11. Arwah

3.6K 287 3
                                        


Pihak kepolisian memberondong kami dengan berbagai macam pertanyaan. Kami menjawab seadanya. Namun, pihak kepolisian tidak mempercayai dan malah menertawakan kami. Sungguh, membuat kami bertujuh geram. Bahkan otakku malah memikirkan cara agar polisi itu turut serta dalam permainan Papan Ouija ini.

Akhirnya interogasi selesai. Kami bertujuh berada di salah satu ruang kelas kosong. Stella dan Laura terisak dalam tangisnya. Aku dan Ruri hanya duduk terdiam sambil memandang angin. Ken, Maurer, dan Jose berdiri tak jauh dari kami, memasang muka masam bahkan sesekali meninju tembok untuk meluapkan kekesalan.

Tak ada seorangpun yang membuka pembicaraan. Kami bertujuh sibuk dengan pikiran kami masing-masing. Kami berjanji pada Jane untuk melindunginya. Tapi dia malah meninggal di tangan hantu itu tanpa sempat kami berbuat apapun.

"Apa yang akan kita lakukan setelah ini?" Tanya Ruri.

"Tidak ada! Setelah ini dia akan datang untuk membunuhku! Kalian dengar? Dia akan membunuhku!" sahut Stella dengan nada putus asa.

Laura memeluk Stella dalam dekapannya. Kami hanya bisa memandang Stella iba.

"Tidak. Kamu tidak akan mati Stella! Kamu tidak boleh mati!" Balas Laura.

"Tidak akan ada yang mati setelah ini!" Kata Jose tegas.

"Lalu bagaimana? Apa yang harus kita lakukan?" Tanyaku.

"Kita akan bermain Papan itu lagi!" Jawab Martin.

"Apa?" Tanyaku memastikan. Kupikir Aku sedikit mengalami gangguan pendengaran.

"Kita bermain Papan itu lagi. Ketika hantu itu muncul serang dia!"

"Berbahaya! Bukankah Ki Ali melarang kita untuk menggunakan Papan itu lagi?" Sahut Ken.

"Ken benar! Jangan gegabah!" Sentak Jose.

"Lalu apa? Kita akan menunggu hingga hantu itu menyerang Stella??" Tampaknya Ruri menyetujui gagasan Martin.

Kami semua kembali terdiam dalam keheningan. Sibuk pada pikiran kami masing-masing.

"Jane! Bagaimana kalau kita gunakan Papan itu untuk memanggil Jane?" Seru Stella tiba-tiba.

Serempak kami berenam menoleh padanya. Menatap wajahnya dengan pandangan mata bertanya.

"Apa gunanya memanggil arwah Jane?" tanya Ruri tak mengerti.

Sebenarnya aku juga tak paham maksud Stella untuk memanggil arwah Jane. Kurasa Laura, Ken, Martin, dan Jose juga sama tak mengertinya.

"Apa kalian tidak penasaran bagaimana Jane bisa berada di Gedung tua itu?" Tanya Stella sambil mengikat rambutnya asal-asalan.

"Tidak mungkin dia datang dengan sendirinya bukan?" Tambahnya.

"Umm, sebenarnya iya..." jawab Laura.

"Mungkin saja Merry memakai kekuatannya untuk membawa Jane ke sana. Dan jika kita tahu cara Merry memperdayai Jane kita bisa mencari cara agar Stella tidak terjebak!" Jelas Ken setelah menangkap maksud Stella.

"Kurasa itu bukan ide yang buruk." Martin menganggukan kepala menyetujui.

"Jane baru saja meninggal, apakah itu tidak mengganggunya? Maksudku, kita juga harus menghormati arwahnya!" Sahutku tak setuju.

"Kau benar Ella, mungkin pemanggilan ini akan mengganggu Jane. Tapi kita juga harus memikirkan nasib Stella!" Tandas Jose sambil menangkupkan kedua tangan di wajahnya.

"Kita tidak ingin kehilangan teman karena permainan konyol ini lagi kan?" Laura bertanya sambil memandang kami satu per satu.

Kami menggeleng pelan dengan rahang terkatup rapat.

Papan Ouija (Full)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang