Suara kicauan burung yang merdu di dengar telinga menjadi pendamping di pagi hari yang cerah ini. Pagi yang indah untuk melakukan sebuah aktivitas. Dimana seorang gadis sedang berlari santai dengan peluh keringat yang sudah membanjiri wajah dan tubuhnya menandakan bahwa ia sudah cukup lama berlari.
Dengan keringat yang masih membanjiri wajah dan tubuhnya, ia masih tetap melanjutkan aktivitas berlarinya. Terkadang ia menyeka keringatnya menggunakan handuk bersih yang berada di bahunya.
Aktivitas ini sering ia lakukan sebagai pemanasan sebelum ia berangkat bekerja. Agar tubuhnya lebih segar dan lebih berstamina saat bekerja nanti. Sudah dirasa cukup gadis itu pun kembali ke tempat awal, yaitu rumahnya.
Ia memasuki rumahnya dan saat ia masuk kedalam, ia menemukan seorang wanita paruh baya sedang menata meja makan seorang diri.
"Ibu," ucap gadis tersebut seraya memeluk wanita paruh baya tersebut.
Wanita paruh baya tersebut bernama Ibu Laila. Ia adalah ibu dari semua anak-anak yang berada di panti asuhan ini. Ia telah mengabdikan separuh umurnya di panti ini untuk mengasuh dan merawat anak-anak yang tidak memiliki orang tua seperti anak-anak yang ada di panti ini. Walau tidak di gajih, ia tetap merawat semua anak-anak disini dengan senang hati. Karena menurutnya itu adalah sebuah tugas yang mulia. Membesarkan mereka hingga di adopsi oleh keluarga yang menyayangi mereka. Sebuah kebahagiaan tersendiri bagi Ibu Laila melihat anak-anaknya tumbuh besar bersamanya.
Ibu Laila sudah menganggap semua anak-anak yang ada di panti ini sebagai anak kandungnya sendiri. Begitu pun sebaliknya. Anak-anak di panti ini sudah menganggap ibu Laila sebagai ibu mereka.
Panti asuhan ini memang bukan panti asuhan besar. Di dalamnya hanya terdapat beberapa anak saja tak lebih dari 20 anak. Dan hanya Ibu Laila seoranglah yang mengurus panti asuhan ini.
Panti asuhan ini berdiri semenjak Ibu Laila ditinggalkan oleh keluarganya sendiri. Ibu Laila ditinggalkan karena dianggap tidak berguna bagi mereka. Suaminya menikah lagi dengan janda kaya, lalu anak-anaknya pergi untuk mencari uang di kota tanpa membawa Ibu Laila. Karena merasa kesepian tinggal sendiri di rumah sederhana ini, Ibu Laila memutuskan untuk mengubah rumah pribadinya menjadi panti asuhan. Rumah untuk para anak-anak yang ditelantarkan oleh orang tua mereka. Untuk dana sendiri, terkadang ada beberapa orang dermawan yang menyisihkan uang mereka untuk diberikan kepada panti asuhan ini. Dan sekarang pun sudah ada Quinzy yang bekerja keras demi panti asuhan ini.
"Quinzy? Akhirnya kamu pulang. Sudah selesai berlarinya?" Tanya Ibu Laila.
"Hm. Lihat, aku sudah berkeringat sangat banyak, Bu," jawab Quinzy seraya menunjukkan wajah dan tubuhnya yang dibanjiri oleh keringat.
Ibu Laila tersenyum seraya berkata, "Kamu mau mandi dulu atau langsung makan saja?"
"Makan dulu ya, Bu? Lagipula aku masih wangi," Quinzy sebenarnya ingin sekali mandi terlebih dahulu karena ia sudah tak nyaman dengan seluruh keringat yang menempel di wajah dan tubuhnya. Tapi perutnya tak sejalan dengan keinginannya. Apalagi melihat masakan Ibunya ini membuat perutnya meronta-ronta minta diberi asupan.
"Yasudah, ibu akan panggilkan adik-adikmu dulu ya."
"Siap bu!"
Ibu Laila pun kedalam untuk memanggil anak-anak yang lain. Quinzy pun duduk di kursi menunggu yang lain datang, tak lama kemudian munculah anak-anak kecil yang lucu dan imut disusul oleh Ibu Laila dibelakang.
Anak-anak kecil tersebut menduduki kursinya masing-masing lalu disusul ibu Laila yang duduk di sebelah Quinzy. Mereka memakan makanannya dengan tenang, sesekali tertawa dan bercanda gurau di meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Day with the Bastard
RomanceAxton Harold Lequinton. Umurnya baru menginjak 24 tahun. Masih muda bukan? Tetapi di umurnya yang terbilang masih muda itu, dia sukses menjadi model papan atas dunia. Selain terkenal karena ketampanannya bak dewa Yunani, Ia juga dikenal sebagai sala...