"Bangun oy!"
Suara gedoran pintu di luar berhasil membuatku terbangun karena kaget. Kulirik jam di nakas, waktu masih menunjukkan pukul enam. Aku mendesah panjang. Mencoba menenangkan jantungku yang masih berdetak kencang akibat terkejut.
"Hoy! bangun! Atau ku ledakkan pintu kamarmu"
"Sebentar.."
Aku mulai melangkah kearah pintu. Membukanya sedikit yang mana disambut dengan wajah marah milik Bakugou Katsuki. Pemuda berambut blonde ash yang telah menjadi temanku sejak kecil itu menatapku tajam. Ada ember penuh air diletakkan disampingnya, seolah ia memang berniat menyiramku dengan air jika aku tidak bangun.
"Ada apa?"
"Kamu betulan lupa? Dasar bodoh! Hari ini kita harus ikut pilkada! Satu suara bisa menentukan masa depan daerah dan bangsa! Dasar bodoh!"
"Oh, aku lupa"
Aku menggaruk pipiku yang tidak gatal. Bagaimanapun juga sejak awal aku memang tidak ingin ikut hal-hal yang merepotkan seperti ini.
"Eumm, ya sudah nanti siang aku ke TPS"
"Aku yakin kamu tidak akan pergi jika tidak diawasi! Cepat mandi! Basuh muka kentangmu itu lalu kita pergi bersama! Jangan lupa pakai masker dan bawa alat tulis sendiri!"
Aku mengganguk malas, memilih mengikuti instruksi dari Bakugou ketimbang mendengar omelannya yang diluar batas. Dengan segera aku menutup pintu, meninggalkan Bakugou yang masih mengomel diluar dan segera berlari ke kamar mandi. Setidaknya aku harus cepat sebelum Bakugou semakin marah karena terlalu lama menunggu.
***
"Ayo!" Kataku seraya merapikan maskerku. Bakugou berdecih sebagai jawaban. Ia dengan hati-hati membenarkan tatanan rambutku yang sedikit berantakan akibat tali masker."KTP dan undanganmu sudah?"
Aku mengangguk sebagai jawaban.
Bakugou hanya bungkam setelahnya. Ia berjalan lebih dulu dihadapanku. Hari ini kami berniat jalan kaki sampai di tempat pemilihan. Awalnya aku menolak karena panas, namun Bakugou tetap memaksaku dengan alasan sambil olah raga mengingat kami tidak pernah keluar karena wabah Corona.
Dijalan, siapa sangka jika aku bertemu dengan Midoriya yang tengah menunggu didepan gerbang U. A. Aku berniat menyapanya, namun ternyata Midoriya menyelaku lebih dulu.
"Wah, (Name)-Chan dan Kacchan. Apakah kalian ke TPS bersama?"
"Apa kau tidak bisa melihat deku? Kenapa kamu masih bertanya! Kau menantangku berkelahi, hah!"
Aku mencubit pinggang Katsuki pelan, mengkodenya untuk diam. Ku ulas senyum kepada Midoriya yang masih menatap Katsuki ketakutan. Aku berniat mengajak Midoriya pergi bersama. Pikirku pergi dengan banyak orang lebih baik kan, ketimbang hanya berdua.
"Iya, ayo pergi bersama, Izu-chan"
Midoriya menggeleng. Ia menunjuk gedung asrama dengan wajah penuh penyesalan. "Maaf, tapi aku sudah ada janji dan sekarang aku tengah menunggu Uraraka-san."
"Lain kali jika begitu" kataku. Ku alihkan pandang pada Bakugou yang masih menatap Midoriya dengan tatapan permusuhan. "Ayo pergi"
***
"Berdiri sebentar disini"
Aku menatap Iida yang berdiri dihadapanku dengan termometer di tangan. Iida mengarahkan termometer ke kepalaku setelah meminta izin pengecekan suhu.
"35,7°. Sekarang cuci tanganmu kemudian serahkan undangannya ke stand pencatat kehadiran pemilih."
Aku hanya mengangguk dan mulai mencuci tangan. Setelah selesai aku mulai beranjak ke tempat yang ditunjuk oleh Iida. Rupanya ada Todoroki disana. Pemuda itu mengulas senyum tipis seraya menerima undangan yang ku sodorkan tadi.
"Ada dua?"
"Iya, milikku dan Kacchan"
Todoroki mengangguk paham.
"Duduklah dahulu, nanti nama kalian akan dipanggil"
Aku mengulas senyum, sebagai jawaban sekaligus tanda pamit sebelum berbalik ke kursi tunggu dan duduk di sebelah Katsuki.
"Katanya kita harus menunggu"
Katsuki berdecih namun tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya bersandar di kursi. Netra rubynya berpendar menatap sekitar. Sesekali tangannya meraih helaian rambutku, dan memilinnya lembut. Aku sengaja membiarkannya, karena menurutku lebih baik baginya tetap tenang karena memilin rambutku ketimbang teriak-teriak karena bosan.
Lima belas menit menunggu, akhirnya kami dipanggil kedalam. Aku segera membubuhkan tanda tangan pada absen, mengambil kartu pemilih lalu berjalan ke bilik pencoblosan. Semua proses pemilihan berjalan lebih mudah dari yang aku bayangan. Selesai mencoblos, aku segera berpindah ke kotak suara. Ada Kirishima disana. Ku lemparkan senyum tipis sebagai sapaan.
"Semangat" kataku seraya memasukkan kartu pemilih yang hanya dibalas Kirishima dengan anggukan.
Selesai dengan kartu aku segera melangkah ke tempat pencapan jari. Ada Shinsou disana yang mengarahkan jari kelingking kananku ke tinta warna biru. Aku hanya mencelupkannya sedikit, mengingat warnanya yang agak sulit hilang nanti.
"Aku pergi duluan"
Shinsou hanya mengangguk seraya tersenyum. Membiarkan aku berbalik membelakanginya dan keluar dari ruangan. Suasana diluar semakin banyak orang, nampaknya mereka baru berdatangan. Aku bisa melihat Midoriya dan Urakara masih duduk dibangku tunggu melambaikan tangan kepadaku. Namun tidak sempat aku balas karena Katsuki segera menarikku pulang.
"Ayo pulang, aku tahu kamu belum sarapan"
Aku melirik Katsuki heran. Tumben sekali dia secara terang-terangan memperhatikanku. Ini adalah sebuah kemajuan yang tak terduga. Katsuki adalah tipikal orang yang tsundere akut. Ia bahkan rela menunggu aku tertidur hanya untuk menengokku ketika aku demam beberapa tahun lalu. Makanya aku merasa aneh dengannya yang tiba-tiba perhatian seperti ini.
"Apa kamu akan memasakkan makanan yang enak untukku?" candaku.
"Iya"
"...Iya aku tahu kamu tidak akan ma---What?!"
****
Jangan lupa sarapan
Nulis opo to jane ki..
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot BNHA X Reader
Randomhanya kumpulan wansyut atau drabel antara Chara BNHA dengan Reader