11 - Apartemen

2.1K 49 2
                                    

Louv gelisah. Sudah hampir 40 menit ia meninggalkan Quinzy sendirian ditempat yang sama sekali tidak Quinzy sukai. Sebenarnya sedari tadi Louv ingin sekali pergi menemui Quinzy. Ia takut jika harus pergi meninggalkan Quinzy sendirian ditempat ini lama-lama. Dimana banyak lelaki hidung belang yang pasti akan menyerbu Quinzy, ditambah lagi Quinzy yang memiliki paras cantik membuat para lelaki hidung belang itu tergoda akan paras yang dimiliki Quinzy. Ah, hanya dengan memikirkannya saja sudah membuat Louv frustrasi. Sebelum pikiran-pikiran negatif yang ada dibenak Louv terjadi, ia harus segera mencegahnya.

Louv bangun dari duduknya membuat Clarissa dan beberapa orang disana memusatkan perhatiannya kepadanya.

"What happened, Babe?" Tanya Clarissa.

"Sorry, John. Aku harus pergi," ucap Louv kepada temannya itu yang sedang menatapnya bingung.

"Secepat ini?"

Ya. Masalahnya ini menyangkut keselamatan Quinzy. Louv tak mau sampai Quinzy diapa-apakan oleh pria-pria disini.

"Sekali lagi aku minta maaf. Hadiahmu akan sampai besok. Aku permisi," pamit Louv kepada semua orang yang ada diruangan itu.

Clarissa yang masih tidak ingin Louv pergi, mengejar Louv, lalu menarik tangan Louv, "Wait!"

Louv sudah tidak sabar lagi untuk segera mencari Quinzy. Tapi, Clarissa malah membuat itu semakin lambat.

"Lepaskan aku!" Louv menarik kasar tangannya dari Clarissa.

Clarissa kesal, pasalnya sedari tadi Louv selalu mengacuhkannya. Dari mulai Louv baru datang, sampai ia mengajaknya untuk bertemu teman-teman SMA mereka. Louv selalu saja acuh padanya.

"Kenapa?" Louv mengernyit.

Clarissa melanjutkan perkataannya, "Kenapa kau selalu mengacuhkanku?! Apa kurangnya aku untukmu? Aku cantik, sexy, kaya, dan juga terkenal. Apa itu semua kurang agar aku bisa memilikimu? Kenapa dari dulu kau tak pernah melihatku! Aku mencintaimu! Tapi apa balasannya? Kau mengacuhkanku, bahkan tak pernah menganggapku ada. Kau selalu membentakku! Apa dalam lubuk hatimu yang terdalam tidak ada perasaan kepadaku sedikitpun?"

Clarissa mengungkapkannya. Mengungkapkan perasaannya yang dari dulu ia pendam sendirian. Akhirnya semua yang selama ini ia pendam dapat tersampaikan. Meski sepertinya Louv sama sekali tak terkejut mendengar pernyataan cinta dari Clarissa. Karena dari wajah Louv yang datar seperti tak peduli.

"Sudah? Aku pergi."

Clarissa menahan tangan Louv kembali, tidak terima. Ia baru saja mengungkapkan perasaan, dan Louv pergi begitu saja? Sebenarnya dimana hati Louv? Ia tak peduli sedikitpun?

"Kau ... benar-benar tidak peduli atas perasaanku?" Tanya Clarissa.

"Maaf, aku sedang terburu-buru," Clarissa masih menahan tangan Louv. Louv yang daritadi sudah frustrasi memikirkan Quinzy akhirnya menarik paksa tangannya dari Clarissa.

"I have to go. Understand?" Louv pun pergi mencari Quinzy. Sedangkan Clarissa yang merasa ditolak oleh Louv hanya terdiam melihat kepergian orang yang dicintainya.

Mata Clarissa berlinang air mata. Setega inikah Louv padanya? Disaat laki-laki diluar sana memperebutkannya, dan Clarissa selalu menolaknya hanya untuk Louv seorang. Tapi, Louv malah tak pernah menganggapnya ada.

Sakit. Itu pasti. Tapi, Clarissa masih ingin berjuang sampai ia mendapatkan apa yang ia mau. Walaupun itu harus melakukan cara apapun.

***

Louv sudah mencari Quinzy kemana-mana tetap ia tidak bisa menemukannya. Louv bahkan pergi ke kamar-kamar disini yang biasanya dipakai oleh setiap pasangan yang ingin bercinta. Sampai Louv menerima satu pukulan di pipinya karena kenekatannya mendobrak pintu kamar yang didalamnya terdapat seorang pasangan yang sedang bersetubuh.

Bad Day with the BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang