Hermione melempar tubuhnya ke atas tempat tidur. Sepatunya masih terpasang. Basah akibat berjalan di antara salju di sepanjang Hogsmeade. Tidak seperti biasanya, ia nampak takacuh dengan hal tersebut. Seolah siapa 'Hermione Granger' menguap selepas pertemuan dengan pemilik Malfoy Corp. Orang yang sudah ia anggap sebagai klien semenjak kemarin karena 2,5 juta galleon.
Belum sempat ia bernapas dengan lega, Hermione kembali dibuat terkejut dengan perapiannya yang berbunyi. Hampir saja Hermione akan berpura-pura untuk terlelap dibanding meladeni Ginny sekarang. Pelaku yang berhasil mengusik Hermione malam ini adalah Ginerva Potter.
"Mione, ada apa denganmu?" pekik Ginny begitu berhasil membuka pintu kamar Hermione. Satu-satunya kamar tidur di flat ini.
Gadis itu masih nampak enggan untuk bangkit. Namun, kekuatan Ginny berhasil menyeretnya untuk keluar. Hingga tak butuh banyak waktu bagi mereka untuk duduk di depan perapian. Menghadap dua cangkir teh yang dibuat Ginny.
"Apa benar yang ada di sini, Mione?" Ginny bertanya seraya menunjuk gambar bergerak yang sedang menampilkan Draco dan dirinya. Beberapa jam lalu di The Three Broomsticks.
Hermione hanya menjawab seperlunya. Ia bangkit dan mulai berbenah. Melepas mantel dan sepatu basah, juga mencoba mencari pakaian yang nyaman untuk dikenakan. Sementara di depan perapian, Ginny masih terus bertanya tentang alasan di balik fotonya dan Draco. Uh, dasar media!
"Stop it, Gin! Aku dan Malfoy tidak seperti yang diberitakan oleh Prophet, kami hanya mengurus sebuah pekerajaan."
Giliran Ginny yang memincingkan mata. Memperhatikan dari atas sampai bawah sosok Hermione yang kini sudah mengenakan piyama. Diam-diam ia mengulum senyum ke arah sahabatnya itu. Ya, walaupun tentu saja masih ada sedikit kecewa karena berita tentang 'pertemuan Hermione Granger dan Draco Malfoy' ia ketahui melalui surat kabar.
"Ah, ngomong-ngomong tadi Ron menemuiku." Hermione mengulas senyum selepas melihat perubahan ekspresi Ginny. "Kenapa kau tidak memberitahuku kalau Ron dan Brown sudah bertunangan?"
Ginny meletakkan Daily Prophet ke atas meja. Masih menampilkan gambar bergerak Hermione dan Draco di sana. "Maafkan aku, 'Mione."
Gadis itu mulai mendengarkan ketika Ginny berbicara tentang hubungan Ron dan Lavender yang sudah dimulai semenjak lama. Terkadang dengan nyala di matanya ketika mengatakan betapa ia muak akan hubungan tersebut. Terkadang dengan suara lirih karena menyembunyikan perselingkuhan Ron dan Lavender yang sudah terjadi semenjak lama. Hermione menghela napas. Ia paham dengan situasi yang dihadapi Ron ketika itu.
Ron tidak salah, Gin. "Gin, jangan membenci Ron."
"Dia sudah berselingkuh darimu, dan bahkan sekarang akan segera menikah. Kau tahu bagaimana mom marah kepadanya? Dia masih mengharapkanmu menjadi keluarga kami, Mione."
"Aku akan selalu menjadi bagian dari keluarga Weasley, Gin. Ron sudah berani menemuiku dan aku juga sudah memaafkannya."
Seulas senyum muncul di bibir Ginny. Ekspresinya kembali datar begitu teringat tujuan utamanya ke flat Hermione malam-malam begini. Ia menunjuk Daily Prophet di atas meja. Tak sempat tertawa begitu melihat wajah muram Hermione. "Jadi, bisa kau jelaskan?"
"Zabini menemuiku dan dia menawarkan kontrak menjadi ghostwriter untuk menulis sebuah buku biografi."
"Biar kutebak, buku biografi Draco Malfoy?"
"Aku bertemu dengan Malfoy hari ini, kami membicarakan kontrak itu," Hermione tersenyum masam. "Aku akan membatalkannya saja."
"What! No! Tidak 'Mione, kontrak ini tidak boleh dibatalkan!" Ginny membekap mulut selepas berteriak tadi. Ia berdeham sebelum memutar tubuh. Menghadap Hermione yang menatapnya curiga. "Maksudku, ini dua juta galleon! Kau bisa melakukan semuanya dengan uang itu. Kau bisa mengembangkan toko bukumu, atau mencetak buku-bukumu sendiri. Ya, kan?"
"Tapi, Gin. Klien yang kuhadapi adalah Draco Malfoy! Ferret menyebalkan yang sudah menyebabkan hidupku menderita selama di Hogwarts!"
"Ya, aku juga tahu hal itu. Dia bajingan menyebalkan, tapi kau hanya perlu bertahan selama beberapa bulan. Menulis buku itu, kemudian menerbitkannya. Namamu akan tercantum di buku biografi milik pebisnis muda yang sedang naik daun! Well, sebenarnya yang terakhir itu aku agak kurang suka untuk mengakui."
Hermione mengembuskan napas panjang. Ginny memang benar. Ia hanya perlu bertahan beberapa bulan saja untuk bekerjasama dengan Draco. Menulis buku biografi seorang pebisnis muda yang kini juga sedang mengembangkan sayap ke dunia muggle. Bisa dibayangkan itu? Slytherin hipokrit, sombong, dan terlalu mengagungkan status darah menjalin kerjasaman dengan muggle. Muggle-born? Darah lumpur?
"Dengarkan aku, Hermione Granger. Ini adalah kesempatan langka. Tidak mungkin akan datang untuk yang kedua kali. Tetap terima kontrak itu, lakukan pekerjaanmu, dapatkan uangnya, selesai!"
Gadis itu meringis mendengar penuturan Ginny. Selepas menikah dengan Harry beberapa bulan lalu, Ginny seperti mendapat kekuatan lebih untuk menceramahinya. Oh, tentu dalam hal-hal yang baik. Ia sungguh makin nampak seperti Molly.
Ginny menghilang ditelan asap hijau tak lama setelahnya. Membiarkan Hermione lagi-lagi dalam pikirannya sendiri. Masih bimbang untuk tetap melanjutkan kontrak, dan mengembalikan galleon yang sudah ia terima. Atau tetap melanjutkan kerjasama dengan risiko ia akan selalu bersama dengan Draco Malfoy selama beberapa bulan. Hah! Memikirkan kemungkinan yang terakhir cukup membuat perut Hermione melilit.
***
"Bagaimana kabar Hermione?" sembur Harry sebelum sang istri sempat membersihkan jelaga dari jubahnya. Ia memang sudah menunggu dengan cemas di depan perapian Grimmauld Place Nomor 12.
"Dia baik, tentu saja."
"Apa berita itu memang benar? Maksudku, Malfoy dan Hermione benar-benar bertemu?"
Ginny mengangguk malas. Ia hanya ingin menguji suaminya saja. Harry kadang bersikap terlalu pengecut di dengan Hermione. Mereka sudah lama tidak bertemu. Terakhir kali berbicara selepas kabar putusnya Hermione dan Ron. Setengah tahun lalu. Sejak itu, Harry masih enggan untuk bertemu Hermione. Atau begitulah yang ia tangkap selama ini.
"Hermione mendapat kontrak dari Malfoy untuk menulis biografi tentangnya."
"Damn it! Ginny, apa kau serius? Bagaimana mungkin ia akan bekerja bersama Malfoy?!"
"Kenapa kau seperti ini, Harry? 'Mione hanya bekerja bersama Malfoy, apa salahnya?"
Harry terduduk dengan lemas. "Kau tahu reputasi Malfoy. Bagaimana kalau Hermione terkena masalah setelah ini?"
"Kau benar-benar tidak memperhatikan situasi sekarang, Mr. Potter," Ginny mendengus. Ia menatap tajam ke arah Harry yang masih menunduk. "Ron adalah sumber masalah untuk Hermione belakangan ini. Apa kau lupa, aku sering bercerita kepadamu bagaimana toko buku Hermione sepi setelah kabar putusnya mereka. Karier Hermione sedang terancam sekarang, dan Malfoy pasti akan bisa menolongnya!"
"Tapi, dia Malfoy!"
"Apa salahnya? Toh, kau sendiri yang sudah bersaksi di persidangan bahwa Mrs. Malfoy membantumu di hutan, Malfoy juga membantumu di Manor. Ada apa denganmu?"
Harry mengembuskan napas panjang. Menaikkan suara tidak akan cukup untuk mengubah persepsi Ginny tentang kerjasama Hermione dan Draco. "Aku hanya tidak ingin Hermione mendapatkan masalah ke depannya. Kau tahu bagaimana reputasi Malfoy selama ini, terlebih ferret itu."
"Kalau kau memang mencemaskan Hermione, kenapa kau terus bersikap seperti pengecut?" Ginny tersenyum masam begitu melihat wajah pias suaminya. "Kalian bersahabat, kan?"
[To be Continued_Chapter 6: First Interview]
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] THE GHOSTWRITER
FanficBerkat kontrak yang langsung ia setujui, Hermione Granger akhirnya menjadi seorang ghostwriter untuk Draco Malfoy. Mereka yang terkenal sebagai musuh bebuyutan semasa masih di Hogwarts terpaksa harus menjalin kerjasama. Lambat laun, Hermione yang m...