CHAPTER 6_FIRST INTERVIEW

793 149 23
                                    

"Granger!"

Hermione mencoba tersenyum begitu Blaise menyambutnya di lobi Malfoy Corp. Pemuda itu membimbingnya ke ruangan Draco. Selama perjalanan, mereka mendapati banyak pegawai yang melirik. Tentu saja. Tetapi Hermione memilih untuk bersikap biasa saja. Mereka paling juga akan terbiasa sendiri. Toh, ia akan sering mengunjungi tempat ini untuk beberapa bulan ke depan.

Ruangan yang sempat ia kira hanya menyuguhkan nuansa kelam itu hanya tinggal selangkah lagi. Hermione terkesiap ketika mendapati Narcissa berada di sana. Wanita itu menyambutnya ramah. Seperti ketika mereka bertemu di Love and Hope.

"Aku mendengar dari Blaise, kau akan bekerjasama dengan putraku," Narcissa menggandeng tangan Hermione. Mengajak gadis itu untuk duduk di sofa. Seolah tidak mempedulikan dua orang lain yang kini hanya bisa saling lirik. "Apa itu artinya toko bukumu akan tutup terus?"

"Tentu saja tidak, Narcissa. Aku akan segera membukanya kembali," timpal Hermione diakhiri senyum. Sebelum kemudian seorang perempuan yang ia kira sebagai asisten Draco menyajikan teh dan beberapa kudapan.

"Oh, tidak terlalu terburu-buru, dear. Habiskan waktu kalian dengan nyaman."

Draco memutar matanya malas. "Mother, pulanglah. Aku dan Granger akan segera memulai pekerjaan kami."

Pemuda itu duduk di depan dua wanita yang kini kompak mengarahkan tatapan kepadanya. Satu dengan tatapan bingung sekaligus terkejut. Sedangkan yang lain seperti bersiap untuk menelannya hidup-hidup. Tentu saja yang terakhir adalah ekspresi Narcissa. Perempuan itu tidak habis pikir dengan ucapan yang baru saja dilontarkan olehnya.

Draco bukan tidak paham dengan kalimat sang ibu. Ia justru paham benar dengan kalimat Narcissa yang terdengar sangat ambigu di telinga Hermione. Namun, akan sangat tidak lucu bila ibunya membeberkan apa yang sudah sering ia ceritakan dulu. Ah, kenangan itu. Draco benci untuk mengakui, tetapi ia memang pengecut sejak dulu.

"Jadi, Granger, apa saja yang kau butuhkan?"

"Draco, apa kau sungguh tidak sabar bekerja bersama Hermione?" Bukan Hermione yang menjawab, ini adalah pertanyaan Narcissa yang dilontarkan mendadak. Ia dan Blaise mengulum senyum begitu dilihatnya telinga Draco yang memerah. Sementara Hermione masih bertahan dengan wajah kebingungan.

"Mother, tolong pulanglah."

Terima kasih kepada Narcissa yang berbaik hati untuk tidak menggoda putra tunggalnya kali ini. Selepas berbasa-basi sebentar dengan Hermione, tak lupa membicarakan sebuah buku yang sudah ia baca, wanita itu akhirnya pergi. Meninggalkan Blaise yang sempat mengerling ke arahnya, Hermione yang melambai kepadanya, dan juga Draco yang masih bertahan dengan ekspresi datar. Telinga Draco yang memerah sudah tidak terlalu nampak.

"Blaise, apa kontribusimu di sini? Bukankah ada pekerjaan yang harus kau lakukan?"

Blaise berdeham. Ia menyeringai. "Maafkan aku, Mr. Malfoy. Sebaiknya aku pergi dan tidak mengganggu pekerjaan kalian berdua."

Hermione mengeluarkan berkas yang sudah ia kerjakan sebelum ke mari. Sebuah outline dan juga beberapa catatan kecil tentang proyek biografi Draco Malfoy. Tak lupa menjelaskan tentang isi rancangan buku itu. Kurang lebih sama dengan yang sedang dibaca pemuda itu sekarang.

"Granger, kenapa kau menggunakan tulisan komputer muggle?"

"Kukira kau sudah cukup familier dengan komputer muggle," Hermione mengalihkan pandangan ketika bertemu mata dengan Draco. "Akan terlalu lama untuk menulis menggunakan pena."

Draco meletakkan dokumen itu kembali ke atas meja. Sedikit memperhatikan Hermione yang sedang menyecap teh. Berada satu ruangan dan hanya berdua dengan musuh bebuyutan memang agak canggung. Beberapa menit lalu, ia tidak ingin mengakui. Namun, sekarang Draco seperti ingin segera bangkit dan mencari tempat aman. Hermione Granger yang duduk di depannya sekarang, entah kenapa membuat duduknya tidak nyaman.

Pemuda itu berdeham beberapa kali. "Jadi, yang kau butuhkan hanya wawancara denganku saja?"

"Tidak juga. Setahun yang memuakkan dengan melihatmu setiap hari sudah membuatku tahu bagaimana dirimu dulu, aku butuh bahan lebih untuk menulis tentang dirimu yang sekarang," Hermione membuka lembaran outline. Melingkari beberapa poin di bagian catatan. "Apa kau tidak keberatan dengan poin-poin ini?"

Ada beberapa poin yang sudah ditandai oleh Hermione. Semuanya merujuk pada hal-hal yang terjadi selepas perang berakhir sepuluh tahun lalu. Menghilangnya Draco Malfoy, bangkrutnya Malfoy Corp, hubungan keluarga Malfoy dengan muggle, termasuk kisah percintaan Draco Malfoy. Poin terakhir lah yang kini ditunjuk oleh Draco.

"Apa kau serius ingin menulis bagian ini?"

"Kenapa? Kau sudah terkenal tukang bermain perempuan-"

"Granger, kau kasar sekali padaku."

Hermione menatap pemuda di depannya dengan malas. "Reputasimu yang itu sudah terkenal sejak kita masih di Hogwarts."

"Buku-buku biografi yang kubaca hanya menyangkut tentang masa lalu, masa depan, halangan, rintangan, kata-kata motivasi sampah, dan kisah cinta yang berhasil. Tidak ada yang menjaring pembaca untuk berspekulasi tentang masa lalu menyeramkan mereka."

Gadis itu tidak percaya ia mendengar kalimat itu dari seorang Draco Malfoy. Sosok yang kini masih menjelaskan tentang reputasi-yang-itu. Tentang bagaimana hubungan percintaannya tidak pernah terwujud selepas perang. Bahkan hampir tidak ada perempuan yang tertarik kepadanya.

"Kudengar kau lari ke California."

Draco mendecap. "Granger, aku tidak lari!"

"Baiklah, baiklah. Kudengar kau pergi ke California," Hermione mengangguk ketika nampak Draco kembali tertarik dengan pembicaraan mereka. "Kuyakin di sana kau pasti bertemu dengan banyak perempuan di klub atau di pantai."

"Kenapa kau bisa berpendapat seperti itu?"

Hermione tersenyum pongah. Ia menjelaskan tentang hasil riset yang sudah dilakukannya beberapa hari belakangan ini. Tepat sebelum mengunjungi kantor Malfoy Corp, bertemu dengan Blaise, dan duduk di hadapan pemuda itu. "Kulitmu agak cokelat ketika kembali."

"Dan, kau berkesimpulan bahwa aku sering berjemur?"

"Aku menyimpulkan kau sering terkena matahari, dan tempat terbaik untuk bertemu matahari adalah di pantai."

"Ya, aku memang tinggal di Los Angeles lumayan lama," Draco menyunggingkan senyum. Ia mencondongkan tubuh, hingga mampu melihat dengan lebih jelas bintik-bintik di wajah Hermione. "Kau tahu, gadis-gadis California begitu sexy."

Hermione bersedekap. Ia mendecap selepas mendengar jawaban Draco. Terlebih ketika dengan nada berbisik, pemuda itu berucap'sexy'. Terlebih dengan seringai dan tatapan seduksi. Hei! Tidakkah Draco tersadar siapa yang tengah ia ajak bicara sekarang?

"See? Aku yakin kau sudah mengencari gadis-gadis sexy itu berkali-kali."

"Well, sayangnya tidak ada satu pun yang bisa menarik perhatianku."

"Benarkah?" Hermione memincingkan mata. Ia menggeleng. Mana mungkin seorang Draco Malfoy tidak berkencan. Padahal banyak gadis cantik di sekelilingnya.

"Sebenarnya ada yang menarik perhatianku."

"Siapa?"

"Kau."

[To be Continued_Chapter 7: Italian Brunch with the Couple]

[END] THE GHOSTWRITERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang