PART 50

21.3K 770 27
                                    

TUUUTTTT

“Haloo? Ali?? handphone kamu udah kembali?” sapa Prilly kepada kekasihnya penuh semangat saat ia melihat nama kekasihnya lah yang tertera di layar iPhone nya.

“udah sayang.. kamu dimana? Bisa kita ketemu sebentar?”

“kamu kenapa Li? Suara kamu kenapa serak begitu? Ada masalah lagi?”

“nanti aku certain.. aku jemput kamu dirumah Mila 5 menit lagi”

“okei..”

TUUUTTTT  Prilly bergegas bersiap-siap berganti pakaian karena sebentar lagi kekasihnya itu akan menjemputnya dirumah Mila.

Prilly terduduk di dalam mobil sport mewah milik Ali sesekali ia menoleh untuk menatap kekasihnya tersebut, sedari Ali tiba sampai  detik dalam perjalanan entah kemana Ali tak mengatakan apapun kepada Prilly. Prilly bisa merasakan ada yang tak beres dengan kekasihnya itu, namun ia memutuskan untuk tak mengajak nya berbicara disaat seperti ini.

**

“Li... kita ngapain dirumah kamu? Aku takut”

“kamu tenang aja, gak usah takut.. ikut aku sekarang” dengan cepat Ali menarik Prilly untuk mengikutinya masuk kedalam rumahnya.

Ali membawa Prilly memasuki ruangan dimana tempat ibunya terbaring koma, Prilly membekap mulutnya sendiri seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat. Prilly duduk dengan hati-hati ditepi ranjang tersebut, pelupuknya terasa panas ingin menangis. Walaupun ia tak pernah bertemu dengan Resi namun Prilly bisa merasakan bagaimana perasaan Ali kekasihnya tersebut.

“aku akan berangkat besok ke Macau, kembali mengurus semua pekerjaan baru mama.. aku minta tolong dengan sangat sama kamu, tolong rawat mama selama aku pergi.. aku udah gak bisa mengharap kan monster itu untuk merawat mama lagi” ucap Ali saat ia meletakan wajahnya di pundak mungil kekasihnya itu.

Prilly menarik nafasnya dalam-dalam “kamu gak boleh seperti itu Ali.. bagaimana pun dia tetap papamu, aku akan rawat mama mu dan membacakan buku cerita untuknya.. tapi satu permintaan ku, tolong jangan bersikap dingin dengan papa mu sendiri..”

Ali menghela nafas berat untuk menyetejui permintaan gadisnya itu, namun ia juga tak bisa membantah permintaan gadisnya itu.

Ali memanggil pak Benny untuk membawakan sebuah baskom berisi air hangat dan sebuah handuk kecil dan menyerahkan nya kepada Prilly, sementara Ali kembali kekamarnya untuk melanjutkan pekerjaan mama nya ia membiarkan Prilly yang membersihkan tubuh ibu tercintanya itu.

**

“nah sekarang tubuh nyonya sudah bersih dan harum lagi.. sekarang aku akan membacakan sebuah buku untuk nyonya” ucap Prilly riang kepada ibunda Ali yang tetap terbaring dalam komanya.

Prilly mulai membacakan buku berisi tentang sebuah perumpaman, ia membaca kan buku itu untuk Resi dengan penuh semangat walaupun ia tahu Resi tak bisa membalas ucapan nya namun Resi pasti dapat mendengar suaranya.

“bagaimana nyonya? Bagus bukan bukunya.. aku sangat suka dengan pertemuan bagai sapu tangan tadi.. bagaimana dengan nyonya?”

“ahh.. aku harap engkau suka dengan semuanya nyonya” ucap Prilly menjawab pertanyaan nya sendiri. ia meletakan buku tersebut disisi sebelah tempat Resi terbaring. Prilly menggengam erat tangan Resi yang berkulit kecoklatan dihiasi oleh selang infuse yang tertancap disana.

Prilly mengelus lembut jari-jari Resi dalam genggaman nya, tak terasa air matanya menetes perlahan “aku berharap, nyonya segera sembuh dan bertemu dengan putra dan putri mu yang cantik dan tampan itu.. oh ya tau kah anda nyonya? Jika sebentar lagi anda akan segera memiliki seorang cucu dari putrimu.. aku tak sabar menanti kelahiran anak itu, begitupula seperti mu sang nenek nyonya” ucap Prilly.

Wanita mungil itu tak pernah lelah mengajak Resi yang terbaring dalam komanya untuk berbicara, walaupun ucapan nya tak kunjung dibalas oleh Resi. Tanpa Prilly sadari, kedua pasang mata sedang memperhatikan dirinya dari daun pintu kamar tersebut.

“Prilly?” sapa seseorang yang sedari tadi memperhatikan Prilly dari daun pintunya. Prilly pun sontak menoleh ke asal suara tersebut. senyuman nya mengembang, kedua tangannya mulai menghapus air matanya yang sempat terjatuh.

“kak Alya?” balas Prilly menyapa sang empuhnya suara yang ternyata adalah Alya. ALya melangkah mendekat kearah Prilly, senyuman tipis mengembang disudut bibir indah miliknya.

Alya menarik tubuh Prilly kedalam pelukannya walau dengan terhalang dengan perutnya yang mulai membuncit, namun Prilly dapat merasakan pelukan yang begitu hangat dan berarti dari Alya.

“terima kasih Prilly.. terima kasih, kamu sungguh perduli dengan mama.. padahal papa sudah menjahati mu Prilly.. aku sudah mendengar semua cerita tentang dirimu bahkan tentang keluarga mu dari pak Benny.. aku sunggu minta maaf atas nama papa ku..” Alya mengucapkan permintaan maaf disela isak tangisnya dalam pelukan Prilly.

Prilly mendorong perlahan tubuh Alya melepaskan tubuh wanita itu, namun tangan mungilnya tetap menggengam kedua lengan Alya. “kakak gak perlu minta maaf.. aku hanya melaksanakan permintaan Ali kak.. aku tahu rasanya kehilangan sosok orang yang telah melahirkan ku itu seperti apa”

“ta… tapiii aku malu Prilly denganmu, kenapa kamu masih begitu baik kepada keluarga ku dan menerima Ali.. padahal papa ku telah menjahati mu Prilly?” tanya Alya dengan ucapan nya yang terbata-bata akibat isakan tangisnya.

Prilly menggeleng kepalanya perlahan, namun wajahnya telah menyimpulkan sebuah senyuman manis diwajah nya. “aku menerima Ali karena aku cinta padanya kak.. dan aku menerima keluarga mu apa adanya karena kalian adalah keluarga kekasihku.. aku cinta dengan Ali apa adanya kak, aku tak pernah melihat Ali dari harta kekayaan yang ia miliki,”

“lalu apa yang membuat mu begitu cinta dengan adik ku?”

Prilly melepaskan genggaman nya dan berjalan kearah jendela yang terdapat didalam kamar tersebut, ia memandang keluar jendela membelakangi Alya cukup lama sebelum menjawab pertanyaan wanita cantik itu.

“aku mencintai adikmu karena sifatnya.. walaupun terkadang ia membuat ku jengkel, tapi itulah yang membuatku selalu merindukan nya, aku hampir saja bisa melakukan hal bodoh pada diriku sendiri saat mengetahui ia akan menikah dengan Rebecca. Tapi aku yakin, kalau aku yakin dengan cinta ku dengan nya semua masalah akan terselesaikan.. sudah banyak masalah dalam hidupku yang bisa aku lewati, sekarang giliran kakak dan Ali lah yang harus berjuang dengan lapang dada untuk menghadapi masalah ini..” ungkap Prilly.

Perkataan Prilly perlahan terputar didalam otaknya, tangisan Alya terhenti seketika saat mendengar ucapan gadis mungil itu. ia berjalan dan menjajarkan posisinya berdiri disamping Prilly menatap keluar jendela.

“Ali tak salah memilihmu Prilly..” batin Alya.

**

Ali melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar ibundanya untuk melihat Prilly dan keadaan sang ibunda tercinta, namun langkahnya harus terhenti saat melihat pemandangan yang sungguh indah dan menakjubkan.

Dua orang wanita yang begitu ia cintai setelah ibunya sedang berdiri berdampingan sambil menatap keluar jendela kamar tersebut.

“lebih baik kalian berdua menatap wajah tampan ku ini di bandingkan kalian harus menatap kosong keluar jendela seperti itu” tegur Ali dengan penuh percaya diri kepada Prilly dan Alya yang spontan menoleh kearah Ali.

Prilly menaikan kedua alisnya mendengar ucapan narsis kekasihnya itu, sementara Alya sudah berjalan menghampiri Ali dan menjitak kepala sang adik karena ucapan nya.

“geli gue.. sekarang lebih baik lo ajak Prilly makan malem sama gue dibawah sekarang” ucap Alya dengan sedikit menoleh sebelum ia benar-benar keluar dari dalam kamar meninggalkan Ali, Prilly dan ibunda nya yang koma.

Ali dan Prilly hanya terkikik geli melihat kelakuan Alya yang tak bisa diajak bercanda sedikit pun.

Ya Alya adalah wanita cantik yang anggun dan tegas. Dibalik ketegasan nya itu ia mempunyai hati yang lembut walau terkadang ia harus menggunakan sedikit emosinya untuk mendidik Ali saat Ali masih kecil.

ParadiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang