Lelaki itu membuka lemari esnya, mengambil sekotak susu, menuangkannya kedalam gelas, lalu meminumnya. Pagi hari yang menyegarkan untuk memulai hari dengan segelas susu tentunya.
"Sepagi ini kau sudah bangun? Apakah dunia akan segera kiamat?" Tanya seseorang dari belakang. Seorang lelaki tampan dan cerdas. Marvy menghampiri Axton.
"Hai Marvy!" Sapa Axton. Marvy hanya membalas dengan wajah datarnya. Seperti biasa.
"Apa kau semalam tidak pergi ke club, Axton?" Axton menggelengkan kepalanya.
"Sudah kuduga." Marvy tau betul seperti apa sahabatnya ini. Axton tak akan bisa bangun sepagi ini jika sehabis dari club.
Axton menyodorkan segelas susu kepada Marvy, "Milk?" Marvy melihat susu yang dipegang Axton, lalu ia mengambil susu tersebut.
"Apa jadwalku hari ini?" Tanya Axton seraya menyenderkan punggungnya pada lemari es.
Marvy meminum susu pemberian Axton, lalu menjawab pertanyaannya, "Tidak terlalu padat seperti sebelumnya. Hanya ada pemotretan 3 produk iklan, 5 magazine, and ... ada yang menawarkan kau untuk bermain film."
"Aku tidak setuju dengan yang terakhir."
Marvy tersenyum tipis, "Maka dari itu aku telah menolaknya sebelum bertanya kepadamu. Karena aku tau kau pasti tidak setuju."
Marvy berkata lagi, "Malam ini jangan pergi kemana-mana."
Axton mengerutkan dahinya, "Kenapa?"
Marvy menghela napasnya, "Bukankah kau sendiri yang ingin bertemu dengan Nick?"
Axton teringat akan sesuatu. Hari ini! Nick kembali ke New York. Bagaimana bisa Axton melupakannya. Mungkin karena pikiran Axton yang dipenuhi oleh Quinzy. Jadi Axton lupa akan segalanya.
"Oh my Godness! Kenapa aku bisa melupakannya?!" Tanya Axton pada dirinya sendiri.
"Sudahlah, sebaiknya kau bersiap-siap. Aku tidak mau menunggu lama. Cepat naik dan siapkan dirimu."
"Sebenarnya aku masih ingin melanjutkan mimpiku semalam," ucap Axton yang hanya ingin menggoda Marvy saja. Ia ingin membuat Marvy kesal.
"Ayolah Ax! Cepat bersihkan dirimu. Kita tidak punya waktu lama."
"Bagaimana jika aku tidur selama 30 menit saja? Kau tidak kasihan kepadaku? Aku bekerja keras untuk menghidupi diriku," ucap Axton.
Marvy menghela napasnya, "Akupun sama. Jadi jangan mengeluh."
"Ayolah Marvy, biarkan aku istirahat sebentar lagi. Kau hanya bisa menyuruhku saja, tanpa berpikir bagaimana aku mengerjakan semua pekerjaanku. Rasanya sangat melelahkan."
"Lebih melelahkan mana? Bergaya di depan kamera atau mengurusi kasusmu yang membuatku muak."
Axton terdiam.
Marvy melanjutkan perkataannya, "Baiklah jika kau ingin beristirahat..."
Mata Axton berbinar.
"...tapi jangan salahkan aku jika aku membuat jadwalmu padat saat malam hari."
Axton menggeram tak suka. Selama ini, Axton tak pernah mau menerima job pada malam hari. Karena sudah cukup dari pagi, siang bahkan sampai sore hari ia dipadatkan oleh jobnya sebagai model. Malam hari adalah waktunya untuk bersenang-senang, menghilangkan penatnya.
Axton akhirnya pasrah, "Baik baik! Aku naik sekarang. Kau puas?!" Marvy tersenyum miring. Pada akhirnya ia yang akan menang.
Axton naik ke atas menuju kamarnya untuk membersihkan dirinya, lalu bersiap-siap untuk memulai pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Day with the Bastard
RomantizmAxton Harold Lequinton. Umurnya baru menginjak 24 tahun. Masih muda bukan? Tetapi di umurnya yang terbilang masih muda itu, dia sukses menjadi model papan atas dunia. Selain terkenal karena ketampanannya bak dewa Yunani, Ia juga dikenal sebagai sala...