Sweaty Act

529 79 16
                                    

Sweaty Act

Roseanne Park Blackpink &
Lee Jeno NCT Dream

By WafyShan

***
















Suasana sejuk di musim semi membuat beberapa mahasiswa tampak bersemangat di sepanjang koridor. Festival musim semi di kampus adalah acara yang paling ditunggu oleh setiap mahasiswa. Sebuah festival olahraga yang memang diadakan setiap tahunnya. Berbagai macam olahraga dipertandingkan antar jurusan.

Rosé. Gadis itu berjalan dengan penuh senyum. Membawa tas kecil yang berisi dua botol air; air mineral dan isotonik besera dua buah handuk kecil. Bibir kecilnya bersenandung menyanyikan sebuah lagu yang tengah naik daun saat ini.

"Sudah ramai sekali," gumamnya melihat kerumunan di tengah lapangan. "Padahal masih ada sepuluh menit lagi sebelum babak final futsal diadakan."

Rosé menarik napasnya sebelum masuk ke dalam kerumunan. Mengucapkan kata 'permisi' hanya untuk menerobos kerumunan yang mana 85% berisi para mahasiswa perempuan. Sedangkan sisanya adalah mahasiswa laki-laki yang datang untuk mendukung jurusan masing-masing, kecuali mahasiswa perempuan yang memilih mendukung beberapa pangeran kampus.

Bagi Rosé, menerobos kerumunan dengan penuh perempuan-perempuan yang liar akan kasih sayang dari sang pangeran kampus itu adalah hal yang mudah. Sangat mudah. Siapa yang berani untuk tidak memberikan jalan seorang putri kampus di angkatannya?

Jawabannya tidak ada yang berani.

Rosé tersenyum. Posisi yang bagus untuk melihat seseorang yang telah mengisi hatinya satu tahun ini. Senyumnya semakin mengembang saat melihat nomor punggung 23 dengan sebuah nama di atasnya.

Jeno.

Salah satu dari pangeran kampus. Pujaan para mahasiswa perempuan. Tetapi sayang tidak ada yang berani memilikinya. Karena laki-laki itu sudah memiliki kekasih yang tidak lain dan tidak bukan adalah Rosé sendiri.

Kedua matanya bertemu dengan mata yang kini mulai menyipit ketika tersenyum. Pandangan yang selalu membuat detak jantung Rosé tidak normal.

"Tidak membawa payung?" Jeno yang sudah berada di depan Rosé kini bertanya. "Kata ramalan cuaca hari ini, matahari akan bersinar sangat terik."

"Sudah aku katakan jangan percaya dengan ramalan cuaca. Kamu itu terlalu percaya sama yang kayak gitu, Jen." Rosé mencubit gemas hidung besar Jeno.

Tangan besar Jeno mengusap lembut rambut kekasihnya. Wajahnya mendekat, mengikis jarak di antara dirinya dengan Rosé. "Aku hanya enggak mau kekasih cantikku ini kepanasan."

Oke. Sejak kapan Jeno semakin manis seperti ini? Wajah Rosé memerah.

"Kamu kepanasan? Pipi kamu sampai merah gitu. Tunggu di sini ya. Aku ambil sesuatu. Bentar doang."

Setelah mengatakan itu, Jeno pergi meninggalkan Rosé yang kini tengah memegang kedua pipinya. "Aku yang terlalu lemah atau dia yang semakin manis sih?!"

Rosé tidak tahu. Mahasiswa lain yang ada disekitarnya terlihat begitu iri melihat bagaimana perlakuan Jeno kepadanya. Ada yang ingin menangis, ada yang sesak dan ada yang mengkhayal. Rosé tidak akan tahu, karena ketika bersama Jeno seperti dunia milik berdua.

Jeno datang dengan sebuah jaket di tangannya. Rosé berpikir. Cuaca panas dan jaket? Dia mau buat aku tambah berkeri—

"Pakai jaket aku buat nutupin kepala kamu dari sinar matahari ya."

DARAH HIGH MUMBULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang