CHAPTER 19_THE FEELING I HOLD BEFORE

820 138 17
                                    

Hermione berjalan dengan ringan seraya menenteng sebuah dokumen. Ia menyapa seluruh orang yang ditemuinya di lobi Malfoy Corp. Ya, Hermione memang sudah cukup dikenal di sini. Terlebih selepas mengetahui kerjasama yang tengah terjalin di antaranya dan bos mereka. Siapa lagi, jika bukan Draco Malfoy yang pasti sekarang tengah berada di ruangannya.

Ini sudah hampir enam bulan lamanya semenjak hari itu. Ketika Harry mendengar pengakuan akan perasaannya kepada Draco. Juga, empat bulan selepas naskah terakhir disetujui oleh Draco dan langsung diserahkan kepada editornya di Harper and Harper Publisher House. Dan, hari ini dirinya, Draco, Blaise, dan juga Miss Courtney, editornya, dijadwalkan untuk bertemu di ruang rapat Malfoy Corp untuk membicarakan langkah terakhir sebelum penerbitan. Juga, kali pertama dirinya kembali menginjakkan kaki di muggle London selepas beberapa waktu lamanya.

"Granger!" Blaise menyapa ramah. Ia menghampiri Hermione dengan langkah ringan. "You okay?"

Hermione mengernyit. "Aku baik, ada apa?"

"Ah, tidak. Ayo, mereka sudah menunggu."

Gadis itu berhenti sejenak di depan pintu yang memisahkan dirinya dengan Draco. Berusaha mengatur jantungnya agar tetap berdegup dengan normal. Juga mensugesti dirinya sendiri untuk tidak gugup jika mereka duduk berhadapan. Hermione terlalu fokus sampai tidak menyadari ekspresi geli pemuda di sampingnya.

Benar. Di dalam ruangan itu sudah ada Draco, Miss Courtney, dan beberapa orang dari Harper and Harper Publisher yang kompak menyambut kedatangan mereka. Hermione menyampaikan permintaan maaf sebelum lantas mengambil tempat di samping wanita berkacamata yang ia ketahui berasal dari bagian pemasaran penerbit itu. Cukup jauh dari Draco yang hanya menatapnya sekilas.

"Sebuah kehormatan untuk kami dapat bekerjasama dengan Malfoy Corp, terlebih Anda, Mr. Malfoy," ucap wanita di samping Hermione. "Menurut kontrak yang sudah kami baca sebelumnya, buku ini akan diluncurkan bersamaan dengan pembukaan gedung Malfoy Corp, benar?"

Blaise yang mewakili pihak perusahaan Draco mengangguk. "Pembukaan gedung akan dibuka musim gugur mendatang, karena ini termasuk proyek yang lumayan besar untuk kami. Ada beberapa yang juga ingin kami sampaikan terkait kontrak."

Pemuda berkulit tan itu kembali berbicara mengenai kontrak yang sebenarnya juga sudah diberikan kepada masing-masing pihak. Terutama terkait dengan alur peluncuran buku yang dilakukan selepas upacara pembukaan gedung. Hermione, sebagai penulis, akan dimunculkan namanya. Dan juga pemasaran yang akan di seluruh dunia melalui media daring dan juga toko-toko buku.

"Maaf menyela, tapi bukankah Miss Granger hanya ghostwriter untuk proyek ini?" Miss Courtney yang sedari tadi diam, angkat bicara. Ia mendapat anggukan setuju, tak terkecuali dari Hermione sendiri. Pasalnya, gadis itu juga ingin melontarkan pertanyaan serupa.

"Ini permintaanku, nama Miss Granger akan dicantumkan sebagai penulis buku ini," timpal Draco.

Hermione menahan napas untuk beberapa saat lamanya. Ia memang masih berada di antara mereka. Namun, perhatiannya hanya tertuju kepada Draco yang masih nampak serius berdiskusi dengan pihak penerbit. Ia seolah tenggelam dalam ucapan yang baru saja dilontarkan pemuda yang beberapa bulan belakangan ini asyik muncul dalam setiap mimpinya. Hermione diam-diam diliputi banyak pertanyaan. Termasuk, pertanyaan terbesar, kenapa Draco Malfoy mengubah kontrak?

Diskusi itu rampung dengan keputusan akan ada 1,6 juta salinan untuk cetakan pertama, mengingat antusiasme masyarakat dengan biografi Draco melalui survei yang sudah dilakukan oleh penerbit. Termasuk di dalamnya, melakukan pre-order yang sudah disusun jauh-jauh hari. Berlanjut kepada pembagian royalti yang membuat pihak penerbit tercengang akibat porsi mereka lebih banyak. Terlebih dengan harga pasaran buku yang dijual agak tinggi mengingat kepopuleran pemuda itu sekarang ini. Yang terakhir, giliran Hermione dengan ekspresi kaku selepas mendengar bahwa Hermione akan dilibatkan secara penuh dalam proses peluncuran. Mengingat, dirinya bukan lagi ghostwriter dan namanya akan secara resmi dicetak. Ekspresi kakunya masih bertahan bahkan ketika seluruh perwakilan Harper and Harper Publishing House meninggalkan ruangan itu.

"Ada apa, Granger? Apa kau tidak suka?" tanya Blaise terlebih dahulu. Ia melirik Draco yang nampak sekali tengah berpura-pura sibuk dengan berkas kontrak. Padahal, nyata sekali pemuda itu sibuk mencuri pandang ke arah mereka berdua.

"Kenapa kalian mengubah kontrak?"

"Kau bisa tanyakan kepada orang itu," Blaise menunjuk Draco yang mendadak mematung. Ia beranjak pergi tak lama setelahnya. Menyeringai selepas mendapati tatapan tajam Draco. "Nikmati waktu kalian."

Ruangan itu senyap untuk beberapa saat lamanya. Draco yang masih berpura-pura sibuk, meskipun yang ia lakukan hanya membolak-balik halaman dokumen tanpa berniat untuk memeriksa. Lalu, Hermione yang merasa bahwa pertanyaannya sudah cukup jelas, dan ia menunggu Draco untuk berbicara. Lagipula, ia tidak ingin pemuda itu mendengarkan suaranya yang pasti bergetar karena gugup. Padahal sudah semenjak rapat dimulai, ia berbisik kepada diri sendiri untuk tetap rileks.

"Tidak ada alasan khusus, kurasa ini ide yang cukup bagus untuk kita," Draco akhirnya bersuara. Ia mengemasi dokumen-dokumen yang sedari tadi menjadi pelampiasannya itu. "Aku melakukan debut di dunia muggle, dan kau juga sama. Anggap saja ini sebagai kegiatan sosialku."

Hermione mengangguk paham. "Ma-Malfoy, aku ingin meminta maaf," ucapnya lirih.

Draco menatap Hermione sejenak. Memperhatikan kedua pipi Hermione yang kini bersemu merah. Ingin sekali dirinya mendekat, bersikap layaknya pria dewasa. Mengatakan betapa enam bulan yang menyiksa ini, membuatnya frustasi. Menyadari bahwa berusaha menghindari Hermione adalah sebuah pekerjaan yang sia-sia. Kalau mengabaikan orang yang kau cintai termasuk jenis pekerjaan, tentu saja. Namun, lagi dan lagi, yang dilakukan Draco hanyalah diam. Atau lebih tepatnya, mempersilakan gadis itu untuk kembali bersuara.

"Aku tidak bermaksud mengabaikanmu belakangan ini, hanya saja aku ... aku tidak tahu harus-"

Belum selesai Hermione berbicara, ia dikejutkan oleh perbuatan Draco. Pemuda itu mendekat dan tanpa mengucapkan apapun, menyandarkan kepadanya di bahu Hermione. Membuat gadis itu dapat dengan jelas menghirup aroma mint dan apel. Membawanya kembali pada kenangan ketika mereka tinggal bersama satu asrama. Draco akan selalu beraroma seperti ini. Mint dan apel, aroma Draco yang dapat ia hirup begitu sampai di common room. Terlebih di depan perapian, tempat Draco terbiasa membaca. Berbaur dengan aroma buku tua.

"I've missed you," bisik Draco.

Runtuh sudah pertahanannya selama ini. Perasaan yang sudah lama ia janjikan untuk diri sendiri, bahwa tidak akan pernah diungkapnya sama sekali. Namun, kini yang dapat Draco lakukan hanyalah menyandarkan kepalanya di pundak Hermione. Menghirup aroma yang sudah lama ia rindukan. Lama sekali sampai Draco tidak dapat mengira semenjak kapan. Entah di tahun ketiga mereka ketika Hermione menghadiahinya pukulan keras, atau ketika berpapasan di kompartemen menuju Hogwarts, ketika Slytherin dan Gryffindor dalam satu kelas, atau ketika peperangan berakhir, atau bahkan ketika ia hanya sendiri dan teringat akan Hermione. Draco sungguh tidak bisa mengira.

"Malf-"

"Draco," sambar pemuda itu. Ia mengangkat kepala perlahan. Menangkup sebelah wajah Hermione, merasakan aliran hangat yang menjalar melalui telapak tangan. "Call me."

"Draco."

Hermione merasakan matanya kembali memanas. Terlebih ketika pandangan mata mereka bertemu. Juga, hangat tangan Draco di pipinya. Gadis itu sempat mengira, hubungan mereka tidak akan pernah membaik selepas kejadian enam bulan lalu. Jantungnya yang berdegup kenang hanya karena akan kembali bertemu, atau ketika ia tidak bisa tidur selepas mengakui perasaannya di hadapan Harry, hanya akan berakhir percuma. Namun, kini ia berada di sini. Dan, Hermione menyadari satu hal, bahwa perasaan yang sudah lama dipendamnya, menganggap mereka hanya rasa sesaat saja, ternyata salah.

Matahari musim gugur yang memasuki ruangan itu melalui jendela tanpa penutup itu menjadi saksi. Bagaimana kedua tangan Draco dan Hermione saling terpaut. Atau ketika perlahan keduanya bersatu dalam satu rasa yang sama bernama cinta. Terwujud dalam beberapa saat lamanya ketika bibir keduanya menyatu. Satu hal yang sama-sama menjadi pengingat dua orang bebal yang selama ini sibuk mengelak. Berperang melawan hati bahwa apa yang bernama cinta, tidak akan pernah hadir.

"I love you, Hermione."

[To be Continued_Chapter 20: The End is Where We Begin]

[END] THE GHOSTWRITERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang