- 24 -

238 71 8
                                    

Badan Kinan terasa sangat nyeri, padahal posisi Kinan baru saja bangun tidur yang seharusnya tubuhnya menyimpan banyak tenaga karena istirahat. Mungkin saja, ini efek dari seharian mencari anabul dan dompet Shandy kemarin.

Selepas bersiap-siap untuk sekolah, ia turun dan langsung menghampiri kandang Jinan. "Ji, ji. Jinannnnnnn!" Berasa manggil Aji, kan.

"Sabar ya, sekarang jomblo sama kek babunya."

Sad.

"Lah, lah. Mah, kemana manusia-manusia lain?" tanya Kinan pada mama yang sedang menata sarapan di meja. Tumben sekali, biasanya kalau dia turun, kakak dan teman-temannya sudah duduk manis di ruang makan.

"Udah keluar dari tadi, katanya ketempat percetakan."

"Hah? Beneran? Wah, nyetak poster Monti, nih, pasti."

"Nah, nyetak poster. Bahkan kemaren mamah liat mereka sampai begadang ngedit posternya."

Sambil berkaca-kaca, "Ah, a sweet brothers. Seniat itu."

Asik berbincang. Tiba-tiba, bel rumahnya berbunyi. Kinan mengintip dibalik jendela, matanya melebar ketika melihat seorang cowok berseragam sama sepertinya berdiri dekat pintu.

"Wait, wait, ngapain Aji dateng kesini?" gumamnya.

"Assalamu'alaikum," ucap suara cowok itu.

Kinan langsung membukakan pintu.

"Wa'alaikumussalam, ngapain?"

"Jemput."

"Perasaan gue gak minta jemput."

"Iya, bukan perasaan lo, tapi perasaan gue yang bilang harus jemput."

"Emang iya?"

"Iya, atas amanat bang Fathur juga. Abang-abang pada ke percetakan, kan."

"Hah? Maksudnya kakak gue minta lo jemput gue gitu?"

"Iya, serius. Kalo gak percaya, liat, nih, chatnya."

"Bahkan lo punya kontaknya?"

"Iyalah."

"Dih. Ya udah, gue percaya. Tapi, ini pagi banget gila. Belom sarapan gue."

"Ya udah, sarapan dulu, gih."

"Lo juga, sini masuk, gak mungkin lo udah sarapan."

"Hehe, tau aja."

***

Kinan banyak berbicara ketika di motor tadi. Beribu-ribu pertanyaan menyerbu Fajri, hanya karena Fajri jadi akrab pada kakaknya. Padahal, sudah kodrat para cowok jika mudah akrab walau pertama kali bertemu. Tapi Fajri tak banyak menjawab, karena fokus berkendara dan suara Kinan pun tidak terlalu jelas terdengar karena suara bising kendaraan lain.

Kurang dari setengah jam, Kinan dan Fajri sudah sampai di depan sekolah. Awalnya, Kinan memaksa untuk turun di halte depan, supaya tidak ada yang melihat mereka berangkat bersama. Tapi, sebagai cowok gentle, tentu saja Fajri tidak akan menurunkan dan meninggalkan cewek sendirian begitu saja.

Setelah memberikan helm pada Fajri, Kinan langsung pergi begitu saja dari parkiran. Kali ini, Fajri hanya diam dan membiarkan cewek itu pergi mendahuluinya.

***

"Aji!!! Lo udah ngerjain pr mtk?" Bukan sapaan yang dilontarkan Fiki saat Fajri memasuki kelas, tapi malah menanyakan tugas.

Kucing | UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang