Epilog

120K 4.4K 45
                                    

Halo selamat malam Terima kasih yang sudah menanti cerita ini,, akhirnya aku up juga, buat kalian semua Jangan kaget ya kalo partnya pendek Karena ini tuh epilognya. jangan di tungguin extra partnya takut kalau besok aku ada waktu ngetik,, karena aku besok mau pulang dari Jogja ke Salatiga emang minggu-minggu ini lagi sibuk banget dan kerjaan aku lgi  banyak banget...

Selamat malam selamat beristirahat selamat liburan,, yang masih bekerja masih sekolah tetap semangat ya bye bye Good night guys see you soon..






Satu persatu permasalahan telah selesai di tangani, menjelang musim panas Bara membawa Ciara pergi ke Irlandia, hanya mereka berdua, di peternakan milik Daddy Jonnas.

“Gimana suka?.” Tanya Bara, mereka sedang menikmati pemandangan perbukitan dari belakang Villa.

“Emmmm suka,, aku suka banget,,” Balas Ciara.

Bara memeluk Ciara dari belakang, tangan Bara dia letakkan diatas perut Ciara, mengusap usap pelan perut Ciara yang telah membuncit langsung di balas dengan tendangan pelan dari buah hati mereka.

“Wahhhhh,,, anak Daddy, kamu juga senang liburan disini?.” Tanya Bara,, Ciara tersenyum mendengar Bara mengobrol dengan anak mereka dalam kandungan Ciara.

“Dia terus terusan menendang, aku tidak menyangka akan memberikan respon setiap aku mengusap usap perutmu,” semenjak dua bulan yang lalu janin dalam kandungan Ciara telah aktif menendang membuat Ciara dan Bara benar benar merasakan perkembangan janin dalam kandungan Ciara.

“Iya,, sepertinya dia sangat sangat menyayangi Daddynya, dari pada Mommynya,” Ciara cemberut, pasalnya, janin dalam kandungan Ciara hanya menendang disaat saat tertentu kecuali ada Bara, terkadang hanya mendengar cuara Bara kandungan Ciara bisa menendang dengan pelan.

“Daddy juga menyayangimu dan Mommy,, baik baik dalam kandungan Mommy sayang, sampai bertemu dua bulan lagi.

Bara mengecup kening Ciara penuh dengan kasih sayang. Bara sendiri tidak menyangka akan menikah, dulu sebelum bertemu dengan Ciara, dalam hidup Bara, dia tidak perduli dengan yang namanya pernikahan, bagi Bara, pernikahan itu bulshit, namun dengan mudahnya Bara menerima ajakan Ciara untuk menikah,.

“Sebaiknya kita masuk kedalam, sepertinya pelayan telah selesai menyiapkan makan siang untuk kita.” Ajak Bara, Bara benar benar mengontrol jam makan Ciara, vitamin dan susu untuk Ciara, bahkan selama ini Bara selalu membuatkan susu untuk Ciara, Ciara benar benar menjadi seorang ratu. Bara benar benar memperlakukannya dengan baik, seperti janjinya pada Jonnas..

“Ayooo,,, aku tidak sabar mengicipi buah buahan yang tadi di petik di kebun.” Bara mengangguk. Mereka berdua berjalan beriring iringan menuju kedalam villa.


Mata Ciara berbinar binar melihat makanan yang tersaji di meja makan sungguh menggugah seleranya.
Bara hanya tersenyum melihat Ciara yang antusias dengan makan siangnya.

“Ayoo,, kamu bisa mencicipi semuanya,” Bara menarik kursi untuk Ciara duduk, setelah memastikan Ciara nyaman dengan duduknya baru Bara duduk disamping Ciara.

Steak daging sapi menjadi menu makan siang mereka, juga ada beberapa dissert yang di siapkan pelayan.

Bara menggeser steak yang telah di potong potong pada Ciara, dan Ciara mengangkat steaknya yang belum dia sentuh sama sekali pada Bara. Inilah kebiasaan Bara selama ini, memastikan Ciara tidak kesulitan sama sekali, tidak jarang Bara menyuapi Ciara ketika Ciara tidak mood untuk makan, dan entah mengapa, suapan dari Bara sungguh sungguh terasa lezat di lidahnya, padahal tadi Ciara benar benar tidak nafsu untuk makan.


“Pelan pelan Ciara,” Bara menegur Ciara yang lahap memakan steaknya. Bara takut Ciara tersedak karena saking lahapnya dia makan.

“Iya Bara,, kamu juga makan, jangan lihatin aku mulu,” Bara mengangguk, dia mengambil potongan steak miliknya, Bara menikmati steaknya, sambil melihat Ciara makan sungguh perpaduan yang sangat nikmat.


****


Axel sedang sibuk menyiapkan kerja sama dengan perusahaan asal Jerman, Axel melebarkan bisnisnya dalam dunia otomotif.

Sekertaris Axel mengingatkan Axel melalui intercom jika lima menit lagi akan ada meeting dengan perusahaan asal Jerman dan juga dari majalah otomotif, dan juga fotografer yang terbiasa melakukan permotretan di alam bebas karena mobil yang di luncurkan kali ini mobil khusus untuk ofroad, namun tetap nyaman untuk di gunakan sehari hari di kota.


Axel berjalan menuju ruang meeting, bersama sekertarisnya dan juga asistennya.. di ruang meeting Axel melihat semuanya telah berkumpul mungkin menunggu kedatangannya.

Orang orang yang sebelumnya duduk santai langsung berdiri ketika melihat Axel masuk kedalam ruang meeting.

“Selamat siang Tuan Axel,” Sapa semua orang yang ada di ruang meeting.

“Selamat siang, silahkan duduk kembali,” Axel menyuruh semua orang orang ada di sana untuk duduk, begitupun dengan dirinya.

“Kita langsung saja mulai meetingnya, silahkan,” Axel tanpa mau basa basi terlebih dulu, inilah Axel jika dia sudah fokus dengan pekerjaannya, tidak ada yang namanya basa basi.

Satu demi satu manager melakukan presentasi, Axel sedari tadi sibuk dengan rangkuman dokumen di tangannya sambil mendengarkan presentasi dari managernya ataupun dari pihak perusahaan otomotif dari Jerman hingga Axel tidak menyadari jika ada seseorang yang sedang ia cari.

“Tuan Axel, untuk pemotretannya kami telah menyiapkan dua photographer, satu photographer yang sering memotret di alam bebas dan satu lagi photographer otomotif yang dibawa perusahaan Elsone dari Jerman,” Axel mengangguk mendengar ucapan sekertarisnya,.

Axel mengedarkan matanya melihat sekelilingnya mengamati satu persatu hingga dia menemukan dua orang, laki laki dan perempuan duduk bersebelahan, di meja ada dua kamera yang mungkin itu milik mereka,.

Fokus Axel bukan pada kamera ataupun dua photographer yang berdiri, namun pada perempuan itu. Itu perempuan yang dicari Axel selama ini, masih ingat dong kalian saat sidang pertama Erico Altera seorang perempuan berkomentar di samping Axel, nahhh itu dia, Stella Carolline.

Stella dan Axel sama sama melotot,, namun Axel lebih cepat mengontrol ekspresinya.

“Mereka ini yang akan menjadi photographer pemotretan mobil satu minggu lagi?.” Tanya Axel pada sekertarisnya.

“Iya Tuan Axel.” Axel hanya mengangguk,.

“Baiklah, tapi sebelumnya aku meminta sample foto dari kalian, di basement banyak mobil aku meminta kalian berdua untuk memotret beberapa mobil yang sekiranya menarik,, walau ini hanya untuk sample, namun saya ingin hasil terbaik dari karya kalian,” Apa yang di ucapkan Axel adalah perintah yang mutlak, dan mereka berdua segera pamit untuk pergi ke basement melakukan tugas yang diberikan Axel pada mereka berdua.


Satu jam waktu yang di butuhkan Axel untuk menunggu hasil dari jepretan dari kedua photographer, karena ini hanya sample yang Axel minta, jadi hanya Axel saja yang melihat hasil fotonya.

Axel melihat hasil foto dari photographer otomotif, walau masih mentah belum di edit namun Bara puas dengan hasil kerjanya, pantas dia banyak diincar perusahaan otomotif dunia, hasilnya sangat bagus.

Selanjutnya, giliran Stella, dia masuk kedalam ruangan Axel dengan percaya diri, walau tadi dia tidak percaya jika orang yang dia ajak bicara di pengadilan beberapa bulan yang lalu boss besar, dan dia juga anak dari keluarga Khiel.

Mungkin ini yang dinamakan karma, atau apa lah entah, saking fokusnya dia menjelajah hutan dia bahkan tidak mengetahui siapa Axelino.

“Lumayan juga hasil foto kamu, tapi kenapa kamu mengambil dua foto ini di parkiran depan? Bukannya saya minta foto di basement?.” Tanya Axel.

“Maaf Tuan Axel, saya hanya ingin memberikan perbandingan hasil foto saya di indoor maupun di outdoor, mungkin sebagian orang akan mengatakan jika saya hanya bisa foto di outdoor, namun saya harus menepis itu semua bukan, hasil foto saya tidak kalah bagus dengan hasil foto dari Lucius Marshal.” Axel membenarkan ucapan Stella, namun bukan Axel sekali jika dia langsung mengeluarkan pujiannya.

“Ok,, hasil kamu lumayan, ohhh, rekomendasikan dua atau tiga hutan terdekat untuk pemotretan, sepertinya tim pemotretan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik.” Ucap Axel santai, Stella hanya mampu mengangguk, masalah hutan, jangan di tanya lagi, dia sudah menjelajah beberapa hutan, dan mungkin salah satunya ada yang cocok untuk menjadi tempat pemotretan nanti.

“Aku tunggu dua hari, dan hasilnya harus memuaskan. Ohhh ya satu lagi yang harus kamu ingat, jangan memberikan komentar apapun pada hal yang kamu tidak tau,” Stella hanya mampu meneguk ludahnya, sial. Stella kira Axel telah melupakannya namun ternyata tidak.

Love From MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang