"Emm, she is my ..."
Drt ... Drt ... Drtt
"Ah! Wait, ada yang menelepon. Oh! Hello, Bro! Where are you?" John menerima telepon itu sembari pergi meninggalkan Louv, Quinzy, dan Clarissa.
Suasana terasa semakin canggung saat John pergi meninggalkan mereka bertiga. Quinzy masih menatap lantai yang terlihat gelap karena efek lampu yang temaram. Clarissa sedari tadi melihat Quinzy dari ujung kaki hingga kepala dengan raut wajah tak suka. Louv sendiri sedang mencari topik obrolan agar suasana mencair.
"Ekhem! Quin, kau tetap mau pulang?" Tanya Louv.
Quinzy menatap Louv, lalu menjawabnya, "Ya-"
"Apa?! Secepat ini? C'mon, Babe. Ini masih sore. Daripada kau pulang, lebih baik ikut denganku. Aku jamin kau akan bersenang-senang. C'mon!" Clarissa menarik Louv secara paksa.
"Aku tidak mau. Jangan paksa aku!" Louv mencoba menarik lengannya yang ditarik oleh Clarissa. Tapi, Clarissa ya Clarissa. Dia tetap melancarkan rencananya.
Menjauhkan Louv dari Quinzy.
Clarissa tetap menarik Louv, "C'mon Babe! Kita nikmati acara ini berdua." Clarissa menekan kata berdua sembari melihat Quinzy tajam. Seakan itu adalah kode agar Quinzy menjauh darinya dan Louv. Dan Quinzy mengerti itu. Akhirnya Quinzy pun memilih diam tanpa niat untuk mengejar Louv yang sudah hilang entah kemana bersama Clarissa.
Dan disinilah Quinzy. Seorang diri ditengah kerumunan manusia yang tak ia kenal sama sekali. Satu pun. Quinzy bingung ia harus apa, kemana, dan mau melakukan apa. Lewat mata indahnya, ia melihat bar tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Daripada terus-terusan berdiri seperti patung, Quinzy pun pergi ke bar untuk sekedar menghilangkan rasa bosannya.
Quinzy duduk di salah satu kursi bar tersebut. Datanglah bartender ber-gender laki-laki untuk menawarkan minuman kepada Quinzy.
"Wine?" Quinzy menggeleng sopan.
"Whisky?" Quinzy menggeleng lagi.
"Vodka?" Lagi dan lagi Quinzy menggeleng.
Bartender itu bingung. Perempuan dihadapannya itu selalu menggeleng saat ia tawarkan minuman khas night club ini.
"What do you want pretty girl?" Tanya sang bartender.
Quinzy menjawab pertanyaan bartender itu. Tetapi, jawaban Quinzy seketika membuat sang bartender tertawa. Membuat Quinzy bingung.
Apa salahnya? Memang salah jika Quinzy menginginkan lemon tea?
"Hey nona, ini bar. Bukan café. Jadi, kami tidak menjual minuman itu atau sejenisnya. Jika kau menginginkannya, kenapa kau pergi kesini, huh?" Bartender itu menahan tawanya. Baru kali ini ada yang menginginkan lemon tea di bar night club seperti ini.
Quinzy baru mengingatnya. Ia sekarang sedang berada di night club, bukan di café. Jadi, mana ada lemon tea seperti yang diinginkannya. Tapi, memang Quinzy tidak tahu jika disini tidak ada lemon tea atau sejenisnya. Karena memang dia tidak pernah kesini sebelumnya.
This is the first time for Quinzy!
Quinzy tak menyangka ia bisa masuk kesini. Tempat yang bisa dibilang sebagai salah satu tempat yang tidak Quinzy sukai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Day with the Bastard
RomanceAxton Harold Lequinton. Umurnya baru menginjak 24 tahun. Masih muda bukan? Tetapi di umurnya yang terbilang masih muda itu, dia sukses menjadi model papan atas dunia. Selain terkenal karena ketampanannya bak dewa Yunani, Ia juga dikenal sebagai sala...