Malam ini kami kembali berkumpul di Sekolah. Melalui pintu belakang pastinya. Runyam urusannya kalau satpam kepo itu memergoki kami di sini. Kami berjalan beriringan menuju ruang terkutuk itu dengan langkah pelan. Hati-hati Ken membuka pintu itu perlahan. Tak ada yang aneh dengan ruangan ini sekilas. Jose menebarkan bubuk coklat itu di sekitar tempat mereka bermain kemarin.
Kurasakan hawa dingin tiba-tiba menyelimuti tengkukku. Aku merinding ketakutan, tak sadar kucengkram erat lengan baju Ken. Sadar bahwa diriku ketakutan Ken menenangkanku dengan mengelus puncak kepalaku.
Hantu itu muncul, muncul tepat di hadapan kami, hanya berjarak 1 meter mungkin. Ingin rasanya berteriak dan lari dari tempat ini. Namun aku tahu, kami juga harus memikirkan keselamatan kedua orang teman kami. Hantu itu masih saja seram. Tetap dengan baju ala bangsawannya yang sudah kusam bahkan robek sana-sini, rambut panjangnya dan tak lupa tatapan mata itu! Tatapan mata yang seolah dapat menusuk tepat di jantung kami.
Tak kusadari aku sudah menahan nafas dari pertama kemunculan hantu itu, kini aku sibuk mencari dan menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Ken yang kembali menyadari keanehanku menepuk bahuku pelan mengisyaratkan bahwa kami akan baik-baik saja. Aku berusaha tersenyum, walaupun kentara sangat dipaksakan. Tatapan hantu blonde itu tertuju pada Jane lalu dialihkannya pada Stella. Kulihat seringainya yang lebar membuat kami makin bergidik.
"Apa yang kau mau? Tak bisakah kau lepaskan mereka?" Tanya Jose.
Aku tahu dia mengatakan dengan sangat bersusah payah. Kulihat bulir-bulir keringat menetes di dahinya. Sreettt!! Pandangangan hantu yang tadinya tertuju pada Stella dan Jane kini mengujami Jose seolah berusaha untuk mengulitinya. Hantu itu hanya diam dan setia menatap tajam pada Jose.
"Kumohon lepaskan mereka. Apa yang harus kami perbuat?" Pintaku memelas.
Hantu itu masih tidak menjawab. Kulihat seringainya makin lebar, tatapan matanya seolah meremehkan kami. Kini suara tawanya terdengar membahana, tawa panjang menyeramkan dan tak berhenti. Tak sadar aku merangkul tangan kanan Ken kuat-kuat. Tiba-tiba kurasakan seolah tubuhku melayang.
Tidak! Tubuhku benar-benar melayang!! Kakiku benar-benar tak menginjak lantai. Aku langsung berteriak ketakutan. Ken segera memegangi kaki kananku dan Maurer memegangi kaki kiriku. Tapi tubuh mereka tiba-tiba saja tersentak ke belakang. Laura, Ruri, Stella, dan Jane menjerit ketakutan. Tubuhku masih melayang, Jose sedang berusaha menggapai tubuhku sekarang tapi tubuhnya juga dihempaskan ke belakang oleh sesuatu yang tak terlihat.
Kini tubuhku sudah berada persis di hadapan hantu itu. Kukatakan sekali lagi. PERSIS di hadapan hantu itu! Kami benar-benar bertatap muka. Keringat dingin mulai membanjiri tubuhku. Aku sangat ketakutan, jangankan menggerakan tubuhku bahkan untuk berteriak saja aku tidak sanggup. Aku hanya bisa mematung sambil terus mengawasi gerak-gerik hantu itu.
Ken, Martin, dan Jose yang mengeluh kesakitan kini bangkit berdiri dan berjalan menuju ke arah kami. Sepertinya Merry merasa terganggu. Kurasakan tangan dinginya mencekik leherku. Aku berusaha melepaskan cekikannya dengan memukul tangannya keras-keras. Tapi sama sekali tak berpengaruh untuknya.
Teman-temanku hanya bisa tercengang, tak menyangka hantu Merry akan menyerangku. Sedetik kemudian tatapan mata mereka berubah menjadi ngeri, bingung apa yang harus mereka lakukan untuk menyelamatkanku.
Mata merry sama sekali tak lepas dari teman-temanku yang berada tak jauh dariku. Anehnya ketika mereka diam ditempat tak menghampiriku, dia mengendurkan cekikannya. Tapi ketika ketiga cowok itu maju mendekatiku cekikan itu kembali menguat.
"S..st..stop!!" Perintahku pada ketiga cowok itu susah payah.
Dengan tatapan bingung sekaligus khawatir mereka menghentikan langkah lalu menatapku. Kuberikan isyarat pada mereka untuk mundur menjauh dariku. Walaupun mereka ingin menghampiriku dan menolongku, mereka menurutiku dan mundur ke belakang perlahan.
Hantu Merry masih menatap mereka tajam, kurasakan cekikannya mengendur bahkan tangannya sudah tak mencengkram leherku lagi. Aku membungkuk dan terbatuk-batuk. Aku berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya untuk mengisi ruang paru-paruku.
Tatapan mata Merry beralih padaku. Seperti terhipnotis aku kembali menatapnya tepat di manik mata. Perlahan aku menegakkan tubuhku dan menatap hantu Merry. Aku tahu ini aneh tapi aku tak bisa melepaskan pandangan mataku darinya. Teman-temanku hanya bisa diam terpaku, berdoa dalam hati supaya tidak ada hal buruk terjadi setelah ini.
Aku seperti melihat sesuatu di matanya. Ya.... sesuatu.... dan lama kelamaan sesuatu itu menjadi sangat jelas. Seperti film yang biasanya kutonton di Tv. Kulihat seorang wanita berambut lurus, cantik, dan bermata indah. MERRY!! Ya, dia Merry!! Aku yakin itu adalah dia. Tapi bajunya indah.. sangat indah... gaun yang dikenakannuya terlihat mahal dan apik. Bukan gaun compang-camping itu.
Kulihat keadaan sekitarku. Bangunannya sepertinya kukenal. Aku berusaha memikirkan bangunan yang kini kususuri sambil membuntuti seseorang yang kupikir adalah hantu Merry. Bangunan ini mirip... mirip... ah! Bangunan sekolahku! Tapi warna cat dan peralatannya terlihat berbeda sangat berbeda!
Aku berhenti melangkah karena gadis itupun berhenti dan berbicara dengan seaeorang menggunakan bahasa asing yang tak kuketahui. Tiba-tiba saja aku melihat suatu adegan yang tak pantas. Benar-benar tak PANTAS! GILA! KEJAM! KEJI!.Aku menangis dan meruntuknya. Tapi aku tak bisa berbuat apapun! Kurasakan tubuhku mengejang dan tak dapat bernafas. Kudengar suara orang-orang yang memanggil-manggilku sehingga membuatku kembali tersadar.
Kukerjapkan kedua mataku, berusaha menyakini apa yang kulihat di depan mataku. Hantu Merry! Dia menatapku datar, tanpa ekspresi. Tak ada tatapan ingin membunuh di sana, tak ada tatapan yang menyeramkan, tapi tak ada juga tatapan ingin melepaskan dan memaafkan teman-temanku. Air mataku mengalir dari pelupuk mataku perlahan. Aku masih menatap hantu Merry penuh waspada.
Tak perlu berpikir panjang lagi Jose melemparkan batu coklat keemasan yang diberikan oleh Ki Ali kemarin ke lantai. Hantu Merry menghilang begitu saja dari hadapanku bahkan dari hadapan kami semua. Ken berlari menghampiriku diikuti teman-temanku yang lain.
"Kamu tak apa-apa?" Tanyanya khawatir.
Kupeluk tubuhnya erat-erat dan menangis sekencang-kencangnya. Pemandangan sadis yang kulihat menggunakan kedua mataku sendiri membuatku sangat terguncang. Ken membalas pelukanku berusaha menenangkanku. Kudongakan kepalaku, mataku menatap Ken lalu teman-teman yang mengelilingiku.
"Kita harus temukan cincin merah itu." Kataku dengan suara serak.
Aku berusaha menahan tangisku yang mungkin akan pecah kembali.
"Cincin apa?" Tanya Ruri bingung.
"Kita cerita di tempat lain. Jangan di sini. Siapa tahu itu hantu balik." Sahut Ken.
Teman-temanku mengangguk setuju. Laura mengusulkan untuk berkumpul di Kost-an kami. Mereka kembali menyetujuinya. Dengan dipapah oleh Ken aku berusaha berjalan perlahan. Dia menawariku untuk menggendongku tapi aku menolaknya halus. Ketika sampai di kost-an dan menegak habis segelas air putih yang diberikan oleh Laura.
Kuhembuskan nafas lega karena kami bisa sampai Rumah tanpa halangan yang berarti. Sepertinya Merry tak mengikuti kami.
Entah apa yang ada dalam pikiran Merry ketika memperlihatkan masa lalunya padaku. Mengapa harus aku? Di sana juga ada Stella dan Jane. Maksudku, Stella dan Jane yang terlibat dengannya secara langsung, bukan aku kan?
"So, apa yang kamu maksud dengan cincin merah?" Tanya Stella tanpa basa-basi.
Kuceritakan penglihatanku pada mereka. Semua orang mendengarkan ceritaku dengan wajah serius. Menajamkan indra pendengaran mereka agar tak ada satu katapun yang tertinggal. Dan mereka juga tak kalah shock-nya dengan diriku. Wajah kalut mereka sama sekali tak lucu untuk ditertawakan."Ini gawat. Hantu itu penuh dendam." Komentar Laura menahan rasa takutnya.
♚♚♚

KAMU SEDANG MEMBACA
Papan Ouija (Full)
Horror*BEBERAPA CHAPTER DI-PRIVATE KARENA CERITA SUDAH TAMAT. FOLLOW UNTUK MEMBACA* Jangan jadi Tante Nyinyir. Kalau mau baca lengkap ya follow dulu. kalau nggak mau ya udah. saya nggak ngelarang untuk unfollow setelah baca kok ^^ Permainan Papan Pemanggi...