"Apa yang Tamaki-kun inginkan untuk terakhir kali jika tuhan menakdirkan dunia untuk menjadi remah esok hari?"
"A-apakah itu perandaian, ataukah sebuah ramalan?"
Aku memasang senyum jenaka, berniat menggoda remaja laki-laki seumuran ku yang kini menatapku dengan raut tak percaya. Remaja itu mengusap dagunya gugup, seolah pertanyaanku sama sulitnya dengan soal ujian musim panas kami seminggu yang lalu.
"Ini hanya sebuah 'jika'.. Aku sendiri tidak berharap Tuhan akan menghancurkan bumi dihari esok. Aku masih belum selesai menonton series terakhir dari anime yang kita tonton bersama kemarin, juga kita masih punya rencana pergi ke taman diakhir pekan nanti"
"H-hey.. apakah itu benar-benar penting?"
Aku terkekeh pelan. Berniat membiarkan pertanyaannya terus mengambang. Ku alihkan pandang pada awan senja yang nampak memerah. Memberikan kesan megah sekaligus rasa gundah. Seolah, lewat warna merah itu Tuhan memberikan pesan, bahwa esok bisa jadi dunia kami tak lagi satu.
Menyesap pelan kopi ditangan, aku perlahan mengalihkan lagi pandanganku pada pemuda yang kini menatapku dengan raut ingin tahu.
"Jika itu Tamaki-kun. Apa yang kamu inginkan jika esok dunia runtuh."
Tamaki-kun merendahkan pandangan. Ditatapnya lekat gelas coklat miliknya yang masih terisi setengah. Pemuda itu menghela napas sejenak, sebelum menatapku dengan pipi memerah.
"J-jika esok dunia runtuh, maka aku ingin bersama dengan orang-orang yang ku sayang untuk detik terakhir. Setidaknya dengan bersama mereka, aku bisa mengungkapkan bertapa diberkatinya aku untuk dapat bertemu, menghirup napas, dan tertawa bersama untuk waktu yang cukup lama. Setidaknya meski hanya dengan beberapa menit yang tersisa, aku ingin mengungkapkan rasa cinta."
Aku tersenyum mendengarnya. Aku memang selalu merasa pemuda di hadapanku ini memiliki pribadi yang manis, namun tak menyangka jika ia masuk dalam kategori manusia penghasil gula. Perlahan aku kembali mengangkat cangkir, berniat lekas menghabiskan isinya mengingat senja sudah hampir berlalu dalam sekejap mata.
"Bukankah itu romantis sekali, Tamaki-kun? Kurasa orang-orang yang kamu sayangi juga merasakan hal yang sama."
"Benarkah?"
Aku mengangguk, menyesap pelan cangkir kopi yang sisa sedikit. Ku tatap Tamaki-kun yang melirikku lewat sudut mata. Telinganya memerah, sampai-sampai aku khawatir jika demam sedang menyerang tubuhnya saat ini.
".....mu juga?"
"Ya?"
Aku mendekatkan kepala, mencoba untuk mendengar lebih jelas apa yang digumamkan oleh sang pemuda.
Tamaki-kun menghela napas panjang. Ia kemudian mengangkat wajahnya. Iris nilanya yang bergetar menatap lurus kearahku. Pemuda itu kemudian meraih tanganku, meremasnya pelan seolah meminta fokus ku pada presensinya.
"A-Apakah kamu menyayangiku juga, (Name)? K-karena kamu juga termasuk orang yang ku sayang setelah keluargaku, apakah itu berarti kamu merasakan hal yang sama?"
Aku terdiam. Terlalu terkejut untuk menjawab.
****"Jika langit runtuh esok hari apa yang akan kamu lakukan?"
Kdy: Minta ampun pada Tuhan
24 August 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot BNHA X Reader
Randomhanya kumpulan wansyut atau drabel antara Chara BNHA dengan Reader