Déja Vu

538 70 13
                                        

Déja Vu

Family-Fantasy

By. pecintaiwasuna

***
























•°•°•

Tetesan es yang mencair dari pohon dan genting jatuh ke tanah membasahi sebagian halaman rumah Rosé. Musim dingin sudah berakhir, tapi hawa dingin masih terasa meskipun tidak terlalu menusuk kulit dan aktivitas sehari-hari akan lebih mudah dilakukan bahkan jika bepergian tanpa perlu berperang melawan dinginnya salju.

"Rosé, kau pernah kepikiran sesuatu nggak?" tanya Lisa.

"Hm?" si empunya hanya bergumam, masih fokus pada tanaman di depannya. Ia menanti bunga tulip ini kembali mekar karena musim semi akan datang dan juga tanggal kelahirannya sebentar lagiㅡya sebentar lagi Rosé menginjak umur 24 tahun, sepuluh hari lagi tepat pada tanggal 11 Februari.

"Jika kita diberi kelebihan, kau ingin punya kelebihan apa?"

Rosé menolehkan kepalanya melihat Lisa yang sedang duduk bersila di teras rumah Rosé sambil memainkan game di ponselnya.

"Apa ya? Kurasa bisa mengetahui apa yang orang pikirkan padaku, kalau kau?" tanyanya balik, tidak menyadari setitik cahaya keemasan mengenai salah satu bunga tulip berwarna biru dan membuatnya mekar lebih dulu dari yang lainnya.

"Sesuatu yang menyenangkan seperti mengendalikan pikiran orang. Tapi kelebihanmu sepertinya sangat berat, hmm kalau kau tahu pikiran seseorang dan ternyata itu buruk, kau tidak merasa sedih nanti?" Lisa mengalihkan sebentar perhatiannya pada Rosé yang kini sedang memegang gitar lalu memetik senarnya.

"Jawab pertanyaanku oy!" Helaan nafas terdengar dari bibir tebal Lisa karena Rosé mengabaikan pertanyaannya.

"Sedih? Tapi aku jadi bisa tahu mereka yang membicarakan, lalu aku juga bisa tahu mana orang yang benar-benar sayang padaku atau tidak. Hmm dari pada kau, bukankah terlalu jahat mengendalikan pikiran orang sesuka hati, tidak seru sama sekali," jelas Rosé masih dengan memetik gitarnya.

"Eh seru tahu, karena orang akan mudah menuruti apa yang aku inginkan. Nah, aku bisa menyuruhmu apa pun nanti, menyenangkan!" Lisa melipat tangannya di dada, memasang ekspresi mengejek pada Rosé.

Satu lemparan majalah fashion mengenai wajah Lisa, si pelaku sudah tertawa sambil berlari menghindari amukan teman poninya.

"ROSÉANNE! KEMARI KAU!"

Aksi kejar-kejaran dan melempar bantal sofa terus berlanjut sampai langit berwarna jingga. Lisa pamit undur diri untuk kembali ke rumahnya, mengambil jaketnya yang tergeletak di lantai setelah insiden pelemparan tadi.

Setelah kepergian Lisa, Rosé segera merapikan kekacauan yang mereka perbuat karena tiba-tiba teringat pesan kakaknya kemarin kalau akan datang ke sini untuk merayakan berakhirnya musim dingin.

Mata Rosé melirik pada jam dinding yang menunjukan pukul 7 malam tepat saat itu juga bel rumahnya berbunyi. Kaki kurus nan jenjang Rosé melangkah menuju pintu dan membukanya, bisa ia lihat dua orang dewasa dan satu anak kecil berumur 6 tahun tersenyum padanya.

"Long time no see~" sambut Rosé.

"AUNTYYY! LINDEN KANGEN ROCHI AUNTY~!"

Rosé menunduk setelah mendengar teriakan melengking gadis kecil dengan dua kuncir di kepalanya, kakinya dipeluk.

DARAH HIGH MUMBULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang