Love From Mafia Part 39 Umpan

109K 4.8K 14
                                    


Bara mungkin benar benar membunuh pelayan dan pengawal di mansion ini, karena pagi ini Ciara tidak melihat Mia, Raras, Yasya, bahkan pengawalan di perketat, ada beberapa anjing penjaga yang berkeliaran di halaman mansion.
Ciaraduduk bersendar di headbed sambil mengamati pelayan yang mondar mandir di kamarnya, ada pelayan yang menyiapkan air mandinya, ada juga pelayan yang menyiapkan sarapan untuknya ada juga yang membersihkan kamarnya.
“Nona, air mandinya sudah siap, mari saya bantu Nona,” Pelayan yang mungkin bertugas untuk menyiapkan air mandi untuknya menghampiri Ciara, dan ingin membantunya mandi,
“Aku bisa sendiri,” Balas Ciara, telapak kakinya masih terasa sakit jika digunakan untuk jalan namun Ciara tidak perduli, rasa sakit telah menjadi temannya selama ini, bahkan dulu Ciara telah merasakan sakit yang lebih dari ini, Ciara menapakkan kakinya di lantai, rasa nyeri langsung menderanya, namun dia tidak perduli dengan rasa nyerinya.
“Nona saya akan membantu anda,” Pelayan ingin membantu Ciara, namun Ciara langsung menggeleng, dia tidak ingin pelayan pelayan barunya kena masalah lagi, cukup sekali Ciara membuat kesalahan hingga membuat orang orang tidak bersalah menanggung akibatnya.
“Aku bisa sendiri,” Ciara tetep keukuh tidak mau dibantu pelayan.
Satu langkah, dua langkah, tiga langkah, Ciara masih sanggup untuk melangkah, namun langkah kelihat Ciara tidak sanggup lagi tubuhnya oleng, beruntung ada tangan yang sigap menompang tubuhnya.
Bara baru saja masuk kedalam kamar Ciara, melihat Ciara yang hampir jatuh Bara langsung menangkap tubuh Ciara..
“Apa yang kamu lakukan Ciara?.” Tanya Bara dengan tatapan mata tajamnya membuat Ciara cukup ketakutan, apa lagi jarak mereka sangat dekat. Para pelayan langsung menyingkir dari kamar Ciara tanpa di komando.
“Aku,, aku ingin mandi,” Balas Ciara, dia mencoba untuk membebaskan diri dari dekapan Bara. Dengan langkah pelan Ciara jalan menuju kamar mandi.
Bara menyadari jika ada darah di lantai, seiring dengan kaki Ciara melangkah, buru buru Bara menggendong Ciara, membawanya ke kamar mandi.
“Bara lepasinnn,” Ciara memberontak, namun Bara tidak perduli, Bara malah mempercepat langkahnya.

Bara mendudukan Ciara di atas closet, melepas perban yang menutupi luka di kaki Ciara, dengan hati hati Bara mengganti perbannya, selesai mengganti perban Ciara, Bara melepas pakaian Ciara, Bara yang akan memandikan Ciara, karena Bara rasa Ciara tidak bisa mandi sendiri.
Ciara dan Bara sama sama diam, Bara membantu Ciara mandi, sebenarnya bukan mandi, Bara hanya menyeka tubuh Ciara, melihat luka di kaki Ciara Bara takut aja Ciara kesakitan saat lukanya yang belum kering terkena air.
Baju ganti Ciara yang telah di siapkan pelayan di walk in closet Bara ambil, bahkan Bara sendiri yang mengganti baju Ciara.

Bara mendudukan Ciara di sofa, sarapan Ciara telah siap di meja. Bara langsung meninggalkan Ciara di sofa, meeting pagi ini cukup penting dan Bara ingin menghadiri meeting kali ini.
Ciara menghembuskan nafasnya pelan, dia tidak menyangka Bara akan membantunya. Merilik makanan yang tersaji di meja makan, Ciara lagi lagi hanya menghembuskan nafas kasarnya, lagi lagi sarapannya hanya roti, susu dan buah, sesekali gitu sarapan yang enak,, Ciara ingin makan bubur ayam, mungkin bisa di bilang nyidam, namun itu tidak mungkin, Bara pasti tidak akan mengizinkan Ciara makan, makanan seperti itu.
Dengan berat hati Ciara makan rotinya dengan enggan, Ciara tidak boleh egois, saat ini ada janin yang tumbuh dan berkembang dalam tubuhnya, dan janinnya butuh asupan makanan.


***


Jonnas sedang mengawasi Audrey di rumah sakit, walau Jonnas telah menempatkan beberapa orangnya di rumah sakit ini, namun sesekali Jonnas harus memastikan Audrey benar benar mendapatkan perawatan terbaiknya, sesuai permintaan Bara waktu lalu, jika Audrey harus mendapatkan hukuman yang setimpal dengan apa yang dia lakukan pada Ciara, tentu saja kedua orang tua Audrey tidak tau, mereka hanya tau jika Jonnas telah bermurah hati untuk memberikan perawatan yang terbaik untuk Audrey, padahal tidak.
“Bagaimana ada perkembangan?.” Tanya Jonnas pada Dokter yang merawat Audrey selama ini,
“Belum Tuan, Nona Audrey belum menunjukan perkembangan sama sekali, bahkan Nona Audrey tidak memberikan respon sama sekali terhadap perawat maupun Dokter yang bertugas memeriksanya,” Penjelasan Dokter mampu membuat Jonnas tersenyum walau samar.
“Apa orang tuanya mengunjungi Audrey selama ini?.” Tanya Jonnas, hanya untuk memastikan Brandon dan Esther tidak tau rencananya,
“Mereka mengunjungi Audrey kemarin, namun mereka langsung pergi setelah Audrey tidak menunjukan respon sama sekali,” Jonnas mengangguk.
“Apa tidak ada orang lain?,” Tanya Jonnas, hanya untuk memastikan saja.
“Tidak ada Tuan, hanya kedua orang tua Nona Audrey,” Jonnas mengangguk.
“Saya akan kembali ke ruang perawatan Audrey,” Jonnas rasa dia sudah selesai menggali informasi tentang Audrey, dia harus menjemput Catya di ruang isolasi, Audrey sengaja di tempatkan disana, tempat yang sepi, jauh dari hirup pikuk pasien sakit jiwa yang ada di rumah sakit ini.

Berita Audrey gilapun telah menyebar di kalangan media, banyak wartawan ingin mengkonfirmasi tentang berita itu, namun Jonnas tidak perduli, asisten Jonnas hanya memberi tau wartawan untuk mengkonfirmasi secara langsung pada Brandon dan Esther orang tua Audrey. Tentu saja hal itu membuat Brandon dan Esther cukup kesal dengan Jonnas namun mau bagaimana lagi, Jonnas mengancamnya untuk menghentikan pengobatan Audrey jika Brandon tidak bisa mengurus wartawan.
“Arres, Up foto foto itu,” Jonnas memberikan perintah pada Arres untuk menyebarkan sebuah foto, entah apa, namun sebentar lagi tentu saja semuanya tidak lagi sama.

Arres sedari tadi telah menunggu perintah dari Jonnas langsung mengunggah foto yang telah disiapkan Jonnas.

Jonnas melihat Catya duduk di kursi tunggu bersama seorang perawat.
“Catya ada apa?.” Tanya Jonnas. Catya langsung memeluk Jonnas,
“Audrey, tadi dia mengamuk, Dokter bahkan harus membius Audrey,” Catya menangis dalam pelukan Jonnas,
“Sssstttt,,,, enggak papa, biarkan Audrey menemukan emosinya, kita tidak inginkan Audrey hanya diam tidak merespon perkataan kita?,,” Jonnas menenangkan Catya.
“Apa dia akan baik baik saja?.” Tanya Catya lagi.
“Dokter bilang semuanya akan membaik, kita hanya perlu sabar menunggu,” Catya mengangguk.
“Ayooo kita pulang, kamu harus istirahat.” Jonnas menuntun Catya, membawanya pergi dari ruang isolasi.


****


Bara mengulas senyumnya di bibirnya, Bara sengaja memancing orang orang untuk menangkap umpannya, dengan begitu Bara bisa melihat siapa saja musuh dibalik selimut yang selama ini membuat Bara, Axel, dan Jonnas lelah dengan ulah mereka.
Setelah ini dia tinggal menunggu satu persatu dari mereka datang entah secara langsung atau diam diam.
“Tuan, semuanya sudah siap,” Bara mengangguk, Bara melangkah menuju pintu ruang kerjanya.
Saatnya pulang, ini sudah malam, dan Bara memang sengaja untuk pulang malam hari, menghindari Ciara alasan utama Bara, entah apa yang terjadi dengannya, setiap dekat dengan Ciara, Bara seperti hilang kendali, dia ingin menyentuh Ciara, terus menerus, tubuh Ciara telah menjadi candu baginya, dan itu tidak baik untuknya.
Baru saja Bara duduk didalam mobil, johan menyerahkan tab yang dia pegang pada Bara,
“Ada apa?.” Tanya Bara,
“Lihat saja,” Balas Johan, dengan penuh kebingungan, Bara mengambil tab yang di ulurkan Johan.
dengan saksama Bara melihat isi video yang ada di tab Johan.
“Ternyata media sungguh sangat cepat sekali memburu beritanya,” Bara berkomentar setelah dia melihat videonya.
“Selanjutnya apa yang harus dilakukan?.” Tanya Johan.
“Biarkan saja, lagian mereka tidak ada yang tau siapa anak dari Mommy dan Daddy, selama Ciara tidak menggunakan nama belakangnya mungkin tidak ada yang menyadarinya,” Ya semua berita ini ada sangkut pautnya dengan Ciara, media Inggris yang pertama kali mendapat berita ini jika anak dari pengusaha Property dunia Jonnas Khiel telah di temukan setelah hilang selama puluhan tahun, banyak media berbondong bondong mencari tau, karena Jonnas Khiel dan Catya Khiel belum memberi konfirmasi sama sekali akan tetapi berita ini sudah meggemparkan dunia.
“Selama Ciara di mansion dia akan aman,” Ini mungkin dari awal kegemparan yang akan terjadi nantinya, dan Bara tidak ingin Ciara menjadi target utamanya, Bara memang kejam, mengurung Ciara di mansionnya bukan tanpa alasan. Bara tidak ingin orang orang tau jika Ciara menjadi istrinya, mereka akan mengarahkan dendamnya pada Ciara bukan lagi pada Bara, biarkan seperti ini agar Bara tidak perlu mengkhawatirkan keadaan Ciara saat Ciara tidak ada disampingnya.
“Apa ada pergerakan dari orang orang yang kita curigai?.” Tanya Bara.
“Saat ini belum, tapi Keano dan Edo terus mengawasi mereka,” Bara mengangguk, tidak sia sia Bara memiliki asisten yang siap kapan saja, bahkan Bara belum menyuruhpun mereka telah berada di posisinya.
“Kerja bagus, cepat atau lambat mereka akan memakan umpannya, jadi siapkan saja diri kalian untuk bertemur jika waktunya telah tiba.” Johan mengangguk. Ya,, kali ini bukan hanya pertempuran senjata tajam saja mungkin pertempuran antar perusahaan akan terjadi, dan ini lebih parah dari pada pertempuran sejata tajam karena melibatkan orang orang tidak bersalah di dalamnya.
Bara sampai di mansionnya, penjaga memberi salam pada Bara, Bara hanya mengangguk sekilas lalu pergi begitu saja, di ikuti Johan.
Bara menuju lantai tiga sementara Johan ke lantai dua, ini sudah malam dan Johan memutuskan untuk tidur di mansion Bara dari pada kembali ke apartemennya itu akan melelahkan untuknya.

Love From MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang