8 - Problem

2.4K 57 1
                                    

Axton menghempaskan tubuhnya di ranjang king size-nya itu. Hari ini terasa lebih indah dari hari-hari sebelumnya. Entah apa yang sedang dipikirkannya, ia terbaring seraya tersenyum sendiri seperti seorang remaja yang baru saja merasakan jatuh cinta. Rasanya indah sekali untuk dikenang. Saking indahnya, sampai-sampai ia tak sadar jika sedari tadi telepon selulernya berbunyi. Ternyata Marvy-lah yang menelepon nya, lalu Axton pun mengangkatnya, "Hola! How are you my sweet manager?"

"Don't call me like that! Itu menjijikan."

Axton tertawa mendengar respon Marvy atas panggilan yang ia berikan kepadanya. Memangnya apa yang salah dengan nama panggilan itu? Bukankah itu lucu? My sweet manager. Axton menyukai panggilan itu.

"Why? That's cute, right? Itu cocok sekali denganmu, Marvy. Aku menyukainya," Axton memang sengaja sedang mengejek Marvy agar Marvy kesal. Itu salah satu kesukaan Axton, membangkitkan kemarahan Marvy. Karena Marvy jarang sekali memunculkan kemarahannya, melainkan kedatarannya.

"Stop berbasa-basinya, Ax. Ada hal penting yang harus aku sampaikan."

"Hal penting apa?" Tanya Axton penasaran. Jika Marvy sudah mengatakan ada hal yang penting, itu berarti sesuatu yang harus ditanggapi serius olehnya.

"Ini mengenai dirimu."

"Kenapa lagi denganku?" Tanya Axton, lagi.

"Jika kau ingin tahu, temui aku sekarang di rumahku dalam 20 menit."

"Tapi—Oh shit!" Marvy mematikan sambungannya sepihak yang membuat Axton geram.

Axton pun bergegas memakai jaketnya, lalu pergi kerumah Marvy sesegera mungkin. Ia ingin tahu ada masalah apalagi yang menimpa dirinya ... lagi. Axton tahu betul, jika Marvy sudah berbicara seperti tadi pasti ada hal yang sangat serius yang menyangkut dirinya. Dan Axton harus menyelesaikan itu secepat mungkin sebelum semuanya bertambah rumit.

***

Quinzy sedang meracik kopi pesanan pelanggan. Harumnya kopi racikan Quinzy menguar hingga ke indera penciuman para pelanggan membuat semua para pelanggan semakin betah di dalam café. Untuk Quinzy sendiri, mencium wangi kopi adalah suatu hal yang bisa membuatnya sedikit lebih rileks. Setelah selesai meracik kopi, Quinzy pun mengantarkan pesanan kopi tersebut kepada pelanggan.

"Coffee  Anda, Sir." Ucap Quinzy seraya menaruh kopi tersebut di meja, lalu tersenyum terlebih dahulu sebelum meninggalkan pelanggan tersebut.

Quinzy selalu memberikan pelayanan yang memuaskan untuk para pelanggan. Ia sangat ramah, tak sungkan-sungkan memberikan senyuman manisnya kepada semua pelanggan yang ada disini. Tentu saja yang akan membuat siapa pun akan nyaman di café ini. Apalagi para lelaki berdalih ingin memesan kopi, tapi niat sebenarnya hanya ingin melihat senyuman manis Quinzy.

Setelah mengantar pesanan pelanggan, Quinzy pun kembali ke belakang untuk menaruh nampan.

"Quin, apa kau sibuk?" Tanya Louv yang membuat Quinzy kaget karena ia tiba-tiba saja muncul dihadapannya.

"Astaga! Kau mengejutkanku."

"Oh maaf aku tidak bermaksud untuk mengejutkanmu," Louv merasa sedikit bersalah karena telah mengejutkan Quinzy.

"Tidak papa. Oh ya, ada apa?"

"Apa nanti malam kau sibuk?" Tanya Louv.

Bad Day with the BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang