Pagi ini Quinzy pergi bekerja seperti biasa. Yang berbeda adalah semangatnya. Entah kenapa hari ini ia nampak tak begitu bersemangat seperti sebelumnya. Hatinya masih ... kacau?
Seperti sekarang, ia sedang mengelap kaca dalam café. Namun, entah kemana terbangnya pikirannya. Tangan kanannya hanya bergerak memutar di tempat yang sama. Pandangannya kosong entah kemana.
"...Quin? Quinzy!" Quinzy tersentak dari lamunannya. Ia menoleh ke samping, melihat bahwa ada Cellyn yang sedang menatapnya bingung. Seperti berkata, ada apa denganmu?
Quinzy berdeham pelan, lalu menyapa Cellyn. Ia tersenyum kikuk.
"Cell, aku minta maaf," ucap Quinzy seperti niatnya kemarin malam yang ingin meminta maaf kepada Cellyn.
Cellyn menautkan kedua alisnya, "Untuk apa?"
"Kemarin aku pergi meninggalkanmu begitu saja."
Quinzy ingin memaki dirinya sendiri. Merasa begitu bodoh. Hanya karena berita yang ia baca kemarin, ia sampai kehilangan kontrol atas emosinya. Ia tak mampu menahan rasa kesalnya kemarin. Sampai rasanya ia ingin segera pulang dan berakhir meninggalkan Cellyn tanpa penjelasan.
Cellyn menghembuskan napasnya, "Tidak papa. Aku mengerti, mungkin kemarin kau sedang kesal karena sesuatu..? Aku juga tak tahu pasti."
"Sekali lagi maafkan aku, Cell. Aku tidak akan begitu lagi."
Cellyn telah memaafkannya, berkata bahwa tidak usah merasa bersalah lagi. Kemarin memang Cellyn berniat untuk pulang bersama Quinzy, namun karena Quinzy tiba-tiba saja pergi pulang tanpa mengajaknya, ia terpaksa harus pulang sendiri menggunakan taxi online yang ia pesan. Kekasihnya tak bisa menjemputnya karena sedang berada dirumah orang tuanya.
Cellyn bertanya sesuatu kepada Quinzy. Sesuatu yang mengganjal pikirannya kemarin, "Oh ya, aku sebenarnya penasaran. Kemarin kau kenapa? Perasaan kau baik-baik saja sebelumnya, lalu saat aku memberitahukan tentang berita itu kepadamu, kau jadi ... aneh? Maksudku, kau jadi seperti kemarin. Tiba-tiba diam, lalu pergi begitu saja. Apa ada yang salah?"
Quinzy sebenarnya tidak tahu ada apa dengan dirinya sendiri. Apa yang salah dengannya? Tak mungkin 'kan jika ia merasa ... cemburu?
"Biar kutebak. Kau cemburu mengetahui Axton kencan dengan wanita lain?" Quinzy menoleh dengan cepat. Ia hanya diam mendengar tebakan Cellyn yang mungkin benar?
Melihat keterdiaman Quinzy, membuat Cellyn yakin jika tebakannya itu benar. Dari awal Cellyn juga sudah menduga jika Quinzy ada rasa kepada Axton. Namun, karena sahabatnya itu sempat membantah, ia jadi tak terlalu peduli lagi. Tapi, jika boleh jujur, ia tak terlalu setuju jika Quinzy dekat-dekat dengan Axton. Cellyn tahu bagaimana Axton dari banyak berita yang ia baca. Axton bukan pria baik, pikirnya. Banyak sekali skandal yang menjeratnya bersama banyak wanita. Ia tak mau jika Quinzy hanya dijadikan sebagai mainannya saja.
"Sejak awal, aku tahu jika kau menyukai Axton. Tapi, aku mencoba menepis fakta itu. Karena sebenarnya aku tidak terlalu suka kau dekat-dekat dengannya," ucap Cellyn jujur. Quinzy terkejut mendengar ucapan Cellyn. Lebih tepatnya, fakta bahwa ia menyukai Axton. Apa itu benar? Jika ia menyukai Axton. Quinzy tak tahu, perasaannya ini kepada Axton apa bisa dibilang seperti itu. Perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Cellyn membuka suara lagi, mencoba memberi nasehat kepada sahabatnya, "Quinzy, ini hanya saranku saja. Lebih baik kau jauhi Axton. Aku sudah banyak membaca artikel tentangnya, dan setelah aku pikir-pikir dia tidak cukup baik untukmu ..." Cellyn benar, ia harus menjauhi Axton sebelum ia tak bisa melakukannya.
Cellyn melanjutkan perkataannya, "... Kau lihat sendiri 'kan kemarin? Baru saja ia menarikmu dalam skandalnya, sekarang ia sudah berada dalam skandal yang lain. Bersama wanita lain pula. Aku harus mengatakan ini sebelum kau jatuh terlalu dalam padanya. Kau harus menjauhi Axton. Demi kebaikanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Day with the Bastard
RomanceAxton Harold Lequinton. Umurnya baru menginjak 24 tahun. Masih muda bukan? Tetapi di umurnya yang terbilang masih muda itu, dia sukses menjadi model papan atas dunia. Selain terkenal karena ketampanannya bak dewa Yunani, Ia juga dikenal sebagai sala...