18 - I'll Take You

322 13 2
                                    

Axton bisa bernapas lega karena pemotretan untuk hari ini selesai. Akhirnya ia bisa bebas setelah ini.

Axton menghampiri Marvy, "Marvy berikan kunci mobilmu." Bukannya memberikan kunci mobilnya, Marvy malah menatap Axton.

"Berikan kunci mobilmu, Marvy," pinta Axton sekali lagi.

Marvy memberikan kunci mobilnya yang ia ambil di saku celananya kepada Axton, "Kau mau kemana?"

Axton mengambil kunci mobil Marvy, "Aku ingin pergi ke klub. Sudah lama aku tak kesana."

Marvy mengangguk, "Jangan pulang terlalu larut."

"Ok. Btw, aku sudah memesankan taxi online untukmu, pulang dan istirahatlah," Marvy mengangguk lagi. Axton pergi membawa mobil Marvy menuju klub. Bicara soal klub, semenjak Axton bertemu dengan Quinzy, ia sudah sangat jarang sekali pergi kesana. Seingat Axton terakhir kali ia pergi ke klub pada saat ulangtahun John, sahabatnya. Dan disana pula ia bertemu lagi dengan Quinzy. Ah, memikirkan Quinzy, Axton jadi ingin bertemu dengannya sekarang.

Axton melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, ingin menikmati jalanan kota New York yang terang benderang saat malam hari. Axton membuka kaca mobilnya, tadinya ingin menikmati angin malam. Namun, udaranya terlalu dingin. Axton pun menutup kembali kaca mobilnya.

Axton bersenandung riang, moodnya sedang bagus hari ini. Mungkin efek bertemu Quinzy semalam. Senyuman Quinzy masih teringat jelas dalam otaknya. Matanya yang sangat indah membuat Axton terlena akan tatapannya. Apalagi bibirnya yang merah alami itu, membuat Axton mabuk kepayang saat merasakannya. Hanya membayangkannya saja Axton sudah gila. Ah, rasanya Axton ingin kembali merasakan bibir itu. Bibir Quinzy bagaikan candu untuknya.

Di sepanjang jalan Axton selalu memikirkan Quinzy. Dari semenjak ia bertemu dengannya, tiada hari tanpa tak memikirkannya. Axton pun tidak tahu kenapa bisa seperti itu. Disaat ia sedang larut dalam Quinzy di pikirannya, Axton melihat seseorang yang sedang berjalan diatas trotoar, memeluk dirinya sendiri. Mungkin karena dinginnya udara malam ini. Dan ternyata seseorang itu adalah orang yang daritadi Axton pikirkan.

Axton tersenyum, Tuhan sedang berbaik hati padanya dengan mempertemukannya dengan perempuan yang memang ingin sekali ia temui. Axton melajukan mobilnya mendekat kearah trotoar, lalu berhenti di dekat Quinzy. Axton memencet klakson membuat Quinzy sedikit terkejut. Axton membuka kaca mobilnya, menampakkan senyumnya saat ia bisa dengan jelas melihat wajah cantik Quinzy. Axton bisa melihat raut terkejut di wajah Quinzy saat Quinzy melihatnya.

"Axton?" Axton tersenyum mendengar Quinzy menyebutkan namanya.

"Kau sedang apa diluar sendirian begini?" Tanya Axton dari dalam kursi pengemudi.

Quinzy masih sedikit terkejut, ia diam sebentar, lalu menjawab pertanyaan Axton, "Aku baru pulang bekerja."

"Kau baru pulang jam segini?" Quinzy mengangguk.

"Naiklah, aku akan mengantarmu."

"Ti-dak usah. Aku akan naik taxi saja," tolak Quinzy. Padahal sedari tadi tak ada taxi yang lewat.

"Taxi langka di jam segini. Lebih baik kau pulang bersamaku. Ini juga sudah larut, aku tak mau kejadian dulu terjadi lagi. Kau tak mau membuat ibumu cemas bukan?"

Quinzy terdiam. Axton benar, ibunya pasti akan cemas jika ia tak kunjung pulang. Apalagi daritadi pun ia tak menemukan ada taxi yang lewat.

"Sudah jangan terlalu banyak berpikir. Cepat masuk kedalam, aku tau kau kedinginan," Quinzy pun masuk kedalam mobil Axton, duduk di kursi penumpang di samping Axton.

Axton melepas jaket yang ia kenakan, lalu memberikannya kepada Quinzy, "Pakai ini."

Quinzy menatap jaket Axton, "Tidak usah."

Bad Day with the BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang