—Axton's Mansion. 09.15 pm—
Kaleng bir berserakan dimana-mana.
Axton meminum kaleng bir ke-empatnya. Marvy hanya meminum dua, dan Nick tiga.Ya, mereka sekarang sedang berkumpul untuk merayakan kepulangan Nick. Nick sendiri langsung datang ke mansion Axton setiba dari airport. Mungkin ia sudah rindu dengan dua sahabatnya ini.
"Sampai kapan kau akan disini Nick?" Tanya Marvy.
"Mungkin lima hari. Aku harus kembali lagi ke Milan untuk mengurus bisnisku," jawab Nick, lalu meminum birnya.
Ya, Nick satu-satunya dari mereka bertiga yang mengambil bisnis untuk masa depannya. Sebenarnya dulu Nick tidak ingin menjadi pebisnis seperti sekarang. Yang Nick inginkan adalah menjadi Chef terkenal. Tetapi apalah daya Nick yang tak bisa membangkang kepada orangtuanya. Apalagi ibunya.
Nick terpaksa harus mengabulkan keinginan kedua orangtuanya. Ia rela melepas impiannya menjadi seorang Chef demi mewujudkan impian ayahnya. Nick sebenarnya sudah menolak permintaan ayahnya tersebut, tapi apa daya Nick jika ibunya sendiri yang memintanya. Terpaksa Nick mengabulkannya. Karena Nick begitu menyayangi ibunya.
Dan sekarang, Nick menyempatkan untuk bertemu sahabat-sahabatnya ini. Sudah lama sekali mereka tidak berkumpul seperti ini semenjak Nick pergi mengurusi usaha keluarganya di Milan.
"Wow, seorang Nick yang dulunya hanya tahu bahan-bahan memasak, sekarang telah berubah menjadi Nick yang super duper sibuk dengan bisnisnya," Nick tersenyum menanggapi ucapan Axton.
"Kau sendiri, telah berubah menjadi lelaki yang super amat digilai oleh wanita mana pun," Axton tersenyum lalu kembali membuka kaleng birnya yang ke-lima.
"Oh ya, Marvy aku ingin bertanya kepadamu," ucap Nick.
"Apa?" Tanya Marvy dingin.
Ck, masih dingin seperti dulu. Batin Nick.
"Tapi kau tidak boleh marah."
Marvy hanya menanggapinya dengan dehaman saja."Apa kau masih berhubungan–..maksudku, apa kau masih mengejar wanita itu?" Marvy langsung menatap tajam kearah Nick.
"Hey calm, Dude! Aku hanya bertanya saja," Marvy menegak minumannya hingga tandas.
"Tak perlu bertanya Nick. Tentu saja Marvy masih mengejarnya," ucap Axton diiringi senyum miring.
Marvy sendiri hanya diam menanggapi perkataan sahabatnya ini. Marvy tak mau ambil pusing. Biarlah kehidupan pribadinya hanya ia seorang yang tahu.
"Kenapa Marvy? Apakah sebegitu besar cintamu padanya? Hingga kau rela menunggunya selama bertahun-tahun? Bahkan kau sudah tahu bukan sikapnya? Dia bukan wanita baik-baik, dia sering pergi ke club, dia—"
Marvy sudah tidak tahan. Marvy melemparkan kaleng birnya ke sembarang tempat dengan keras. Hingga Nick maupun Axton terkejut.
"Jangan campuri urusanku. Aku datang kesini untuk berkumpul kembali denganmu Nick. Bukan untuk mendengar kau menghina-'nya'."
Akhirnya Marvy berucap. Walaupun itu terdengar seperti ... Marah?
"Santai, Dude. Mungkin maksud Nick bukan seperti itu. Sudahlah, jangan buat pertemuan kita menjadi tegang seperti ini. Nick, minta maaf kepada Marvy sekarang juga."
"For what?"
"Kau masih bertanya? Kau telah menghina wanita-nya. Cepatlah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Day with the Bastard
RomanceAxton Harold Lequinton. Umurnya baru menginjak 24 tahun. Masih muda bukan? Tetapi di umurnya yang terbilang masih muda itu, dia sukses menjadi model papan atas dunia. Selain terkenal karena ketampanannya bak dewa Yunani, Ia juga dikenal sebagai sala...