⚠Hanya fiksi, harap tidak sampai terbawa rl. Idol hanya visualisasi⚠
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lo apain Kun?!"
"Gue sama Lisa baru masuk, sumpah! Dan dia udah begini pas kita masuk!"
Suara gaduh langkah kaki mulai terdengar, Yangyang dan Ten berdiri kaku ketika pandangannya terpokus pada sosok di kursi pantry, sedangkan Hendery langsung memberanikan diri berjalan mendekat untuk memeriksa.
"Kun ... enggak ada."
Ucapan Hendery sukses membuat yang lain spontan membeku. Lisa kembali menjerit tak karuan, sedangkan Yangyang langsung bersandar pada dinding, mendadak lemas seketika.
"Lo apain dia, bangsat?!" Ten langsung menggeram marah, mencengkeram kuat kerah baju Winwin. "Lo yang pertama kali masuk buat ngecek dia 'kan? Lo apain, anjing?!"
"Gue enggak tahu apa-apa!" teriak Winwin tak terima. "Gue emang masuk duluan, tapi tadi Kun masih berdiri tegak lagi nyiapin makanan buat kita, setelah itu gue nyusul Rosie ke halaman belakang, gue berani sumpah!"
"Makanannya ...," Hendery bergumam, lantas menoleh menatap sekitar. "Jangan ada yang makan, makanannya!"
"Lo enggak berpikir Kun sengaja mau celakain kita 'kan, Der?" tanya Dejun.
Hendery menghela napas. "Kemungkinan yang ada di pikiran gue saat ini, Kun sengaja masukkin sesuatu di makanan yang dia buat, tapi berakhir senjata makan tuan."
"LO GILA!" Yangyang berteriak tak terima. "Kun enggak bakal begitu, gimana bisa lo nuduh temen lo sendiri yang bahkan dia ... udah enggak ada," lanjutnya lirih, walau detik berikutnya menatap tajam Dejun. "Lo! Lo yang masuk lebih dulu 'kan?! Tadi lo bilang mau bantu Kun!"
"Gue enggak bantu dia masak, gue sama Rosie di belakang."
"Bisa ajaㅡ"
"Please, jangan saling tuduh begini," ucap Lisa.
Hening langsung menyelimuti, kejadian tak terduga seperti ini sungguh di luar imajinasi. Ingin menyesali pun terasa percuma karena sudah terjadi.
"Di gudang ruang bawah tanah," ucap Dejun sukses menarik atensi. "Kita taruh Kun di gudang, sekarang."
"Lo sinting?!" Lucas langsung berteriak tak terima. "Kun temen kita, dan lo malah mikir kayak gitu?!"
"Terus harus gimana?! Lo semua natap gue dengan sorot intimidasi, padahal gue juga enggak tahu apa pun soal ini!" Dejun mengumpat, mengacak rambut frustasi. "Bangsat! Gue enggak mau ambil risiko sampai Pak Ahmad tahu ini dan laporin kita semua!"
"Gue setuju sama Dejun," sahut Hendery.
"Hen!" teriak Rosie. "Seenggaknya biarin Kun dikuburin dengan layak, bukan malah sembunyiin mayatnya!"
"Kalau gitu lo aja yang nguburin, jangan cuman banyak omong tapi enggak ada kontribusi tenaga sama sekali."
"Bangsat! Lo ada masalah apa hah sama cewek gue!" teriak Winwin emosi. "Lo kekanak-kanakan banget tau enggak?! Gue tau lo berdua mantanan, tapi ya jangan dendam gini, anjing!"
"Banyak bacot lo semua!" Ten langsung menengahi kala Winwin dan Hendery sudah siap meninju satu sama lain. "Ini udah hampir malem, gue setuju usul Dejun. Sisanya bisa besok kita pikirin."
Mau tak mau, suka tak suka, mereka akhirnya sepakat untuk menaruh tubuh kaku Kun di gudang.
Status teman hanya predikat, karena nyatanya mereka semua juga ingin melindungi diri sendiri dan terlalu takut untuk menghadapi risiko lain.
Hidup ini memang dipenuh dengan hal fana.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SEBAGIAN PART DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN