Zara sudah pulang ke rumahnya sejak dua jam lalu, rumah sangat sepi seperti biasanya. Mamah dan Papah juga pergi karena suatu urusan. Hari-hari yang sudah tidak asing lagi baginya, sendirian di rumah.
Meski begitu, Kinan bukan orang gabut yang bermalas-malasan di dalam kamar seharian pada waktu libur. Ia pasti akan mencari kesibukan yang bermanfaat untuk mengisi waktu luangnya.
Suara mesin motor menghentikan aktivitasnya memberi makan kucing. Pada saat yang bersamaan Monti sang kucing tiba-tiba berlari ke arah pintu, seperti mengintruksi Kinan untuk segara membukakannya. Jinan pun ikut ngintilin Monti dari belakang, mereka jadi makin akrab.
Kinan yang juga penasaran, segera membuka pintu. Betapa terkejutnya ia melihat sosok yang berdiri di depannya, seorang yang begitu ia rindukan dan sangat dinantikan kehadirannya akhirnya muncul dihadapannya saat ini.
"Kak Fathuuuur!"
Kinan memeluk sang kakak dengan erat. Cowok itu pun membalas pelukannya. "Apa kabar, dek?"
Mata Kinan berkaca-kaca, "Alhamdulillah baik, kakak gimana? Huaaaa! kangen banget."
"Baik juga, Alhamdulillah."
Mereka pun saling melepas pelukan. Tidak sadar, ternyata ada dua sosok manusia lain yang memperhatikan mereka. Kinan yang baru menyadarinya jadi sedikit malu.
"Eh? Itu siapa, kak?" tanya Kinan pada sang kakak.
"Temen kuliah kakak. Eh, sini bro." Fathur memanggil kedua temannya yang menunggu di atas motor.
"Kenalin ini adek gue, Kinanti."
Kinan tersenyum malu, "halo kak, aku Kinanti."
"Hai Kinanti, gue Shandy. Hm... Kinanti ya? Kalo gue panggil Nanti boleh??? Nanti gue ajak lo ke KUA, eakkkkk. Eh jangan Nanti deh, Sekarang aja, eakk."
Plak/skipgjlz
Mendengar guyonan tidak jelas nan garing dari Shandy, yang lain tertawa paksa. Benar-benar tidak lucu.
"Jangan dengerin dia ya. Kenalin, aku Farhan, kamu kok cantik banget, deh." Farhan mengulurkan tangannya.
"lo kok gak pernah cerita punya adek secakep ini." Farhan menepuk lengan Fathur.Kinan tersipu, "ah, makasih kak, jadi enak."
"Eh, tapi bener, sih. Lo ngapa gak pernah cerita, kalo gitu kan adek lo bisa gue gebet," sambung Shandy.
"Heh, inget! Lo udah punya, kalo gue belom jadi gak papa," jawab Farhan jahil, tak mau kalah.
"Enak aja, gak ada yang boleh gebet adek gue," Fathur memperingati, "mending kalian masuk duluan, gih!"
"Eh bentar, nyokap bokap lo gak ada?" tanya Shandy.
"Lagi pergi, kak." Kinan menjawab.
Farhan dan Shandy ber-oh ria. Kemudian mereka masuk ke kamar sesuai intruksi Fathur, sedangkan Fathur masih ingin mengobrol dengan adiknya.
Fathur membawa banyak oleh-oleh yang dibelinya saat pemberhentian bus di toko oleh-oleh. Banyak camilan yang selalu dititip Kinan jika sang kakak liburan semester, seperti kripik apel, sari apel, dan bermacam olahan berbahan dasar apel yang dibeli di kota dengan julukan Kota Apel itu.
Fathur memberitahu adiknya juga bahwa kedua temannya akan menginap selama kurang lebih seminggu. Sudah lama mereka merencanakan liburan ke Jakarta, tapi baru terlaksana tahun ini.
Meski awalnya Kinan terkejut, tapi entah kenapa dia merasa senang karena rumah ini akan ramai selama seminggu kedepan. Ya, walau teman Fathur cowok alias tidak bisa diajak main bareng, tapi tak masalah, yang penting ada suasana yang beda didalamnya, tidak sepi lagi.