Disebuah caffe, Yerin terlihat sedang memainkan ponselnya dengan bibir yang mengerucut. "Seokjin kemana sih? Chat gue ga dibales-bales!" batin Yerin.
Dihadapan gadis tersebut sudah ada Hana yang terlihat sedang sibuk memainkan laptopnya, "Banyak typo, Rin" Ucapnya mengoreksi naskah yang Yerin berikan.
Yerin tidak menggubrisnya, entah gadis itu mendengarnya atau tidak. Ia hanya sibuk memainkan ponsel, padahal hanya menggeser-geser layar dimenu utama. "Yaakk..." Yerin menjerit kegirangan saat mendapat pesan singkat dari Seokjin jika sore nanti pria itu akan datang dengan orangtua nya untuk melamar Yerin.
Hana yang sedang mengecek naskah mentah milik Yerin pun kebingungan. "Kenapa, Rin?" Tanya Hana dengan dahi yang mengerut.
Yerin merapatkan bibirnya, dengan tatapan yang mengarah pada Hana. "Mmm, kasih tau gak ya?"
Hana menggelengkan kepala, Yerin memang selalu terlihat kekanak-kanakan jika sedang bersama editornya tersebut.
"Mas.. " Yerin memanggil salah seorang pelayan caffe.
"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya pelayan Caffe tersebut.
"Aku mau ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini juga, sama ini." Ucap Yerin sambil menunjuk makanan yang tertulis dimenu.
Hana yang berada di depannya itu pun sampai menganga. "Yerin, kamu gila? Kenapa banyak banget."
Yerin melebarkan senyumnya kemudian menjawab. "Hari ini aku yang traktir kamu, aku mau rayain sesuatu."
"Apa?"
"Aku mau dilamar Seokjin." sahut Yerin kegirangan.
Hana membulatkan matanya karna terkejut, sungguh menurutnya itu terlalu singkat. Tapi apa boleh buat, apapun itu jika Yerin bahagia ia akan terus mendukungnya. "Serius? Udah kamu pikirin lagi?"
Yerin mengangguk cepat, "Dia baik, dia beda, aku gak masalah sama statusnya. Kenyataannya aku selalu bahagia kalo lagi sama dia."
Hana tersenyum menyeringai, kemudian menyentil dahi Yerin. "Dasar bucin."
__
Seokjin terus menatap cincin yang sudah sang Eomma beli, ia benar-benar sudah tidak sabar ingin segera melamar Yerin dan menikahinya.Wanita paruh baya yang tidak lain adalah Ibu dari Kim Seokjin pun menghela nafasnya, ia terlihat gelisah entah apa yang sedang ia pikirkan. Padahal seharusnya ia bahagia jika anaknya akan segera kembali memiliki seorang istri, sekaligus Ibu sambung untuk Eunbi cucunya.
"Kenapa Eomma?" tanya Seokjin Heran.
"Gini loh, Jin. Apa sebaiknya kamu gak bawa Yerin dulu buat nemuin Eomma?"
"Kan udah aku bilang, Yerin gak mau ketemu sama calon mertuanya. Sebelum Eomma nemuin orangtuanya." Jawab Seokjin.
"Eomma khawatir, Jin. Dia ini kan gadis, orang tuanya apa bakalan setuju? Apa mereka bakalan nerima status kamu sama Eunbi?"
Seokjin menghela nafasnya kasar, sejujurnya hal ini sudah sangat sering keduanya bahas. Seokjin bahkan selalu mengatakan jika Yerin tidak pernah mempermasalahkan statusnya, calonnya tersebut juga sudah akrab dengan Eunbi sang buah hati. Tidak ada alasan untuk Yerin akan ragu, meskipun memang Seokjin belum berpikir tentang kedua orang tua Yerin. Seokjin berpikir itu adalah tantangan, bagi Seokjin itu adalah hal wajar, jika ingin mendapatkan cintanya ia harus sedikit berjuang.
"Kenapa diem?" Tanya Eomma Kim yang merasa jika Seokjin pun merasa demikian.
Seokjin tersenyum tipis, ia memasukan sebuah cincin tersebut kedalam sakunya kemudian berkata. "Niat kita kan baik, makanya aku mau bawa Eomma kesana buat minta izin sama orang tuanya, buat buktiin keseriusan aku sama dia. Kalo mereka nolak aku gak akan nyerah, aku bakalan terus yakinin mereka kalo aku ini pantes buat Yerin."
Sang Eomma tertegun, sikap Seokjin sedari dulu memang seperti itu. Tegas, bertanggung jawab dan penuh keyakinan. Persis seperti mendiang Ayahnya, entah kenapa pria tinggi itu bisa melakukan kesalahan dengan menghamili Wendy. Sungguh dari sana Eomma Kim sempat merasa kecewa.
"Tuh sekarang Eomma yang diem."
"Ya Eomma mau ngomong apalagi? Kamu udah yakin begitu Eomma cuma bisa dukung." Jawab sang Eomma pasrah.
Seokjin merubah raut wajahnya, ia menelan salivanya kemudian berkata. "Aku boleh jujur?"
Eomma nya mengerutkan dahi, merasa curiga jika Seokjin akan mengatakan hal yang tidak-tidak. "Jangan bilang.. "
"Iyaaa, hheee.. "
Eomma Kim terkejut, ia membulatkan matanya dan langsung memukulnya dengan bantal sofa kepada Seokjin. "Kebiasaan, kamu gak Eomma ajarin buat ngerusak anak gadis orang, Jin. Astaga gusti." Pekik Eomma Kim penuh amarah.
"Aduh ampun Eomma. Itu accident, aku gak sengaja." Seokjin mencoba menghindari pukulan sang Eomma.
"Apanya yang gak sengaja, kamu kebiasaan. Dia itu gadis, Jin. Gimana kalo dia nikah sama kamu karna terpaksa, mikir gimana kalo dia baik sama Eunbi pas awalnya doang!" gerutu Eomma Kim tanpa Jeda.
Baru saja Eomma nya merasa bangga pada anaknya itu, dan sekarang setelah mendengar pengakuan dari Seokjin ia lagi-lagi merasa telah di kecewakan.
"Eomma tenang aja, kali ini aku gak salah pilih. Aku juga gak nyesel, pokonya calon aku yang sekarang 100% type Eomma banget."
Sang Eomma mengepalkan tangannya, ia sungguh merasa sangat jengkel pada Seokjin. Ingin rasanya ia memukul Seokjin dengan sebuah balok besar untuk memberikan pria itu pelajaran. "Dasar bocah sinting, gimana kalo dia terpaksa nerima kamu Seokjin.. "Eomma Kim menjerit, ia terlihat frustasi memegang kepalanya yang terasa ingin pecah. "Astaga kenapa punya anak satu tapi bodohnya gak ketulungan."
Seokjin terkekeh, ia duduk dibawah sang Eomma dan menempelkan wajahnya diatas kaki wanita paruh baya itu. "Maafin aku ya, Eomma. Tapi untuk kali ini aku gak bakal bikin Eomma kecewa lagi."
"Kenyataannya kamu nidurin anak gadis orang lagi, Jin. Udah dua kali kamu begini." Ucap sang Eomma merengek.
"Iyaaa abis ini gak lagi."
"Kalo sampe begitu lagi Eomma kebiri kamu, Seokjin!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Mist of Romance
Fanfic"Saya tidak punya hak, tapi sebagai orang yang sama-sama jadi korban perselingkuhan harusnya Ahjussi mengerti posisi saya sekarang." -Choi Yerin "Jangan panggil saya Ahjussi meskipun saya udah punya anak masih muda kan, jadi panggil Oppa aja." -Kim...