6. Ki Ali

6K 327 16
                                        


Kami semua duduk di ruang tamu kost-an, mataku sibuk melirik Ken yang duduk bersebelahan dengan Martin tepat di hadapanku.

"Gimana nih... serem banget hantunya..." Kata Laura khawatir.

Kami semua hanya bisa saling berlempar pandang dan menghela nafas panjang.

"Kalian berdua juga salah! ngapain sih sok-sok an bergaya main di Sekolah? Kalian tahu kan sekolah kita angker!" Omel Jose.

Laura dan Jane saling berpandangan lalu menatap Jose memelas.

"Kita nggak tau kalo akhirnya bakal kayak gini! Kita juga nyesel!" Jawab Stella.

"Gara-gara kalian berdua kami dituduh jadi biang keroknya, padahal kalian yang nggak ikutin aturan mainnya!" Ucap Ruri penuh emosi.

Aku berusaha menenangkannya dengan menepuk bahunya pelan.

"Ya maaf.. kami nggak pernah mikir gitu kok. Justru kami berterima kasih kalian uda mau bantu kami. Sumpah!!" Kata Jane dengan nada penuh penyesalan. Jari telunjuk dan tengahnya membentuk huruf 'V' menegaskan ucapannya.

"Sudah... nggak perlu dibahas lagi. Sekarang kita berpikir saja apa yang harus kita lakukan untuk menghadapu tuh hantu blonde." Kataku mengalihkan pembicaraan.

Mereka semua tampak berpikir keras, diam-diam aku mencuri pandang ke arah Ken. Gilaaa keren banget dia! Hey.. hey... ini bukan saat yang tepat buat mikirin hal lain! Kasihan Stella dan Jane.

"Gini! Kita tanya ke dukun aja!" Usul Martin, membuyarkan lamunanku.

"Dukun?? Inget nggak waktu ada dukun di kelas kita? Anak-anak pake acara kesurupan lagi!" Tolak Ruri mentah-mentah.

"Ya.. nggak dukun palsu gitu juga kali... terus gimana? Kamu mau nyamperin tuh hantu blonde terus tanya gimana caranya kita habisin kamu kakak hantu? Jadi kakak hantu nggak gangguin temen kita lagi, gituu???" Celoteh Martin panjang lebar.

"Nggak gitu juga!!" Sahut Ruri geram.

Kami tertawa geli mendengarnya.

"Emangnya punya kenalan dukun?" Tanya Ken yang sedari tadi hanya diam mendengar percakapan kami.

"Nggak!" Jawab Martin cepat, membuat kami ingin menjitak kepalanya.

"Kayaknya Mpok Ijah tau deh.. dulu dia pernah ngomong gitu..." Kata Laura.

"Yang bener? Bukan dukun abal-abal lagi kan?" Tanyaku menyakinkan.

"Nggak tahu sihh... tapi nggak ada salahnya kan kita coba." Jawab Laura.

"Mpok Ijah tu siapa?" Tanya Jose.

"Asisten rumah tanggaku." Jawab Laura singkat.

"Okelah.. lihat besok aja. Sekarang kita pulang. Uda malem banget." Usul Ken.

Kami sungguh lelah hari ini. Otak kami sudah buntu untuk memikirkan hal-hal yang berbau hantu. Setelah Ken, Martin, Jose, Stella, dan Jane pulang kami langsung tidur di kamar kami masing-masing.

"Gimana uda dapat kabar?" Tanya Ken padaku.

Ken menghampiriku yang duduk dengan Ruri bersama dengan Martin dan Jose. Aku hanya bisa menggeleng pelan. Laura memang belum memberi kami info tentang dukunnya Mpok Ijah itu. Dan sekarang anaknya malah mengilang entah ke mana. Tiba-tiba kulihat Laura menyeruak memasuki ruang kelas dan berlari kecil ke arah kami.

"Aku tahu alamatnya tuh dukun. Namanya Ki Ali." Kata Laura dengan wajah sumringah.

"Oke ntar pulang sekolah kita ke sana." Sahut Jose.

Papan Ouija (Full)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang