sorry gaes ada kesalahan up bab...
Bara baru sampai di markasnya, tadi malam sebenarnya ada janji dengan Andrea, namun Bara baru datang ke markas sekalian ngurus transaksi.
“Edo, keadaan di markas apa aman??.” Tanya Bara, Keano sedang di Banten mengawasi pembangunan jembatan yang akan di lakukan dua hari lagi, tentu saja Keano di tugaskan untuk menghalangi provokator, walau sudah mempekerjakan preman di sana namun Bara tidak ingin kecolongan.
“Semua aman Tuan,” Edo melirik ke kanan, Bara yang tau arah lirikan Edo mengangguk.
“Bagus, waktunya meeting,” Bara dan Edo serta beberapa anak buah Bara yang ikut transaksi tengah malam nanti pergi ke ruang meeting.“Malam ini kita akan melakukan transaksi dengan pengedar narkoba, mereka biasanya mengedarkan narkoba pada artis dan model, ada juga penjabat, tempat transaksinya di stasiun manggarai, beberapa orang sudah mengawasi lokasi, walau kali ini hanya transaksi biasa, jangan sampai lengah, polisi bisa datang kapan saja, tertangkap polisi artinya kalian mati.
Edo menyerahkan obat kecil berwarna putih, obat itu di buat Bara sebagai obat kematian, cara kerjanya menghentikan detak jantung, semua anak buah Bara yang melakukan transaksi selalu membawa obat itu, itu sudah perjanjian di awal, jadi suka tidak suka, mau tidak mau jiak tertangkap polisi mereka akan menelan obat itu.
Hingga saat ini belum ada anak buah Bara yang menelan potasium klorida, karena mereka bekerja cepat dan rapi, bukan mereka yang kehilangan nyawanya namun polisi lah yang kehilangan nyawanya.
“Edo, siapkan keperluannya, aku akan menemui Andrea,” Edo mengangguk.Bara langsung masuk ke kamar Andrea, Bara langsung di sambut Andrea yang duduk di sofa dengan lingerie warna hitam, kontraks dengan kulitnya yang putih.
“Bara sayang,,, aku punya kejutan untuk kamu,” Andrea memberi isyarat Bara untuk mendekat.
“Katakan,” Ucap Bara.
“Sayang,,, kenapa kamu cuek sama aku sih, kasihan baby kita, dia kesepian tanpa kamu,” Andrea mengelus rahang Bara.
“Apa maksud kamu?.” Bara mencengkram tangan Andrea yang mengelus rahangnya.
“Aku hamil Bara,, aku hamil anak kamu, bukankah ini berita yang menggembirakan,,” Andrea sepertinya belum sadar jika Bara sedang menatapnya penuh dengan amarah,
“gugurkan kandungan kamu jika kamu masih ingin hidup, jika tidak ingin menggugurkan kandungan kamu, lebih baik kalian mati bersama,” Wajah Andrea yang tadinya happy kini langsung pias, bagaimana tidak, bisa bisanya Bara menyuruhnya untuk menggugurkan kandungannya, apa Bara sudah gila.
“Tapi kenapa Bara, anak ini tidak bersalah, dia anak kamu, darah daging kamu,” Andrea masih tidak menyangka Bara akan memperlakukan dirinya dan anaknya seperti ini.
“Gugurkan anak itu sekarang atau kamu mati, aku tidak main main dengan ucapakanku,” Bara meninggalkan Andrea di kamarnya, sementara setelah Bara pergi Andrea menangis sejadi jadinya, bagaimana bisa Bara ingin menggugurkan anaknya, bahkan ini darah dagingnya.Bara sedang duduk di kursi ruangannya di markas, ketika Edo dan Satya masuk kedalam ruangan Bara.
“Aku punya tugas untuk kalian berdua, awasi Andrea selama aku tidak ada, beri obat penggugur kandungan dalam makanannya, jangan biarkan dia lolos dari markas ini, beberapa waktu ini aku tidak yakin jika dia salah satu anggota dari Black Lion,” Satya dan Edo mengangguk,
“Juga, tingkatkan keamanan di markas, beberapa hari ini ada orang yang berkeliaran di markas, nyalakan kunci sidik jari disetiap pintu, jangan sampai lengah, tetap waspada, terkadang teman kita bisa menjadi musuh tanpa belas kasih menikam ketika lengah,” Ucapan Bara penuh dengan makna.
“Baik Tuan, kami akan melalukan pengetatan penjagaan,” Ucap Satya.
“Kalian bisa pergi, satu jam lagi kita berangkat ke Stasiun Manggarai.” Satya dan Edo langsung pergi, mereka tentu tidak ingin menganggu Bara.****
Ciara benar benar tidak bisa tidur, entah kenapa dia merasa hatinya tidak tenang, apa yang akan terjadi sebenarnya, Ciara memiliki intuisi yang kuat, jika hatinya sudah resah seperti ini pasti ada aja hal buruk.
Berkali kali Ciara mencoba untuk tidur namun tidak bisa, balik sana balik sini hingga tempat tidur Ciara berantakan, namun Ciara sama sekali tidak bisa tidur.
“Sebenarnya ada apa sih, kenapa gini banget, enggak tau apa aku udah capek, pengen tidur.” Ciara bermonolog pada dirinya.
Ciara memutuskan untuk keluar kamar, rasanya suntuk banget, didalam kamar, rumah sebesar ini terasa sepi, para pelayan sudah kembali ke kamar mereka di pavilium belakang, hanya ada dua pelayan yang berjaga itupun di dapur, sementara pengawal berjaga di depan, mereka tidak akan masuk ke rumah utama jika tidak ada yang penting.
Ciara melihat dua pelayan sedang duduk sambil menonton film di televisi dapur, memang tengah malam begini ada film yang di putar di televisi untuk mengisi jam kosong.
“Nona, astaga maafkan kami yang tidak mendengar langkah Nona,” Ucap satu pelayan yang menyadari kedatangan Ciara,
“Tidak masalah, lanjutkan saja nonton kalian, aku hanya mengambil cheese cake aja kok,” Ucap Ciara.
“Tidak Nona, kami akan melayani anda, apa yang anda butuhkan selain cheese cake?.” Tanya pelayan satunya.
“Tidak ada, sudah lebih baik kalian istirahat, abaikan aku disini,” Dengan ragu ragu pelayan mengangguk mengiyakan perintah Ciara.Menikmati cheese cake sambil ikutikan nonton film didapur membuat Ciara mengantuk, saat Ciara ingin kembali ke kamar dia mendengar kegaduhan di depan, ada apa?.
“Nona, anda harus kembali ke kamar,” Entah sejak kapan Yasya datang, tiba tiba dia sudah berada disamping Ciara, mengajak Ciara untuk pergi ke kamarnya.
“Yasya sebenarnya ada apa?.” Tanya Ciara, namun Yasya bungkam.
“Tidak ada apa apa Nona, mari saya antar ke kamar, jika Tuan Bara tau anda belum tidur, Tuan pasti akan marah,” Mengangguk, Ciara mau tidak mau kembali ke kamarnya, Ciara tidak ingin Bara marah padanya.Baru saja Ciara dan Yasya sampai di lantai dua, Edo, Satya, Bara, dan dua anak buah Bara masuk kedalam rumah,
“Bawa bara ke lantai tiga,” Edo dan Satya mengangguk, mereka memapah Bara, beruntung ada lift jadi mereka tidak kesusahaan naik ke lantai tiga.
Johan sudah mempersiapkan Dokter dan perawat untuk menangai Bara.
Flashsback on.
Bara, Edo dan satu anak buah mereka melakukan transaksi, sementara sisanya menunggu di tempat yang sudah di sepakati.
Baru saja mereka bertukar uang dan ganja seberat satu kilo, tembakan peluru mengenai tembok di samping mereka.
Bara buru buru mengambil uangnya dan lari, namun tanpa Bara sadari dia menjadi target penembakan, peluru mengenai bahu sebelah kanan, mobil Satya langsung menerobos masuk membawa Bara pergi dari Stasiun Manggarai bersama Edo dan kedua anak buah mereka di mobil satunya.
Keadaan di Stasiun Manggarai kacau setelah Bara tertembak. Sniper yang di bawa Bara langsung menembaki orang orang yang mencurigakan, beruntungnya pistol yang mereka bawa dilengkapi dengan peredam suara, jadi mereka tidak tau dari mana datangnya peluru, tiba tiba sudah bersarang di tubuh mereka.
Zio dan Satya langsung membawa Bara kemarkas namun di tengah jalan Johan mengatakan jika Mansion Bara lebih aman dari pada di markas.
“Dokter bagaimana keadaan Bara?.” Tanya Johan ketika Dokter sudah keluar dari kamar Bara.
“Peluru yang bersarang di bahu Tuan Bara sudah kami keluarkan, tidak ada luka yang serius di tubuh Tuan Bara, kami memberikan obat tidur agar Tuan Bara bisa beristirahat, mungkin Tuan Bara akan sadar besok pagi,” Bara mengangguk, Satya dan Edo pergi mengantar Dokter dari markas, Bara tidak tau kapan mereka akan terluka, jadi Bara menyiapkan Dokter di markas mereka, mulai dari Dokter umum yang biasa memeriksa kesehatan anak buahnya hingga Dokter spesialis bedah.
Johan melihat tubuh Bara terbaring di tempat tidur, ada rasa khawatir walau ini bukan pertama kali Bara seperti ini, namun Johan sebagai teman, asisten, sekertaris, masih saja merasakan yang namanya ketakutan.***
Ciara sarapan sendirian di ruang makan, Ciara kira Bara sudah kembali tadi malam, namun ternyata tidak.
“Selamat pagi Cia.” Sapa Johan.
“Pagi,” Balas Ciara, tunggu kalau Johan disini pasti Bara disini jugakan?.
“Johan, dimana Bara?.” Tanya Ciara.
“Tuan Bara sedang pergi ke luar kota, mungkin lusa baru pulang, apa ada yang ingin anda sampaikan?.” Tanya Johan.
“Bara pergi kemana emangnya?.” Tanya Ciara balik.
“Tuan sedang pergi ke Lampung, meninjau pembangunan jembatan yang akan di mulai hari ini,” Johan menjelaskan alasannya secara lancar, barusan Johan dari lantai tiga, melihat keadaan Bara namun Bara belum juga bangun, apa mungkin ada yang salah dengan Bara, tadi Dokter itu tidak mungkin berbohong padanyakan.
“Johan, boleh minta Bara untuk bawakan pempek dari Palembang, kan dia sedang di Lampung, gak terlalu jauh lah,, aku pengen makan pempek,” Pinta Ciara.
“Maaf Ciara, tapi di jakarta saja banyak Pempek, kenapa harus dari Palembang, Bara pasti sibuk, dia bahkan belum menghubungiku dari semalam,” Johan tidka tau bagaimana rasanya orang ngidam,, semoga saja nanti kalau Johan memiliki istri dan hamil semua ngidamnya biar johan yang rasakan, Batin Ciara.
“Aku lupa kalau Bara sangat sibuk, aku sudah selesai makan, aku permisi,” Ciara meninggalkan meja makan, bahkan roti panggang yang dia pinta baru di makan sedikit, mood Ciara yang gampang banget berubah ubah membuat Ciara malas mau ngapa ngapain,, lebih baik kembali ke kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love From Mafia
Любовные романыDemi uang Ciara Geraldine melakukan apa saja, termasuk menikahi Aldebara Reonando Hopskin, pengusaha kaya raya di negeri ini, namun Ciara tidak mengetahui sisi gelap seorang Bara...