menyemangati diri sendiri.

Andai saja ada Fiki dan Zweitson. Pasti mereka akan sangat membantu. Siapapun tolong kirim mereka berdua kesini :)

Baru saja ia hendak mengambil kedua anaknya lagi, mereka malah pergi mengikuti sang ibu. Fajri mengikuti ketiga kucing itu. "Maennya udah, ya. Nanti malem harus balik."

Dua anak kucing itu akhirnya tertangkap juga. Fajri langsung mamasukkan lagi ke dalam kandang. Empat anak kucing sudah berhasil ditangkap, sekarang tinggal induknya.

Tunggu!

Di mana bapak kucing?

Baik, kita skip saja dulu dia.

Sepertinya Fajri harus menangkap sang ibu kucing terlebih dahulu. Karena ibu kucing ini cukup sensitif. Macam cewek kalau lagi PMS. Ini bagian yang paling membuat Fajri kesal. Paling susah ditangkap, dan tidak jarang suka menyakar siapapun yang ingin menyentuhnya.

Oke, Fajri mengakui, dari dua minggu belakangan, ini baru kedua kalinya ia menyentuhnya. Makanya kucingnya belum jinak.

Tapi entah kenapa kalau ibunya Fajri yang bertindak, semua jadi sangat manja. mungkin naluri seorang ibu memang beda.

Memang dasar kucing!

Pilih kasih.

Pada saat ia hendak mengambilnya, sang ibu kucing sudah terlebih dulu lari. "Ya ampun! Emak-emak satu ini ya, susah banget ditangkepnya," gerutunya.


Fajri menghela nafas. Sedikit menahan emosinya. Huh! Buang-buang waktu saja mengurusi mereka.

Kucing | UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang