2. Papan Ouija

9.3K 473 22
                                        

Tepat pukul 00.00 kami duduk melingkar di ruang tamu. Kami bertiga duduk di lantai beralaskan karpet merah dengan sebuah meja kecil di atasnya. Laura menaruh Papan Ouija tepat dihadapan kami dan menyalakan lilin merah, sedangkan Ruri mematikan lampu dan segera kembali bergabung dengan kami. Kutarik nafasku berat penuh dengan beban. sesungguhnya aku takut melakukan hal tak penting ini, jantungku berdegup kencang.

"Siap?" Tanya Laura memastikan. Ruri mengangguk cepat, sepertinya Ia tak sabar melakukan permainan ini. Hanya aku yang mengangguk lemah tanpa minat.

"Oke, katakan seperti yang kujelaskan tadi siang! Jangan sampai salah!" Laura memperingati kami dengan tegas. Aku dan Ruri mengangguk serempak.

Papan Ouija yang disebut sebagai media untuk berbicara dengan para makhluk astral itu memiliki ukiran huruf A-Z lalu angka 0-9 dan ada pula tulisan 'Ya', 'Tidak', 'Mungkin', 'Selamat tinggal' serta gambar matahari dan bulan di masing-masing sudut atasnya.

Ada juga papan kecil berbentuk hati dengan lubang sebesar koin 500 rupiah di bagian sudutnya. Papan tersebut digunakan sebagai alat petunjuk kata-kata yang diucapkan oleh arwah yang mau kami ajak untuk berkomunikasi.

"Spirit, spirit of the coin... Spirit, spirit of the coin... Spirit, spirit of the coin... Please come out and play with us!" Ucap kami bertiga bersamaan sembari memutarkan papan kecil berbentuk hati tersebut searah dengan jarum jam menggunakan jari telunjuk.

Awalnya, Papan kecil itu terasa ringan. Namun, lama-kelamaan Papan kecil itu terasa berat hingga telunjuk kami sulit untuk digerakkan. Hening. Kami bertiga saling bertatapan. Rasa penasaran dan rasa takut bercampur aduk menjadi satu, hingga membuat jantung kami berdetak lebih cepat dari semestinya. Bahkan, aku bisa mendengar suara degup jantungku sendiri.

"Ap... apa kau arwah yang akan berkomunikasi dengan kami?" Tanya Laura terbata.

"YA!" Tanpa dikomando papan kecil kami bergerak sendiri. Aku tercengang melihatnya tapi Ruri sangat gembira, tampak jelas di senyumnya dan Laura jangan ditanya dia terlihat sangat puas karena kami berhasil memanggil seorang arwah.

"Apakah kau seorang wanita?" Kini ganti Ruri yang bertanya.

"Ya!"

"Apakah kamu jahat?" Tanya Laura.

"Tidak." Kami bertiga mengembuskan nafas lega ketika papan itu berpindah ke huruf tidak.

Ya, kami tahu pertanyaan yang kami ajukan sangatlah aneh dan tidak penting. Kami bertiga tidak menyiapkan daftar pertanyaan untuk diajukan pada hantu.

"Jadi kau takkan menyakiti kami?" Tanya Ruri lagi.

"Mungkin."  Spontan aku menahan nafas, katanya tak jahat tapi pas ditanya akankah dia menyakiti kami dia menjawab mungkin! Dasar arwah labil!! Makiku dalam hati.

"Ella... ganti kamu dong yang tanya. Kok diem terus sih?" Protes Laura padaku.

Bagaimana mau bertanya? Aku saja masih bingung kok bisa-bisanya papan kecil ini bergerak sendiri!

"Kau penghuni tempat ini?" Tanyaku

"Ya"

"Sudah berapa lama?" Tanyaku lagi. Papan itu mengarah pada angka kemudian kembali pada huruf alphabet.

"20 T"

"T?" Tanya Laura sambil mengalihkan pandangannya padaku.

"Tahun." Jawab Ruri sebelum aku sempat menjawabnya. Laura mengangguk-angguk.

"Kenapa kau meninggal?" Tanya Ruri.

Papan kecil berbentuk hati itu mulai berpindah ke huruf-huruf alphabet lainnya. Papan itu bergerak sendiri dari satu huruf ke huruf lain, dengan sabar kami mengejanya satu persatu. Ternyata Roh itu meninggal karena sakit. Lalu kami bertiga bertanya tanpa sungkan ke roh itu.

Kami tak berani bertanya terlalu jauh padanya takut membuatnya marah. Sayang dia meninggal di umur yang masih tergolong muda, 27 tahun. Sebelum rumah ini dibeli oleh pemilik kost yang sekarang rumah ini sebelumnya adalah miliknya.

Kupikir dia adalah roh yang baik, buktinya dia mau menjawab semua pertanyaan kami dan nampaknya dia tak marah. Malah kami sempat bercanda.

Kutanyakan padanya apakah Laura nantinya akan memiliki pacar yang keren dan roh itu menjawab tidak. Aku dan Ruri tertawa terbahak-bahak sedangkan Laura cemberut berat. Dia membalasku dengan bertanya pada Roh itu apakah aku (Ella) cantik? Tak sesuai dengan keinginannya, roh itu malah menjawab ya.

Makin dongkol saja Si Laura. Aku dan Ruri tertawa keras melihat ekspresi kesal Laura. Kami lalu memutuskan untuk menyudahi permainan ini, walau sepertinya dia bukan hantu jahat tetap saja tak nyaman bila terlalu lama memainkannya.

Hampir 1 jam kami memainkan permainan ini. Kami mengarahkan papan kecil berbentuk hati itu ke arah tulisan 'selamat tinggal' untungnya roh itu menjawab 'ya'.

Kami menarik nafas lega, Dina pernah mengatakan pada Laura kalau tidak semua arwah mau mengakhiri permainan walaupun kami ingin mengakhirinya.

Kami memutar-mutarkan papan kecil itu sekali lagi, tadinya papan itu terasa berat namun lama kelamaan kembali menjadi ringan. Segera Laura menyimpan papan pemberian Dina. Ruri meniup lilin sebagai tanda bahwa kami telah memutuskan hubungan dengan arwah tersebut.

"Seru kan? Nggak seseram yang kamu bayangin kan La?" Tanya Laura padaku.

"Untungnya ketemu hantu baik-baik. Tetep aja aku nggak mau main lagi!" Jawabku ketus.

Segera saja aku pergi menuju kamarku, Ruri dan Laura juga melakukan hal yang sama. Jam menunjukkan pukul 01.05 kami bertiga sudah sangat mengantuk dan besok harus pergi ke sekolah. Kami langsung tertidur lelap di kamar masing-masing, kasihan jantungku hari ini pasti berat sekali melakukan tugasnya.

Aku dan Ruri berangkat ke Sekolah bersama, sedangkan Laura sudah berangkat terlebih dahulu. Sesuai dengan perkiraanku, Laura menceritakan tentang permainan kami semalam kepada teman-teman sekelas. Banyak yang tertarik untuk mencoba permainan itu, kebanyakan anak-anak ceweknya tapi ada pula yang menghiraukannya.

Dina menjadi terkenal sekarang. Bahkan banyak yang mengerubunginya untuk meminta petunjuk melakukan permainan tersebut. Dia bilang ada 2 papan ouija lagi di rumahnya, dengan senang hati akan diberikannya papan itu pada mereka.

Untuk apa dia punya 3 papan? Aneh! Gumanku dalam hati. Kembali dengan tegas Dina memperingati mereka agar tidak melupakan peraturan yang telah dituturkannya sedikitpun.

"Kalau kalian melanggarnya tanggung sendiri akibatnya!" Tegasnya sebelum meninggalkan kelas.

Anak-anak sekelas bahkan sudah membentuk kelompok untuk mengatur kapan dan siapa saja yang bermain terlebih dahulu. Sungguh sangat konyol! Laura menjadwalkan permainan akan kami lakukan lagi di Rumah. Tak kugubris pernyataanya. Percuma saja bilang 'tidak' padanya, dia pasti akan mengancamku lagi.

♚♚♚


Papan Ouija (Full)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang