CHAPTER 16_BUSINESS PARTNER

728 137 44
                                    

Draco kembali dengan wajah gundah seperti pertama kali ia bertolak. Bahkan, meskipun bertumpuk-tumpuk berkas meminta untuk diperiksa, yang dilakukan pemuda itu hanya terdiam. Baris-baris tulisan, lembar-lembar dokumen, dan secangkir kopi hitam seperti percuma saja berada di hadapannya. Toh, yang ada di pikiran Draco sekarang hanyalah Hermione. Hermione Granger yang tidak membalas suratnya, maupun menerima panggilan teleponnya.

Sudah hampir dua minggu selepas berita tentang mereka diterbitkan Daily Prophet. Dan, sudah selama itu pula mereka tidak bertemu. Memang bahan-bahan yang dikumpulkan oleh Hermione terkait proyek mereka, sudah cukup. Kenyataan itu pula yang membuat Draco semakin gundah dibuatnya. Terlebih karena Hermione terlalu nampak menghindar darinya.

"Tok tok!"

"Blaise! Tidak bisakah kau mengetuk dengan normal?!"

"Aku sudah mengetuk sejak tadi, tapi yang kau lakukan hanya diam di sini seperti pengecut," timpal Blaise sekenanya. Ia meletakkan beberapa tumpuk berkas di depan Draco. Membuat wajah pemuda di depannya ini semakin terlihat kusut. "Ada apa, Drake?"

Draco mendecap. "Diam sajalah!"

Blaise tertawa mendengar jawaban pedas Draco. Tentu saja, tanpa diberitahu pun dirinya sudah paham benar. Hermione Granger adalah penyebab Draco selalu menampilkan wajah kusut akhir-akhir ini. Ia tidak bisa berbohong, bahwa semenjak awal, dirinya sudah tahu. Oh, bukan hanya dirinya, tetapi seluruh penjuru dunia sihir sudah dapat dipastikan tahu.

"Draco Malfoy yang berdiri di depan toko buku Hermione Granger sudah lewat dua minggu yang lalu, Drake. Tenang saja," Blaise terkekeh, sedikit menggoda. "Mau bersantai sebentar?"

"Dengan apa? Fire whisky? Perempuan? Aku tidak tertarik!"

"Dengan ini," Blaise meletakkan berkas terakhir yang ia bawa. Amplop putih berisi dua naskah pertama yang diselesaikan Hermione. "Granger mengirimkannya padaku pagi tadi, dengan surat yang mengatakan bahwa ia ingin kau memeriksanya terlebih dahulu. Satu naskah untuk diterbitkan di dunia muggle, dan satu untuk diterbitkan di dunia sihir."

"Ck! Aku sudah tahu!"

Draco mengacak rambutnya. Mengambil berkas itu dengan keras. Wajah kusutnya semakin bertambah kusut ketika melihat bahwa tulisan Hermione memang sudah selesai. "Kenapa dia harus mengirimkannya padamu? Kenapa bukan kepadaku?" gumamnya.

"Well, mungkin karena aku yang memberinya kontrak, sedangkan kau hanya sebagai klien."

"Kontrakmu itu tetap menggunakan uangku, Zabini!"

"Nope! Narcissa yang mengeluarkan lebih banyak galleon, bukan kau!"

Blaise tersenyum pongah selepas melihat Draco hanya memutar mata. Ia toh memang benar, Narcissa Malfoy berperan besar untuk kontrak yang ditawarkan kepada Hermione. Ah, cerita yang cukup panjang untuk hanya bisa dikerjakannya sendiri. Maksudnya, hanya dikerjakan olehnya dan Nyonya Malfoy tentu saja.

Pemuda itu undur diri selepas mengatakan beberapa hal bodoh terkait murungnya sang sahabat. Berlanjut menyusuri jalanan London yang selalu ia sukai, kecuali minimnya akses menggunakan sihir tentu saja. Ia adalah Blaise Zabini yang sudah bertobat. Tidak akan pernah mengulangi kesalahannya di masa lalu. "Kecuali kalau kepepet," ucapnya setiap kali berdiam di depan cermin kamar mandinya.

Ia berhenti di sebuah kedai kopi. Langsung menuju ke satu meja yang terletak cukup jauh dari pintu masuk. Menemui seseorang yang sudah terlebih dahulu tiba di tempat itu sekitar seperempat jam lalu. Atau begitulah yang Blaise dengar ketika mendengar komplain darinya.

"Jadi, Hermione sama sekali belum menemui Malfoy lagi?"

"Jujur saja, Mrs. Potter, pesta pernikahan kakakmu memang seburuk itu?"

[END] THE GHOSTWRITERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang