PANDORA
Thriller, Family
Roséanne Park & Jung Jaehyun
Present by Lina Alfiana
lnfn21***
Kotak terlarang bagiku adalah kamu
Dan, Aku layaknya Pandora
Begitu kusingkap tabirmu
Saat itulah seribu satu petaka mengudara***
***Tatkala gemulung awan hitam menutupi bulan sebentuk sabit yang menggantung di langit, maka hal berikutnya yang terjadi adalah hujan mengguyur bumi di awal musim semi, deras sekali entah kapan akan berhenti—mungkin hingga keesokan hari.
Di bawah sana, manusia-manusia mulai kalang kabut mencari tempat berteduh, kendaraan berlomba-lomba untuk segera sampai ke tempat berlabuh—entah sepenting apa urusan mereka, mungkin hanya sebatas menyeduh kopi hangat atau menggulung diri dalam selimut, lalu terlelap.
Kota perlahan menjadi sepi seakan semua isinya menepi. Yang tersisa hanya suara gemerisik hujan bersahut-sahutan dengan denting-denting piano. Melodi Für Elise dimainkan oleh seorang puan, mengalun dari lantai teratas sebuah gedung pencakar langit—orang-orang menyebutnya apartemen seratus lantai, tempat para tetinggi yang berkuasa seantero negeri.
Ulasan senyum tak henti-hentinya tertoreh dari sepasang bibir manis milik gadis bergaun lavender yang berlagak layaknya pianis. Untuk mereka, kedua sosok manusia paling berharga dalam hidupnya—Ia biasa menyebutnya ayah dan ibu—dimainkannya piano itu dengan lihai, seakan kesepuluh jemarinya mampu merengkuh seluruh batang-batang instrumen itu dari ujung kiri hingga kanan.
Ini adalah piano keluaran terbaru, pemberian sang ayah. Hitung-hitung hadiah karena gadis itu berhasil masuk ke universitas bergengsi dengan bakatnya sendiri.
Roséanne Park. Begitu namanya menduduki urutan teratas daftar penerimaan mahasiswa baru jurusan seni musik.
Terlahir dari keluarga yang begitu harmonis, penuh cinta dan kasih sayang adalah hal yang paling Rosé syukuri sepanjang hidupnya. Untuk kemewahan yang melingkupi hingga detik ini, bagi Rosé hanya sesuatu yang bersifat sekunder, ia tak terlalu memuja hal itu. Selama bersama-sama dengan kedua orang tuanya, jikalau Rosé harus hidup menjadi gelandangan pun bukan masalah.
Namun, tetap saja rasa syukur tak henti-hentinya ia panjatkan kepada sang pemilik hidup—Tuhan yang telah bermurah hati memberikan kehidupan sempurna tanpa cela untuk ia dan keluarga.
Sempat terlintas dalam benak Rosé, akankah semua ini bertahan selamanya? Atau sewaktu-waktu Tuhan akan merenggutnya?
Pepatah mengatakan, hidup itu selayaknya roda yang berputar; kadang di atas kadang pula di bawah. Agaknya pepatah tersebut hanyalah mitos belaka, sama sekali tak berlaku pada kehidupannya. Sebab selama ini, Rosé pikir hidupnya selalu berada di atas. Rosé tak pernah sekalipun dirundung kemalangan, hidupnya berjalan mulus saja bak jalan tol.
Ia punya segala: keluarga yang selalu melimpahinya dengan kasih sayang, sekawanan yang menemaninya di kala waktu, juga seorang kekasih yang begitu ia cintai dan mencintainya. Seakan tak cukup dengan itu, dirinya juga seperti dikaruniai kemampuan yang didamba semua orang. Ia pandai bernyanyi, bermain musik, memasak, melukis, bahkan menjahit.
Dan yang paling orang tidak bisa ingkari adalah kecantikannya yang luar biasa—mungkin sewaktu sesi pembagian kecantikan ia berada di garis terdepan. Hampir setiap pasang mata lelaki yang memandang akan terlupa bagaimana cara berkedip.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARAH HIGH MUMBUL
FanfictionKontes kepenulisan FF oneshot teamorosie untuk umum.