hai gaess... selamat malam, apa kabar nih,? sorry aku kemarin lupa enggak up, sebagai gantinya besok pagi aku bakalan up. so staytune aja di wattpad,
happy reading gaes, see u..
Baru saja Bara memasuki mobilnya ketika Jonnas menghubunginya, tumben Daddynya menghubunginya, bukannya Jonnas dan Catya masih tidur di kamar.
“Halo Dad, ada apa?.” Tanya Bara.
“Bara, bisa kamu ke rumah sakit Puri Indah, Esther sakit, ada yang ingin Daddy bicarakan dengan kamu.” Pinta Jonnas.
“Baik Dad, Bara ke rumah sakit.” Balas Bara, beruntung pagi ini dia tidak memiliki banyak pekerjaan, jadi dia bisa mampir sejenak ke rumah sakit.
Bara meminta supir untuk pergi kerumah sakit sebelum ke kantor.
Sesampainya dirumah sakit, Bara segera menuju ruang inap Esther, beberapa perawat dan Dokter muda (perempuan) mencuri curi pandang pada Bara yang berjalan di lorong rumah sakit.
“Dad,” Sapa Bara, ketika melihat Jonnas duduk di kursi depan ruang rawat inap. Bara duduk di samping Jonnas, sebenarnya Bara cukup bingung kenapa Jonnas memintanya datang ke rumah sakit.
“Ada apa Dad?.” Tanya Bara pada akhirnya, dia juga malas menerka nerka apa yang ingin Jonnas katakan.
“Kondisi Esther cukup membuat Catya sedih, bahkan semalaman Catya tidak tidur hanya untuk menunggu Esther siuman, tadi saat Esther bangun dia menangis ingin bertemu Audrey. Bara, apa boleh Daddy minta kamu untuk sudahi ini semua, bebaskan Audrey, Daddy yang akan tanggung jawab, Daddy akan bawa Audrey ke London, Daddy akan minta pihak imigran untuk mencabut izin tinggal Audrey di Indonesia, Daddy mohon Bara.” Bara tidak tau apa yang harus dia lakukan, namun melihat permohonan Jonnas seperti ini membuat Bara mau tidka mau mengambil keputusan terberat untuknya.
“Bara akan lepasin Audrey, siang ini Audrey sudah ada di rumah sakit,” Walau Bara merasa tidak rela mainannya di bebaskan, tapi apa boleh buat.
“Bara pegang janji Daddy, kalau sampai Audrey kembali menyakiti Ciara, jangan salahkan Bara kalau Audrey hanya tinggal nama setelahnya,” Balas Bara, membuat orang yang menguping pembicaraan mereka menelan ludah pelan, Bara adalah Bara, dia bukanlah orang pemaaf, dia akan membalas siapa saja yang mengusiknya.
“Daddy janji,,” Walau Jonnas sebenarnya masih berat untuk melepas Audrey, apa yang di lakukan Audrey pada Ciara sangat keterlaluan.
***
Ciara sedang duduk di tempat tidur ketika Dokter datang untuk memeriksa keadaan Ciara, ini sudah satu minggu setelah Ciara pulang dari rumah sakit, pendarahan Ciara juga sudah bersih, tidak ada lagi bercak darah, beberapa hari ini Ciara juga mulai belajar berjalan keliling lantai dua, ataupun jalan jalan di taman dengan perawat, karena kaki Ciara cidera saat dia jatuh, sebenarnya awalnya tidak ada masalah, namun saat Ciara memaksakan jalan dari tempat tidur ke kamar mandi, Ciara baru merasakan sakit pada kakinya saat jalan cukup jauh.
“Nyonya Ciara, semuanya sudah membaik, mungkin hari ini terakhir saya memeriksa keadaan anda, untuk obat penguat kandungan bisa di lanjutkan sampai habis, lalu obat untuk menghentikan pendarahannya tidka usah di minum tidak apa karena pendarahannya sudah terhenti,” Ciara mengangguk mendengar penjelesan sang Dokter yang memeriksa Ciara selama seminggu ini.
“Terimasih Dok,” Balas Ciara.
“Kalau begitu saya permisi, selamat siang Nyonya Ciara.” Ciara mengangguk.
Setelah kepergian Dokter, Ciara mencoba berjalan, dia sungguh kebosanan di kamar tiap waktu, namun dia juga tidak mungkin menyibukan diri dengan mengurus bunga bunganya di taman belakang, bisa bisa Bara ngamuk lagi.
“Huhhh,,, capek juga,, engap,, udah lama gak olahraga jadi gini engap, padahal baru jalan sebentar,” Padahal dulu sebelum pendarahan dia biasa aja jalan dari tempat tidur menuju pintu, tapi saat ini dia bahkan harus berhenti dulu setiap beberapa langkah.
Ciara tidak berani menuruni tangga, dia masih takut kalau harus jalan lewat tangga, beruntung mansion Bara ada akses lift, jadi Ciara tidak takut untuk turun ke lantai satu.
“Astaga Non, kok turun enggak bilang bilang,” Mia baru saja mau naik kelantai dua, namun melihat Ciara keluar dari lift Mia langsung menghampiri Ciara.
“Aku enggak papa kok, aku mau mencoba jalan,” Mia mengangguk.
“Saya temani Non, saya takut Nona kenapa kenapa,” Mia tidak membantu Ciara, dia hanya berjalan di samping Ciara, itu saran dari perawat yang membantu Ciara terapi beberapa hari ini.
“Mia, apa di kulkas ada buah buahan? Aku pengen makan asinan,” Tanya Ciara, entah kenapa makan asinan kayaknya enak, apa lagi yang asem asem, kayaknya seger.
“Bentar Non, saya lihat dulu,” Ciara mengangguk, lalu Mia pergi menuju kulkas.
Sambil menunggu Mia, Ciara sibuk scroll scroll ig, padahal dia sudah kebosanan hanya melihat unggahan dari teman temannya yang sedang mempromosikan brand brand tertentu, jika ditanya, apakah dia merindukan dunia permodelan, maka dia akan menjawab iya, namun mau bagaimana lagi, karirnya telah hancur di tangan Bara, merintis karir baru setelah skandal yang telah diciptakan Bara, dia rasa itu tidak mungkin.
“Non,, Non,, Ciara,.” Panggil Mia, membuat lamunannya Ciara buyar.
“Eeehhh,, iya Mia, ada apa?.” Tanya Ciara.
“Non, maaf buah buahannya tidak ada,” Mia memberitau jika buah buahannya tidak ada di kulkas.
“Yaaaahhhhh,,, mau gimana lagi, mending ke taman aja beli asinan, atau ke supermarket belli buah buahan, Mia bisa kan beli sendiri?.” Tanya Ciara, Mia pun mengangguk.
“Baik Non, saya akan belikan asinannya, permisi Non.” Ciara mengangguk, Mia langsung undur diri, bersiap siap berli aisnan yang di inginkan Ciara.
****
Apa yang di katakana Bara tadi pagi tentang membebaskan Audrey telah Bara lakukan, namun Bara tidak akan segan segan membunuh Audrey jika Audrey kembali mengusik Ciara lagi.
Saat ini, Catya sedang memeluk Audrey, Catya tidak menyangka jika Audrey akan mengalami depresi seperti ini.
“Sayang,,, kamu baik baik saja?.” Tanya Catya, saat ini Audrey sedang di ruang perawatan Esther, Audrey memang langsung dibawa kerumah sakit dari markas Bara.
Audrey hanya diam, dia bahkan tidak memperdulikan keberadaan kedua orang tuanya, dan keberadaannya Catya yang memeluknya.
“Kak, kenapa Audrey seperti ini, apa yang dilakukan Bara pada Audrey,, kenapa Audrey seperti ini,” Esther menangis dalam pelukan Brandon.
“Apa yang dilakukan Bara memang keterlaluan, bagaimana bisa Bara melakukan ini semua, padahal Ciara baik baik saja, sementara Audrey seperti ini.” Brandon mengumpat, dia bahkan tidak menyangka Bara akan sangat kejam dengan Audrey.
“Brandon,, Kak Catya,, aku tidak sanggup,” Ucpa Esther di barengi dengan Esther yang pingsan dalam pelukan Brandon.
Jonnas tidak masuk kedalam ruang inap Esther, dia hanya menunggu di luar, melihat Catya memeluk Audrey membuat Jonnas meradang, bagaimana bisa Catya sangat perduli pada Audrey, sementara pada Ciara, Catya tidak, padahal Ciara anak kandungnya.
“Tuan. Apa yang anda minta telah kami siapkan, orang yang anda curigai memang benar telah membuat perusahaan merugi selama beberapa waktu ini.” Ares, tangan kanan Jonnas baru saja tiba di Jakarta tadi pagi. Jonnas memberinya tugas untuk menyelidiki uang perusahaan yang hilang tiap bulan hampir sepuluh miliar.
“Bagusss,,, simpan dulu bukti buktinya, jangan sampai bocor, tempatkan orang kerpercayaan kamu di rumah sakit ini, sepertinya ada yang tidak beres dengan Brandon dan Esther.” Ares mengangguk, mendengar perintah Jonnas.
“Baik Tuan, saya permisi, orangnya akan datang nanti sore,” Jonnas mengangguk, dia melihat jam di pergelangan tangannya, sudah jam dua siang, tiga jam setelah kedatangannya Audrey.
Bara sepertinya cukup puas menyiksa Audrey, melihat Audrey hanya dia seperti patung, Jonnas tersenyum, siapa yang berani mengusik orang yang dia sayangi maka seperti itu yang mereka dapatkan.
“Catya,,” Jonnas masuk kedalam kamar inap Esther, memanggil istrinya.
“Jonnas, lihat, apa yang di lakukan Bara itu sungguh keterlaluan, bagimana bisa dia menyiksa Audrey hingga Audrey seperti ini, apa dia tidak punya hati gara gara perempuan sialan itu?.” Tanya Catya pada Jonnas, membuat sepasang suami istri yang sedang berpelukan diam diam mengulas senyum liciknya.
“Kak, aku mohon bantu aku untuk keadilan Audrey, aku tidak sanggup lagi untuk melihat Audrey seperti ini, aku ingin Audrey sembuh Kak,” Pinta Esther pada Jonnas.
“Aku sudah memikirkannya matang matang, Audrey akan menjalankan terapi di London, Dokter dan rumah sakit telah aku siapkan, sekalian kita kembali ke London, jika kita tetap di Indonesia mungkin semuanya tidak akan membaik, di tambah Bara mungkin tidak mau di ajak kompromi, Bara bukan orang yang mudah untuk memaafkan, apa yang menurutnya salah maka Bara akan menganggapnya salah, sekeras apapun kita memohon pada Bara dia tidak akan mendengarkan kita,” Keputusan Jonnas tentu kesepakatan antara dirinya dan Bara.
“Kita berdua ngikut aja yang terbaik Kak, tapi Audrey pasti sembuhkan Kak? Aku tidak mau anakku selamanya seperti ini, aku tidak ingin anakku menjadi gila nantinya.” Brandon bisa di katakan gila, bagaimana tidak, sebagai orang tua dia tidak terlalu memperdulikan anaknya, bukannya seharusnya dia yang merawat Audrey, mensuport Audrey untuk sembuh, bukan malah sebaliknya.
“Kita semua akan berusaha untuk kesembuhan Audrey,” Balas Jonnas.
“Catya,, sebaiknya kita pulang terlebih dulu, kamu bahkan belum mandi dari semalam, kamu juga butuh istirahat, Audrey dan Esther juga perlu istirahat,” Catya mengangguk, dengna perlahan dia melepaskan pelukannya pada Audrey.
“Sayang,, Mommy pulang dulu, kamu baik baik disini, Mommy akan mengunjungi kamu lagi,” Catya tetap bicara pada Audrey, namun Audrey hanya diam, tatapan matanya yang kosong membuat Catya sangat sedih.
“Esther, Brandon, kita pulang dulu, nanti malam mungkin kita kembali lagi,” Esther dan Brandon sama sama mengangguk, ketika Jonnas pamit pada mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love From Mafia
Любовные романыDemi uang Ciara Geraldine melakukan apa saja, termasuk menikahi Aldebara Reonando Hopskin, pengusaha kaya raya di negeri ini, namun Ciara tidak mengetahui sisi gelap seorang Bara...