part 32

13.9K 606 3
                                    

“makasih ya Pril” ujar Ali dengan wajah tersipunya. Prilly mengangguk pelan dengan senyuman manisnya, sekarang Ali sedang dalam perjalanan mengantar Prilly pulang kerumah. Walaupun sebenarnya hati Prilly tak tenang karena tidak pulang semalam pasti kedua orang tuanya sangat mengkhawatirkan dirinya. Ali yang sadar dengan perubahaan raut wajah Prilly mengelus pucuk kepala Prilly.

“Prilly ya ampun nak kamu dari mana saja semalam?” ujar sang mama dengan penuk kepanikan nya saat membuka pintu rumah nya dan ia mendapati putrid mungilnya itu.

“maaf tante, Prilly nemenin Ali sakit demam semalem.. gara-gara Ali, Prilly jadi gak pulang semalem.. maafin Ali tante” ucap Ali dengan sopan dan sedikit membungkukkan badan nya untuk memberi hormat kepada mama Prilly. mama Prilly sempat memandangi manic mata Ali mencari jawaban disana lalu sesaat kemudia ia tersenyum.

“gpp sayang, tante Cuma khawatir saja dengan kalian.. kamu mau masuk dulu nak Ali? kebetulan tante masak bubur, supaya badan mu lebih enak sekarang” ucap mama Prilly lembut.

Mama Prilly mengajak Ali dan putri kesayangannya untuk segera bergabung untuk sarapan bersama. Ali terenyuh dalam diam, saat kedua bola matanya memandang sebuah keluarga hangat yang sedang menikmati sarapan mereka masing-masing.

“nak Ali kamu masih sakit? Mau tante ambilkan obat?” tanya mama Prilly yang melihat Ali sama sekali tak menyentuh sarapannya. Ali tersentak kaget lalu dengan gerakan cepat ia menyantap sarapan yang di buatkan oleh mama Prilly untuknya.

Seusai sarapan, Ali segera berpamitan dengan keluarga Prilly karena ia harus pergi menemui seseorang yang sudah di peringatkan oleh pak Benny sebelumnya dalam pesan singkat yang sempat diterima Ali tadi pagi.

“papa?” ujar Ali dengan suara seraknya saat melihat laki-laki separuh baya sedang sibuk membaca berita Koran di ruang tamu rumahnya. Ali menelan ludahnya berkali-kali karena sang ayah tak kunjung menjawab panggilannya, ia menerka-nerka akan sesuatu hal buruk akan terjadi kepadanya.

“kamu tidak pernah berubah Ali.. Papa dan mama mu selalu sibuk bekerja mencari uang demi kamu.. sekarang kamu malah enak-enakan tidak pulang semalaman! Keterlaluan kamu!” sentak Zayin Syarief kepada Ali dengan melempar kasar Koran berita pagi yang sedari tadi ia pandangi. Tatapan mata Zayin berubah menjadi sorot mata tajam seakan ingin menerpa Ali.

“kamu pelajari berkas yang ada di meja kamarmu, papa sudah menyuruh pak Benny mempersiapkan semuanya” lanjut nya lagi.

Ali mengerutkan keningnya, dengan susah payah ia mencoba melontarkan sebuah pertanyaan “siapin apa pa?” tanya Ali ragu.

Zayin Syarief menarik nafas nya dalam-dalam mendengar pertanyaan putranya, pertanyaan yang bodoh. “kamu bahkan sama sekali tidak tau kalau mama mu kecelakan pesawat dalam perjalanan menuju Macau?” ujar Zayin dengan nada seraknya.

Ali membulatkan matanya sempurna, tubuh nya lemas seketika mendengar ucapan ayahnya itu. “gak! Gakk mungkin! Papa pasti bohong!! Mama gak mungkin ninggalin Ali!!” sentak Ali kepada ayahnya. Zayin menatap lurus kedua mata putranya yang sudah mulai berkaca-kaca, lalu ia bangkit dari kursinya dan menepuk pundak anaknya.

“kau ingat janji mu pada kami? Kamu akan menjaga mamamu, kakak mu dan perusahaan keluarga bukan? Jadi sekarang lah saatnya kamu menepati janjimu” jelas papa Ali lalu berlalu meninggalkan Ali yang mematung seperti es. Setelah Zayin keluar dari ruang tamu tersebut, pak Benny pun yang menunggu di daun pintu ruang tsb dengan langkap sigap masuk lalu menopang tubuh Ali tuan mudanya. Tubuh Ali bergetar hebat, air matanya mulai membasahi pipinya. Pak Benny memejamkan matanya, lalu ia membantu Ali untuk berjalan melangkah kedalam kamar tidur miliknya.

Ali terdiam kaku duduk diatas sofa didalam kamarnya, TV di hadapannya pun menyiarkan tentang berita kebenaran dari ucapan ayahnya tadi. Ya semua station televisi menyiarkan berita tentang jatuhnya pesawat yang di naiki oleh mama Ali menuju Macau. Ali mematikan TV itu dan melempar remote control dengan kasar keatas nakas yang berada didepannya.

Pak Benny mengerti akan perasaann yang menerpa tuan mudanya sekarang ia menghela nafas dalam dan teramat dalam.

“tuan muda, sudah waktunya kita berangkat sekarang..” ucap pak Benny memperingatkan tuan mudanya itu. Ali memang memandang TV yang sudah padam dihadapannya dengan tatapan yang kosong, namun bukan berarti telinganya menjadi tuli. Tanpa mengucapkan sepatah dua patah kata pun, Ali melangkah cepat keluar dari kamarnya dan menyambar baju hangat di tangan pelayan rumahnya yang menunggu di daun pintu kamar nya itu.

Prilly berjalan mondar-mandir dalam kamarnya, tak henti-hentinya ia melirik layar iPhone 5 miliknya, seperti sedang menunggu sesuatu. Ya, prilly sedang menunggu seseorang membalas pesan singkatnya sedari tadi pagi yang tak kunjung menunjukan sang empuh yang dituju akan membalasnya.

“Ali kamu kemana sih, udah sore kamu masih gak kasih aku kabar.. ditelfon gak aktif” gumam Prilly mendesah berat. Fikiran Prilly mulai kacau, ia mengkhawatirkan Ali yang sejak pulang dari rumahnya tadi pagi tak kunjung mengabari dirinya. Tidak seperti biasanya Ali seperti ini. Namun Prilly berusaha menenangkan dirinya dengan memejamkan matanya.  Namun tetap saja fikirannya tak berhenti memikirkan Ali, perasaannya mendadak merasakan kegelisahan. “ada apa ini?” batin Prilly.

Tiba-tiba saja iPhone milik Prilly  berdering menandakan seseorang disana menelfon nya. Dengan secepat kilat Prilly melihat layar iphone miliknya “Mila” gumam Prilly saat ia melihat nama Mila lah yang tertera disana, ada sedikit kekecawan tersirat disana, namun dengan cepat ia segera menerima telfon Mila.

“iya Mil, kenapa?” tanya Prilly.

“lo dimana??” ucap Mila sedikit panic

“gue dirumah kenapa Mil? Lo kenapa panic begitu?” tanya Prilly mendesak Mila.

“lo turun sekarang, gue udah didepan rumah lo.. Ali, Prill.. Ali……”

“…………..” tanpa menjawab panggilan Mila berikutnya, Prilly bergegas turun dan menghampiri Mila yang sudah menunggu didepan rumahnya. Ia hanya berseru kepada kedua orang tuanya yang sedang duduk diruang tamu tanpa menoleh maupun mencium mereka. Prilly terlihat sangat panic sekarang.

Mobil sport mewah milik Mila sudah melesat dari halaman depan rumah Prilly. Mila tak mau banyak bicara dengan sahabatnya saat ini, ia hanya ingin konsentrasi mengendari mobilnya agar cepat tiba dibandara.

hahahhaha haiiiii ^^

disini part akan dimulai masa kritis alias gegana, siap-siap tissue yaaa ^^v

jangan lupa vote & comment nyaaa lohh dan maafin mimin yah kalo banyak typo ;(

salam cinta,

mimin :*

ParadiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang