Segala sesuatu yang dilakukan secara diam-diam memang sedikit merepotkan. Seperti menguntit, jalan tak bebas dan harus siap siaga mencari tempat persembunyian saat hampir ketahuan. Harus rela terlihat aneh di mata orang lain.
Lifa berhenti saat Dean juga berhenti. Sekarang apa lagi yang 'kan cowok itu lakukan? Setelah tadi tak sengaja mengikuti Dean ke toilet umum dan hampir membuatnya ketahuan. Dia bersidekap dada dan terus menggumamkan sebuah lagu. Objek tatapannya sedang berhenti di sebuah warung untuk makan.
"Sialan," lirih gadis itu.
Dia sudah menahan lapar sedari tadi dan melihat Dean makan di dalam sana menariknya untuk ikut makan. Gadis itu mencak-mencak mencari penjual yang menjajakan roti. Inilah kerepotan lain yang harus dia lakukan. Jika dipikir-pikir mengapa dia begini?
Lifa berhenti melangkah. Benar, dia sama sekali tidak memiliki alasan lain selain ingin mengikuti Dean, mengetahui apa yang cowok itu lakukan. Dia tidak habis pikir apa yang diinginkan oleh hatinya, yang dia tahu bisa sampai ke sini melainkan karena dorongan dari dalam.
"Ah, bodo. Nanggung kalau berhenti sekarang. Sia-sia uang ojek online gue kalau gak diterusin."
Menggunakan alasan itu Lifa kembali melangkah mencari makanan yang bisa menganjjal perut. Tak butuh waktu lama, dia sudah mendapatkan dua bungkus roti dan segera memakannya di toko itu seraya terus memperhatikan pergerakan Dean.
"Kenapa gue lakuin ini? Kenapa gue di sini?"
Lifa tidak ingin percaya ada yang berbeda dari hatinya, tetapi melihat dirinya ada di sini, mengikuti cowok itu secara sembunyi-sembunyi cukup memperjelas segalanya.
"Aish, gue cuman penasaran aja." Masih tidak ingin mengakui, dia pun kembali mencari alasan lain.
Lifa memang penasaran tentang kehidupan Dean, mengingat kejadian malam itu di mana Dean dipukuli oleh mamanya sendiri. Tindakan ambisius dan ketakutan yang pernah dia lihat karena tak mau membiarkan orang lain menjawab pertanyaan dari guru. Ya, mungkin ini alasan terbesar mengapa Lifa ada di sini.
~~~
Dean keluar dari warung dan segera berjalan ke perpustakaan umum yang letaknya tak jauh dari sini. Dia harus belajar lebih keras lagi tentang materi matematika yang tak bisa dia pecahkan jawabannya. Tidak, sejujurnya dia bisa, hanya saja konsentrasinya buyar saat mengerjakan soal tadi.
Penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah Lifa. Gumaman gadis itu sedikit menganggu fokus dan tanpa disadari mengusik hatinya. Dean mengacak rambut, tak seharusnya dia memikirkan ini sekarang. Dia harus fokus pada tujuan.
Bagi Dean jika ingin mencari tempat sepi dan nyaman datanglah keperpustakaan. Kamu akan menemukan segelintir orang di sini, bebas berjumpa bersama banyaknya buku dan ruang baca yang hanya berisi satu atau dua orang saja. Andaikan tempat ini dekat dari kediamannya, dapat dia pastikan akan selalu menghabiskan waktu di sini.
Dean membuka pintu kaca di depannya, dan melihat sekitar. Siang begini di lantai satu tak ada orang lain selain dirinya, karyawan perpustakaan, dan staf kearsipan, dia yakin di lantai dua maupun tiga pasti lebih sepi lagi. Tak ingin membuang waktu lebih banyak, dia segera menelusuri rak-rak buku pelajaran dan mengambil beberapa buku paket untuk dipelajari dan disalin ilmunya.
Sementara itu, Lifa masih berjuang mengikuti Dean. Dia cukup terkejut saat mengetahui destinasi cowok itu. Suatu keberuntungan berada di sini, dia bisa ke rak buku sastra untuk mencari novel dan larut ke dalam kisah fiksi. Namun, sebelum melakukan niatnya dia harus memastikan Dean segera duduk di ruang baca sehingga dia dapat bebas bergerak.
Ternyata tak butuh waktu lama bagi cowok itu untuk menemukan buku yang ingin dibaca. Nampaknya Dean selalu mengunjungi tempat ini lantaran tak menampakkan raut bingung sama sekali, berbeda dengan dirinya yang baru menginjakkan kaki di sini. Lifa membulatkan mata saat Dean tiba-tiba balik badan. Hampir saja dia ketahuan andai saja tidak menunduk lebih cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Love U ✓
Teen Fiction"Kalau nilai ulangan gue lebih tinggi, lo harus jauhin gue." Dean semakin menajamkan mata dan menekankan setiap kata yang diucapkan. Padahal jauh di lubuk hatinya dia tidak menginginkan hal itu. Lifa mendekatkan kepalanya di telinga Dean. "Tapi, kal...