Extra Part 1

107K 4.3K 54
                                    


Menikmati waktu bersama pasangan membuat hati nyaman, segala fikiran ini itu hilang ketika melihat senyum tulus yang selalu menghiasi wajah Ciara, itu yang Bara rasakan. Senyum Ciara mampu mengalihkan semuanya, hanya dengan senyuman Ciara hidup Bara jungkir balik.

“Apa mau lagi?.” Tanya Bara, melihat Ciara memetik sendiri anggur yang ada di kebun belakang villa.

“Emmm,,, aku mau yang banyak, ini enak tau, beda sama yang di jual di Indo,” Ciara tidak perduli dengan perutnya yang membesar dia sibuk memetik buah anggur, Bara saja yang ingin membantu Ciara tidak di izinkan, Bara hanya boleh mengekori Ciara di belakangnya sambil membawa keranjang berisi buah anggur yang telah di petik Ciara.

“Keranjangnya telah penuh sayang, kita istirahat dulu, kamu udah keliling taman, kebun, juga udah petik buah anggur banyak banget, kamu enggak kasihan sama babynya? Pinggang kamu dan kaki kamu pasti pegal pegal, sekarang istirahat dulu, nanti sore kamu bisa memetik lagi buah enggurnya, sekarang kita istirahat, katanya mau makan ice cream,” Ciara langsung mengangguk mendengar kata ice cream, selama di villa memang cukup panas dan banyak ice cream di kulkas hobi Ciara kalau siang makan ice cream.

“Nihhhh,,” Ciara menaruh gunting khusus untuk memetik buah anggur di keranjang. Ciara berjalan terlebih dulu menuju villa, meninggalkan Bara yang sibuk membawa buah anggur.


Bara membiarkan Ciara sibuk dengan ice creamnya, sementara Bara meminta pelayan menata anggur yang Ciara petik untuk di masukan kedalam kulkas, hanay untuk berjaga jaga jika Ciara benar benar membawa buah anggurnya ke Indonesia.

Bara dan Ciara telah memutuskan untuk kembali ke Indonesia setelah mereka kembali dari liburannya, Jonnas dan Catya sebenarnya tidak rela anak anaknya pergi, namun mau bagaimana lagi, Bara memiliki tanggung jawab besar untuk perusahaannya dan juga klan mafianya.


“Bara sini,” Ciara meminta Bara untuk mendekat padanya.

“Kenapa hemmm?.” Tanya Bara sambil memeluk Ciara dari bekalang, dagu Bara dia tempelkan pada Pundak Ciara, tangan Bara aktif mengusap usap perut Ciara.

“Kaki aku pegel,, pengen di pijit,” Ciara bersender di dada bidang Bara.

“Okkk,, aku pijitin kaki kamu,” Bara menahan tubuh Ciara dengan tangannya sebelum dia bangkit dari duduknya namun Ciara menggeleng.

“Aku pengen di peluk kamu dulu, kalau udah baru pijitin kaki aku,” Bara hanya menggangguk, mengikuti perintah Ciara dengan baik, dari pada Ciara ngambek lebih baik Bara menuruti keinginan Ciara.


Saking nyamannya bersandar di dada bidang Bara, Ciara memejamkan matanya, tanpa dia sadari dia terlelap. Bara yang tau Ciara tidur tidak melepaskan pelukannya, hanya membiarkan Ciara tidur bersender padanya.

Bara menggendong tubuh Ciara kedalam kamar mereka, Bara memang sengaja memilih di kamar lantai satu, hanya untuk keselamatan Ciara, Bara yakin Ciara akan jalan kesana kemari dan Bara tidak ingin Ciara kelelahan harus naik turun tangga.

Membawa Ciara ke kamar bukan hal yang sulit, walau tubuh Ciara cukup gemuk saat ini namun Bara masih bisa menggendong Ciara tanpa kesulitan sama sekali.


Bara membaringkan Ciara dengan perlahan dan hati hati, Bara tidak mau mengganggu tidur nyenyak Ciara.

Setelah memastikan Ciara nyaman dengan posisi tidurnya, baru Bara berpindah tempat untuk memijat kaki Ciara, hal ini rutin di lakukan Bara mungkin sejak kandungan Ciara berusia enam bulan. Sebenarnya Bara bisa saja meminta pelayan untuk memijat Ciara atau meminta tertapis, tapi Bara tidak melakukannya, dia ingin memijat Ciara sendiri, Bara ingin selalu ada untuk Ciara, memenuhi semua kebutuhan Ciara.

Setelah memijat kaki Ciara, mungkin ada tiga puluh menit Bara pindah ke sofa. Di Irlandia sudah jam satu siang, mungkin di Indonesia jam delapan malam.

Bara menghubungi Johan lewat video call, selama ini Johan yang mengurus perusahaannya, sedangkan Keano mengurusi klan mafia Bara, terkadang Keano juga ke London untuk membantu Bara mengurus ini itu jika Ciara tidak bisa di ajak kompromi.

“Selamat malam Tuan Bara,” Sapa Johan, Bara melihat Johan masih rapi dengan stelan jas kerjanya mungkin Johan baru pulang kerja.

“Emmm,,, bagaimana perkembangannya?.” Tanya Bara to the point.

“Semuanya telah selesai Tuan, sesuai dengan permintaan anda,” Balas Johan, yang hanya di angguki kepala Bara..

“Tuan, proyek pembangunan jembatan di Banten bakauheni terpaksa di hentikan untuk beberapa saat, anak gunung Krakatau kembali siaga tingkat dua, walau jarak gunung dan proyek cukup jauh tapi pemerintah meminta di hentikan sementara sampai anak gunung Krakatau stabil,” Johan memberi kabar pembangunan proyek jembatan penghubung Banten Bakauheni.

“Kita ikuti aturannya, pembangunan di Bali bagaimana?,” Tanya Bara lagi.

“Semuanya telah selesai. Orang yang selama ini membuat terror telah di tangkap polisi, pembangunan tinggal finishing, mungkin dua bulan lagi sudah bisa di operasikan hotelnya.” Bara cukup mengapresiasi kinerja Johan, yang tau bagaimana Bara selama ini fokus bersama Ciara.

“Bagus,, lakukan seperti biasanya, jangan sampai mereka lolos,” Johan mengangguk.

“Dimana Keano, kenapa tidak tersambung.” Bara juga menghubungi Keano, tapi hanya tersambung dengan Johan.

“Keano mungkin saja sedang menyiapkan transaksi malam ini, bukannya malam ini ada transaksi,” Bara mengangguk, mendengar ucapan Johan, benar, mungkin saja Keano sedang mengurus ini itu di markas.

Bara melirik tempat tidur Ciara, Bara takut suaranya menganggu tidur Ciara.

“Terus awasi beberapa proyek yang kita kerjakan, masalah perusahaan yang ingin mengajak kerja sama kirim ke aku, biar aku yang akan menyeleksi mereka.” Johan mengangguk mendengar perintah Bara,

“Baik Tuan, saya akan kirim data perusahaan yang ingin mengajukan kerja sama dengan perusahaan kita,” Bara mengangguk.

“Kita akhiri dulu, Ciara bangun.” Bara langsung mematikan sambungan telfonnya ketika melihat Ciara telah duduk di tempat tidur.

“Kamu udah bangun? Terganggu ya dengan suara aku?,” Tanya Bara, namun Ciara menggeleng.

“Aku lapar,” Ucap Ciara, sambil mengusap usap perutnya.

“Aku tanya pelayan dulu,, bentar ya,” Bara mengambil telephone yang ada di kamar mereka. Bara menanyakan ini itu dengan pelayan, dan untungnya makan siang untuk Ciara telah disediakan,. Bara minta makanannya di antara ke kamar, mengingat Ciara baru bangun tidur, Bara yakin Ciara masih mager untuk berjalan ke meja makan.

“Tunggu bentar ya, pelayan sedang menyiapkan makan siangnya, bentar lagi di antar ke kamar kok.” Ciara mengangguk.

Ciara mengambil bantalnya dengan kesusahan karena perutnya yang membuncit, beruntungnya Bara peka dengan kesulitan yang Ciara alami.

“Mau senderan?.” Tanya Bara, Ciara langsung mengangguk.

“Sini, aku benerin bantalnya dulu,” Bara langsung menyusun bantal untuk Ciara. Setelah memastikan nyaman, Bara baru mempersilahkan Ciara untuk bersenderan.

“Gimana enak enggak atau kurang tinggi?.” Tanya Bara, namun Ciara hanya menggeleng.

“Bara, pengen milkshake,” Entah kenapa siang siang gini di tambah panas Ciara ingin minum milkshake strawberry rasanya pasti segar, asam, dingin, dan manis campur jadi satu.

“Ok,, aku minta pelayan siapin milkshakenya, mau rasa apa?.” Tanya Bara.

“Enggak mau pelayan, aku ingin kamu yang bikin bukan pelayan.” Rengekkk Ciara.. melihat Ciara merengek gini kaya anak kecil, membuat Bara gemas. Bukannya membuatkan milkshake untuk Ciara, Bara malah menangkup pipi Ciara, mengecup bibir Ciara yang cemberut berkali kali hingga suara ketukan pintu mengganggu aktivitas mereka.

“Ekhmmm,.” Bara dan Ciara sama sama salah tingkah.

“Aku buatin dulu milkshakenya,” Bara berlalu, membuka pintu untuk pelayan, melihat pelayan membawakan makan siang untuk Ciara, Bara mengambil nampan di tangan pelayan.

“Nihh makan siangnya dulu.” Bara membawa makan siang untuk Ciara. Bara terlebih dulu mencicipi makanan untuk Ciara, walau semua orang yang ada di villa ini orang orang professional tidak menutup kemungkinan bukan ada yang berkhianat.

“Mau makan di sofa atau di tempat tidur?.” Tanya Bara.

“Di sofa aja,” Bara mengangguk, dia membawa nampan berisi makan siang Ciara, meletakannya dia meja depan sofa, sementara Ciara yang mengekori Bara langsung duduk di sofa.

“Milkshakenya, dong, rasa strawberry, kasih ice cream vanilla yang banyak.” Bara mengangguk.

“Makan dulu, aku buatin milkshakenya,” Ciara mengangguk. Melihat Ciara mulai makan siang, Bara memutuskan untuk ke dapur membuat milkshake permintaan Bara.

Bara yang garang, kejam, hilang seketika menjadi Bara yang baik, pengertian, dan sabar di depan Ciara.

Bara meminta koki untuk mengajarinya membuat milkshake, karena ini baru pertama kali Bara membuat milkshake.
Bara sengaja memisahkan ice creamnya, takutnya Ciara belum selesai makan, nanti ice creamnya akan mencair.


“Ciara,, ini milkshakenya,” Bara membawa milkshake di nampan bersama ice cream yang ada di wadah terpisah dengan milkshakenya..

Mata Ciara langsung berbinar binar, melihat milkshake buatan Bara.
Bara meletakan milkshakenya di meja,.
Ciara langsung mengambil milkshakenya, namun ketika melihat tidak ada ice creamn vanilla Cia menatap Bara dengan cemberut.

“Nihh ice creamnya, aku tuang dulu,” Bara mengambil sendok untuk mengambil ice cream, lalu menuang ke dalam gelas milkshake Ciara.

“Wahhhh enaknya,,” Ciara terlebih dulu menyeruput milkshakenya, padanya Bara ingin menuang ice creamnya.

“Mau lagi enggak ice creamnya?.” Tanya Bara, Ciara mengangguk, menyodorkan gelasnya pada Bara.


Bara melihat makan siang Ciara, ternyata istrinya kelaparan, buktinya makan siangnya ludes, menyisakan piring dan sendoknya.

“Bara,,” Panggil Ciara pelan.

“Iya sayang,, kenapa?.” Tanya Bara.

“Besok kita jadi pulang ke Indonesia?.” Tanya Ciara.

“Kita kan belum pamit sama Mommy dan Daddy, jadi kita kembali ke London dulu, satu sampai dua hari baru kembali ke Indonesia, kenapa? Ada masalah?.” Tanya Bara, Ciara menggeleng, namun bukan Bara kalau dia tidak tau apa yang di rasa Ciara.

“Mau langsung ke Indonesia juga bisa, kita bisa videocall Daddy dan Mommy untuk pamitan,” Ciara langsung menatap wajah Bara.

“Emang boleh? Mommy sana Daddy enggak marah?,” Tanya Ciara, jujur saja Ciara udah kangen banget sama Indonesia mungkin empat atau lima bulan dia tinggal di London, Ciara tidak mengitung.

“Boleh, tapi kenapa pengen cepet cepet pulang ke Indonesia sih?.” Tanya Bara penasaran.

“Pengen makan batagor, disini mana ada batagor, uhhh paling enak batagor Bandung, di Kawasan Dago, ahhh jadi pengen cepet cepet makan,” Melihat Ciara membayangkan makan bataor sepertinya rasanya enak, sampai mupeng gitu wajahnya.

“Yaudah siap siap aja dulu, aku hubungi pilot dan pengawal untuk siap siap, kita pulang ke Jakarta sekarang,” Ciara langsung mengecup pipi Bara berkali kali, suaminya emang tau apa yang dia inginkan..

“Yeee,,,, pulang,, pulang,, makan batagor.” Ciara bangkit dari duduknya, mengambil koper di lemari.

“Ehhhh,, biar pelayan aja yang beresin baju kamu, lebih baik kamu tunggu di sofa atau mau mandi lagi,” Bara melarang Ciara untuk beres beres. Bara memang menjaga Ciara, bahkan untuk hal hal yang sebenarnya masih wajar dilakukan ibu hamil Bara terkadang melarangnya, dengan alasan Ciara capek, dan sebagainya.

“Astaga anggurku,,” Ciara berjalan cepat keluar kamar, melihat angngurnya, dia belum selesai memetik anggurnya.

Bara mengejar Ciara keluar kamar, takut aja Ciara memetik buah anggur lagi.

“Bara,, kok banyak banget buah anggurnya, jangan  bilang buah yang di kebun belakang di petikin,” Ciara melihat ada empat box berisi buah anggur di dalam kulkas besar.

“Emmm,, aku yang minta untuk di petikin buah anggurnya,” Balas Bara santai seolah tidak terjadi apa apa.

“Kamu,, kenapa enggak bilang sama aku dulu sih, kan aku masih pengen petik buahnya, kamu kenapa nyuruh orang lain buat petikin buahnya, jahat banget sihh kamu Bara,,” Ciara menutup pintu kulkasnya dengan keras, Ciara marah pada Bara, bisa bisanya Bara meminta orang lain untuk memetik buah anggur, padahal kan dia masih pengen, ishhh kesel banget dehhh.

Love From MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang