CHAPTER 2_NOT THE OLD BOY

996 157 10
                                    

Gedung itu belum jadi setengahnya, masih berupa kerangka saja. Puluhan orang dengan topi seragam sibuk bekerja. Sementara beberapa lainnya dengan pakaian yang jauh lebih rapi nampak memeriksa hasil kinerja mereka. Salah satunya adalah pemilik gedung tersebut, Draco Malfoy. Ya, Draco Lucius Malfoy yang delapan tahun silam memilih pergi dari Inggris. Tinggal di Australia selama kurang lebih lima tahun sebelum akhirnya kembali.

"Anda benar-benar memilih lokasi yang sempurna, Mr. Malfoy," ucap salah seorang pria dengan senyum mengembang. Arsitek untuk gedung yang dirancang memiliki tinggi 50 lantai itu.

Draco menyapukan pandangan ke sekeliling. Ia sedang berdiri di lantai 15 gedung yang belum setengah rampung itu. Muggle. Hal yang dulu sangat asing, bahkan ia anggap jijik. Namun, sekarang lihatlah! Malfoy Corporation Limited sudah mulai melebarkan sayap di sini.

"Aku menyerahkan lokasi sempurna ini kepadamu, Simon."

Rombongan dari kantor pusat kembali kurang dari dua jam begitu mereka tiba. Memeriksa perkembangan pembangunan gedung baru tersebut, sekaligus mengunjungi perusahaan rekanan yang akan segera menandatangani kontrak untuk merger. Perusahaan siaran terbesar di Inggris yang juga membawahi surat kabar paling terkenal di dunia Britania Raya.

Pemuda itu baru akan masuk ke dalam mobilnya sebelum kembali berbalik. Memperhatikan untuk sekali lagi, calon gedung miliknya. Menurut keterangan Simon, gedung ini akan rampung delapan bulan lagi sampai bisa digunakan. Yang tentu saja membuat Draco ingin menggunakan sihir untuk memangkas waktu. Namun, pikiran tentang menggunakan sihir untuk mempercepat pembangunan gedung, mendadak lenyap. Sekertaris pribadinya mengatakan sudah harus tiba di gedung lama karena jadwal pertemuan dengan perwakilan kementrian sihir.

Mobil itu melaju, membelah jalanan London. Membelok dari Lime Street menuju ke sebuah gedung perkantoran yang cukup kecil tak jauh dari Metro Bank. Draco disambut begitu sampai. Ia lantas menghilang di balik pintu dengan ukiran dari perak "CEO". Tak butuh banyak waktu baginya untuk segera beraparating dari tempat tersebut, menuju ke 'kantor pusat' Malfoy Corp.

"Mother, kau mengagetkanku!" Draco memegani dadanya yang berdegup kencang. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa Narcissa sudah duduk di kursinya. Ruangan milik pimpinan Malfoy Corp di dunia sihir.

Narcissa bangkit. Bersedekap di depan putranya yang kini sudah kembali disibukkan dengan pena dan juga perkamen. "Apa berbaur dengan muggle masih membuatmu kuno, son?"

"Ada apa, Mother?" Seolah tidak terganggu dengan pertanyaan Narcissa, pemuda itu masih saja menekuni pekerjaannya.

Narcissa mengembuskan napas panjang. Ia memilih duduk di sofa. Tepat di samping Draco yang masih saja takacuh. Seolah pekerjaan itu lebih penting daripada pulang ke manor dan makan makan malam bersama.

Diperhatikannya wajah Draco yang semakin nampak pucat. Draco memang sudah bukan bocah yang akan mengadukan segalanya kepada sang ayah, semenjak berakhirnya perang sepuluh tahun lalu. Ia belum menemukan hubungan Lucius dan Draco membaik. Terlebih ketika Lucius harus mendekam di Azakaban, sementara mereka berdua menjadi tahanan rumah. Namun, ia juga belum menemukan Draco yang akan berhenti untuk mencemaskan segala hal. Diam-diam ia mengembuskan napas panjang. Narcissa sudah hampir pada posisi menyerah untuk melihat yang terakhir itu. Melihat Draco yang tidak lagi menyalahkan diri sendiri, untuk semua hal.

"Draco, apa kau tidak ingin Mother berada di sini?" Narcissa tersenyum simpul begitu tangan Draco berhenti untuk bergerak. Ia bertemu pandang dengan mata grey pemuda itu.

"Mother, sejak kapan aku tidak ingin kau ada di sini?"

"Sejak ... tadi? Kau seperti tidak ingin aku ada di sini, Draco."

Pena bulu yang sedari tadi bergerak, kini berhenti. "Mother, aku benar-benar hanya ingin bekerja dengan tenang. Kembalilah, aku akan ke manor nanti malam."

"Draco, kau sudah bekerja dengan tenang selama tiga tahun belakangan ini. Istirahatlah. Kita tidak akan jatuh miskin kalau kau beristirahat sebentar saja," ucapnya seraya menekan kalimat 'bekerja dengan tenang'. Ah, entah sudah semenjak kapan ia mendengar Draco berujar demikian. Narcissa tidak pernah melihat putranya itu bekerja dengan tenang.

Malfoy Corp jatuh selepas keluarganya bergabung dengan Voldemort. Semakin terpuruk begitu Lucius menjadi tahanan resmi Azkaban. Disusul oleh kepergian Draco ke California begitu tahanan rumah mereka selesai. Lima tahun Draco tidak kembali ke Inggris. Baru tiga tahun lalu putranya kembali dan langsung mengambil alih perusahaan mereka.

Mengembalikan kejayaan perusahaan yang sempat terpuruk tidak semudah yang dibayangkan. Draco yang ia ketahui mengambil sekolah bisnis muggle -yang dianggap Lucius sebagai hukuman terberatnya― di California mulai menggarap beberapa hal. Dari mulai memperbaiki produk, membersihkan pegawai korup, mengajak bekerjasama beberapa pihak, sampai kini akan melebarkan sayap ke dunia muggle. Dan, ia selalu melihat Draco dalam wajah yang sama.

Seperti orang yang tidak memiliki hari esok.

Draco baru mengangkat kepalanya begitu Narcissa sudah kembali Manor. Ia menyandarkan punggung. Menatap langit-langit ruangan ini yang berwarna cokelat tua. Ada dua buah jendela dengan tirai hijau zamrud yang kini disisihkan ke samping. Membuat cahaya matahari dapat leluasa masuk ke ruangan ini. Meskipun, ya, sama sekali tidak mengurangi aroma muram di dalamnya.

Ia tidak pernah menampik. Hubungannya dengan Narcissa tidak sehangat sebelum perang dimulai. Tahun-tahun yang bahagia, begitu yang seringkali ia ucapkan. Narcissa adalah ibu terbaik yang pernah ada. Karena itulah, Draco ingin selalu melindungi perempuan tersebut. Narcissa sudah melewati banyak hal sebelum dan selepas perang. Alasan yang cukup singkat untuk bisa membuatnya bekerja keras agar nama Malfoy kembali baik, dan Narcissa kembali mendapat kehormatannya.

Nama Malfoy yang terpuruk begitu resmi bergabung dengan kebodohan Voldemort, perusahaan yang hampir bangkrut selepas perang, dan harga dirinya yang entah pergi ke mana selepas resmi menjadi tahanan kementrian sihir. Draco memang pergi selepas itu. California. Negara bagian Amerika yang membuatnya aman untuk sekejap. Tidak akan ada orang yang memincingkan mata begitu ia muncul di keramaian, tidak ada bisik-bisik tentang 'Pelahap Maut' begitu ia muncul di Hogsmeade, dan tidak ada prasangka-prasangka lain yang muncul begitu ia sekadar membantu menyelamatkan kucing jalanan.

California adalah pelariannya dari segenap duka di masa lalu. Tentang segala hal yang pernah ia lakukan. Kebodohan yang sempat Draco junjung tinggi. Hingga kemudian, Narcissa memanggilnya untuk datang. Hanya datang, tidak menyuruhnya untuk tetap di Inggris. Ia menyanggupi. Datang berkunjung dan kemudian tersadar, rumah yang pernah ia tinggalkan telah begitu tak terawat. Narcissa, menderita lebih banyak darinya.

Tiga tahun lalu, Draco memutuskan untuk benar-benar pulang. Lucius yang sudah kembali dari Azkaban, yang sayangnya masih dengan pikiran waras, menyerahkan Malfoy Corp kepadanya. Perusahaan yang hampir bangkrut. Ia seperti diberi sebuah piala usang yang menuntut untuk kembali dibuat berkilau. Ya, begitulah.

Draco bekerja sangat keras semenjak saat itu. Tahun pertama, memperbaiki manajemen yang dipenuhi orang kolot dan korup. Disusul dengan memperbaiki beberapa pabrik yang memproduksi sapu terbang dan ramuan. Menyeleksi beberapa orang, melobi ke sana-ke sini untuk mendapatkan bahan dengan harga lebih miring, juga merekrut karyawan. Hingga paruh waktu tahun kedua, ia mampu membuat Malfoy Corp perlahan mulai bangkit.

"Harry, percuma saja kau membantu Malfoy. Mereka tidak akan bangkit lagi. Memangnya masih ada orang yang percaya dengan ular licik seperti mereka? Perbuatan keluarga Malfoy akan terus dikenang sebagai perbuatan paling jahat. Percayalah, Harry, mereka tidak akan pernah berubah."

Begitu yang ia dengar begitu sampai di depan ruangan Minister for Magic, Harry Potter. Berkas yang harus ditandatangani menteri sihir baru itu berakhir di tempat sampah. Suara Ron Weasley yang terdengar sumbang di telinganya benar-benar membuat Draco muak. Tanpa menunggu banyak waktu, ia pergi. Dana berjuta galleon yang rencananya akan membuat universitas sihir di London, ia urungkan begitu mendengar.

Keputusan itu membawa Draco mengambil opsi yang selama ini ia tahan untuk diungkapkan.

[To be Continued_Chapter 3: A Decision]

[END] THE GHOSTWRITERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang