“Prill.. nanti kita ketemu dikasir ya sayang.. mama kedaerah perabotan rumah tangga, kamu kedaerah pakaian” ucap mama Prilly. Prilly pun mengangguk semangat. Lalu ia bergegas mendorong trolly belanjaannya dengan semangat menuju rak pakaian berpencar dengan sang mama yang mengarak ke rak perabotan rumah pusat perbelanjaan IKEA.
Hari ini mama Prilly mengajak putri kesayangannya itu untuk berburu sale besar-besar IKEA pada akhir tahun ini. Prilly terlihat begitu bersemangat berbelanja berebutan pakaian sale dengan segrombolan ibu-ibu rumah tangga disana. Sudah lama sekali ia tak berbelanja dengan sang ibunda seperti itu, ia terlalu sibuk berpacaran dengan Ali.
Walaupun Prilly dari keluarga berada, namun kedua orang tua Prilly mendidik dirinya untuk tidak menjadi besar kepala dengan apa yang ia milik sekarang. Prilly pun tidak segan-segan untuk berburu sale seperti ini.
Pukul 8 malam pusat perbelanjaan IKEA sudah ditutup karena sale akhir tahun sudah berhasil. Prilly keluar dengan membawa kantong-kantong besar berisi pakaian, dan sang mama membawa banyak kantong belanjaan berisi perabotan rumah.
Namun langkahnya harus terhenti seketika saat mereka baru saja ingin menaiki taxi yang di stop oleh mama Prilly. Prilly menepuk jidatnya karena teringat akan sesuatu hal. Ia bergegas berpamitan dengan mamanya lalu mencegat sebuah taxi lagi dan memerintahkan supir taxi itu menuju ancol.
Dalam perjalanan Prilly gelisah bukan kepalang, karena terlalu bersemangat ia sampai lupa mempunya janji dengan Ali kekasihnya di tiang gondola ancol hari ini. Sementara hujan pun sudah turun dengan lebatnya, taxi yang Prilly tumpangi pun sudah sampai ditiang gondola pusat hiburan ancol itu. Prilly bergegas turun dan membuka payung yang sempat ia beli dari sale di IKEA tadi bersama mamanya.
Prilly berjalan cepat memutari daera pintu masuk permainan gondola tersebut, ia mencari sosok kekasihnya dengan matanya yang memicing. Ia mengehela nafas saat ia melirik jam di pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul 8 malam. tak mungkin Ali menunggunya selama 4 jam seperti itu.
Tak lama kemudian kedua mata Prilly memicing melihat sosok laki-laki dengan hoodie berwarna hitam dan celana panjang jeans biru dongker yang sangat ia hafal. Tubuh laki-laki itu meringkuk bergetar dibawah pohon yang tak begitu rindang untuk berteduh. Dengan cepat Prilly bergegas menghampiri sosok laki-laki itu, ketika Prilly sudah berdiri dihadapan laki-laki yang tertunduk itu Prilly segera menutupi kepala laki-laki tersebut dengan payung yang ada digenggamannya.
“kamu ngapain masih disini? Hujan-hujan begini?” ucap Prilly lembut. Laki-laki yang tertunduk dengan tubuh bergetar pun mendongankan wajahnya untuk menatap Prilly. “menurut kamu? Aku punya janji sama pacar aku disini jam 4” ucap laki-laki itu.
“tapi gak perlu sampe kehujanan gini Ali bodoh!” dumel prilly tak mau kalah. Sebenarnya batinnya merasakan rasa bersalah, namun ia kesal karena Ali menyindirnya seperti itu.
“yang penting kamu udah dateng sekarang. Aku.. aku rela kehujanan demi kamu” ucap Ali masih dengan memeluk tubuhnya sendiri yang bergetar kedinginan. Prilly mengehela nafasnya dalama-dalam “keras kepala, ikut aku sekarang..” ucap Prilly membantu tubuh Ali untuk berdiri dan merangkul lengannya berjalan memasuki area gondola tersebut.
Prilly memasukan uang lembar 10ribu kedalam mesin yang menjual minuman hangat disamping pintu masuk gondola ancol. Prilly menyerahkan teh hangat itu kepada Ali dan menyuruhnya untuk segera meminumnya. Prilly melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga menuju lantai atas mercusuar gondola ancol tersebut seusai mengambil teh miliknya.
Ali dan Prilly memandang hamparan luas langit malam ibu kota Jakarta yang diterangi oleh lampu-lampu rumah yang bertebaran.
“indahh bangettt” gumam Prilly masih menggengam gelas minuman hangatnya. Ali menoleh lalu mengelus pucuk kepala gadis mungil nya itu. tangan Ali bergerak menarik tengkuk Prilly untuk mendekatkan wajah gadisnya dengan wajahnya.
Semakin lama semakin dekat sampai tiba-tiba “HATCHIII” Ali bersin-bersin dihadapan prilly yang sudah memejamkan matanya. Mendengar Ali yang bersin seperti itu, Prilly membuka matanya perlahan dan menjadi panic melihat Ali yang tak berhenti bersin.
Prilly menangkup wajah tampan kekasihnya dengan kedua tangannya. Namun telapak tangan mungil Prilly merasakan suhu badan Ali yang begitu terasa panas disana. Prilly tercekat, tangan kanannya menyentuh kening kekasihnya.
“ali kamu demam” ucap Prilly lirih dan panic. Ali tak bisa menjawab, ia hanya bisa terbatuk-batuk akibat menahan dingin disuhu tubuhnya yang panas itu. Prilly mengoyang-goyangkan kakinya panic. Lalu seketika ia teringat dengan kantung belanjaan yang sempat ia bawa sedari IKEA tadi. Ia mengeluarkan beberapa potong pakaian itu, untuk melilitkan nya dikepala Ali.
Lalu prilly menyuruh Ali untuk menanggalkan hoodienya yang basah itu. Ali pun mengangguk lemah tak berdaya.
Prilly terenyuh melihat keadaan sang kekasih yang demam akibat dirinya teledor akan janji mereka. Prilly dengan telaten menguatkan lilitan pakaian kepada tubuh Ali kekasihnya agar laki-laki tampan itu merasakan hangat. Ali pun mulai tertidur dalam lelapnya karena kelelahan menahan tubuhnya yang demam.
Kepala Ali bersandar pada bahu Prilly, Prilly mengelus pucuk kepala Ali “maafin aku Ali gara-gara aku kamu sakit” gumam Prilly pilu. Tak lama kemudian mereka berdua pun tertidur di bangku yang disediakan oleh wahana gondola di Ancol tsb.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paradise
Fanfictionhaiiiii semuaaa balik lagi dengan mimin. maaf ya mimin ini hanya pemula di wattpad jadi mohon maklum jika ada kesalahan teknis dalam cerita-cerita. nah mimin mau mempromosikan cerita baru mimin yang ber-genre FANFICTION ini. berjudul "PARADISE" mimi...