Prolog

8.6K 194 9
                                    

Seorang gadis sedang berjalan sembari mendengarkan musik lewat earphonenya. Gadis itu berjalan dengan santai menikmati alunan nada indah yang melewati telinganya, sesekali bersiul untuk memecah keheningan.

Hingga sampai di pertengahan jalan ia terhenti. Gadis itu membuka matanya, lalu menengadah ke atas dan ia pun menemukan seorang pria yang sedang berdiri tepat di depannya. Pria itu sedang melihatnya, melihat mata birunya dengan wajah seperti orang marah.

"Darimana saja kau?" Tanya pria itu masih tetap menatap dalam mata sang gadis.

"Bukan urusanmu." Jawab gadis itu acuh.

Lalu gadis itu pun pergi berjalan meninggalkan pria tersebut, tetapi belum sempat ia melangkah lagi tangannya sudah ditarik kembali oleh pria tadi hingga kembali ke posisi awal ia berdiri.

"Aku mencarimu dari kemarin, tetapi kau tidak ada kabar. Bahkan seisi panti pun tidak ada yang tau kau pergi kemana. Sebenarnya kau kemana? Aku khawatir kepadamu. Apakah kau tau itu?" Suara pria itu terdengar frustasi.

"Tidak. Please jangan terlalu mencampuri urusanku. Ini hidupku, terserah aku ingin pergi kemana pun. Urusi saja kehidupanmu. Tidak perlu kau repot-repot mengurusi kehidupanku. Aku bisa sendiri mengurusnya," ucap gadis tersebut setelah mencopot earphonenya.

Pria itu pun menghela napasnya untuk menahan emosinya. Bagaimana tidak emosi, sudah beberapa hari ini ia mencari keberadaan gadis ini tetapi hasilnya nihil. Pun tidak ada kabar, bahkan keluarganya pun tidak tahu kemana gadisnya ini menghilang. Dan setelah menghilang selama beberapa hari tanpa kabar, akhirnya ia bertemu kembali dengan gadisnya ini, tetapi gadinsya ini malah mengacuhkannya.

"Because I want. Aku ingin masuk lebih dalam lagi kedalam kehidupanmu agar aku bisa mengurusi kehidupanmu. Agar aku bisa tau semua tentangmu."

"Tolong. Jangan terlalu ingin masuk kedalam kehidupanku. Jangan terlalu ingin mencampuri semua urusanku. Karena semua itu ... Menyebalkan."

Gadis itu pun melanjutkan perjalanannya yang tertunda akibat pria tadi. Ia kembali berjalan dan memasang kembali earphonenya. Dengan santainya ia berjalan meninggalkan pria tersebut.

Pria itu pun diam di tempat. Lalu ia menengok ke belakang melihat gadis tersebut berjalan meninggalkannya. Ia pun hanya bisa menghela napasnya.

***

"Aku pulang!"

"Kak Quinzy! Hey kak Quin pulang! Kak Quin pulang! Yey! Kakak!" Teriak salah seorang anak kecil, lalu ia berlari untuk bisa memeluk seseorang yang dipanggil Kak Quinzy itu.

"Apa kabarmu sayang? Kau baik-baik saja 'kan disini? Apa kau merindukanku hm?" Tanya Quinzy sembari mengelus kepala anak kecil tersebut.

Anak kecil tersebut mengangguk sembari tersenyum senang.

Tiba-tiba anak-anak yang lain keluar dari dalam lalu berhamburan ikut memeluknya sembari berkata, "Kakak!"

"Hai! Ughh aku merindukan kalian semua!" Quinzy memeluk semua anak itu. Melepaskan kerinduannya karena sudah beberapa hari ini mereka tak berjumpa.

"Quinzy? Apa itu kau, Nak?" Tanya seorang wanita paruh baya yang baru saja ikut bergabung dengan mereka. Semua anak kecil itu dan Quinzy pun  melepaskan pelukan mereka.

"Ibu," ucap Quinzy lalu berlari dan memeluk wanita paruh baya tersebut. Melepaskan semua kerinduannya pada wanita yang sudah berumur ini. Wanita yang sudah merawatnya sejak kecil hingga ia sebesar ini.

Ya. Wanita paruh baya itu adalah ibu dari Quinzy. Ibu dari semua anak-anak panti yang ada disini. Quinzy dan yang lainnya sudah menganggap ibu Laila–ibu pantisebagai ibunya.

Bad Day with the BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang