Bab 14

414 34 2
                                    

Braakkksss..

"Argggģghhh...."

Gua kaget setengah mati pas denger teriakan ayah. Mata gua melebar seketika ketika ngeliat ayah bertarung sama seseorang.

Gua langsung bergerak cepat untuk bantu ayah, tapi.. bunda dengan sigap tarik tangan gua gitu aja.

"Bun..? Lepas! Alpa harus bantu ayah." Pinta gua dan seketika bunda tertawa.

Kenapa? Apa ada yang salah dari ucapan gua? Bunda ko ketawa?

"Haduh.. biarin aja Al," ucap bunda santai.

Gua liat ayah diposisi menang, ga nyangka juga ayah jago bela diri gitu. Gua liat orang itu gak bisa berkutik dan meringis sakit.

"Ampun Ken, ampun." Teriak orang itu.

Ayah gua tersenyum sinis lalu melepaskannya gitu aja. "Lo masih terlalu gegabah Gi," kata ayah sambil tertawa.

Tapi tunggu! Ini apaan maksudnya? Mereka saling kenal?

"Ehh.. udah pada dateng ternyata." Sapa seseorang yang tiba-tiba datang. Seorang wanita, dia menghampiri bunda dan bersalaman ala-ala wanita elegan.

"Lama gak ketemu, gimana kabar kalian?" Tanya wanita itu.

"Baik, kau semakin cantik saja Sus," jawab bunda sekaligus memuji wanita itu.

Wanita itu tersenyum simpul, wajahnya mengingatkan gua dengan seseorang.

"Kalo tidak cantik, si playboy Gio tidak akan bertekuk lutut padanya." Sahut ayah, gua noleh dan dua pria itu sudah saling merangkul akrab.

"Heh! Gua mencintai Susi apa adanya yah." Elak pria itu, bernama Gio. Dan mungkin wanita yang kini berada didepan gua adalah istrinya. Yang bernama Susi.

Ayah sama bunda tertawa, sekarang gua sendiri yang merasa bodoh! Gak ngerti dengan suasana saat ini.

"Eh, ini anak lo Ken?" Tanya si om Gio ke ayah gua. Dia natap gua dengan senyum yang sulit diartikan.

Ayah ngangguk. "Iyah, dia Alpa. Anak gua satu-satunya."

"Dan Alpa, ini om Gio sama tante Susi. Teman lama ayah dan bunda."

Gua senyum tipis. "Halo om tante." Sapa gua dan mereka berdua tersenyum.

"Wah.. ganteng yah." Ucap tante susi yang buat gua senyum malu-malu.

"Percuma ganteng.. kalo masih jomblo hahaha.."

Gua natap ayah yang baru aja ngomong gitu. Ayah tuh emang gitu yah?

Om Gio ikut tertawa. "Yaudah ayo masuk." Ajaknya dan diikuti ayah. Bunda dan tante Susi pun mengikut dibelakang sambil bercakap-cakap heboh.

Gua dibelakang sendiri, tanpa ada yang berniat menggandeng gua. Ngerasa hina banget gua jadi jomblo.

"Bi.. tolong ambilkan air dan cemilan untuk tamu saya." Teriak om Gio.

"Bibi gak ada. Bibi lagi ke supermarket!"

Lah? Gua kek kenal suara itu. Suara... gua mikir sebentar.

"Yaudah. Tolong kamu aja yang melakukannya, Rosse."

Hah? Rosse? Jadi.. beneran ini rumah Rosse? Dan pria didepan gua ini adalah pria yang dulu adu tinju sama si Rosse?

Gua langsung liat kearah tante Susi, gua baru sadar kalo muka tante Susi itu sedikit mirip dengan Rosse.

"Nah.. ini anak gua." Kata om Gio antusias.

Gua liat kearah orang yang baru aja datang dengan nampan besar ditangannya. Mata gua terbuka lebar, sangat lebar... jadi ini beneran rumah si Rosse?

"Rosse?" Spontan gua mengucapkan nama itu.

Rosse menoleh, pandangan kami bertemu. Dia juga terlihat sama terkejutnya dengan gua.

"Eh.. kamu kenal Al,?" Tanya bunda.

Gua diem. Keknya mau jawab iyah aja susah gitu.

"Kita temen sekelas tante." Jawab Rosse sambil senyum tipis.

Asli, ini baru pertama kalinya gua liat dia senyum yang ga menakutkan.

"Wahhh.. kebetulan banget ya." Seru bunda heboh.

Gua sedikit gugup, mata gua ngeliat kemana-mana dan pas ngeliat wajah om Gio entah kenapa gua rasa ada yang berbeda. Raut wajahnya mendadak berubah gitu. Wajahnya gak seceria tadi diawal, wajahnya berubah kek bingung gitu. Kenapa kira-kira?

***

Gua nidurin diri diatas kasur, sumpah hari ini keknya cape banget. Tapi gapapa, seengganya gua udah tau sedikit tentang si Rosse. Rosse Dewita puspa, lahir di bandung pada tanggal 23 september ditahun 1998. Sekarang berusia 16 tahun, anak dari teman lama ayah. Dia gak psikopat, dia gak indigo, dia gak gangguan mental juga. Dia cewek biasa, yang cuma penasaran dengan banyak hal.

Om Gio itu teman sejalan ayah, mereka dibesarkan disatu padepokan yang sama. Itu sebabnya, om Gio selalu menyapa ayah dengan serangan dan begitu pun ayah sebaliknya.

Mereka melakukan itu bukan tanpa alasan, itu hanya mengasah kewaspadaan diri. Dan ilmu yang sudah mereka dapatkan.

Semalaman itu, ayah dan om Gio bercerita tentang masa mudanya. Dari mereka yang berani membongkar kebusukan apa yang ada didesanya, dan mereka yang hampir saja terbunuh karena sudah mengikut campurkan urusan yang seharusnya mereka tidak ketahui.

Semalaman itu pun gua berkali-kali liat Rosse tersenyum, atau bahkan sampai tertawa. Ternyata.. dia gak seaneh itu.

Bunda sama tante Susi pun sama ramenya. Mereka itu bercerita tentang masa perkuliahan mereka yang membuat mereka berempat bertemu.

Ayah dengan sikap dinginnya, bunda dengan sikap keras kepalanya, om Gio dengan sikap buaya, dan tante Susi dengan sikap sabarnya.

Sesederhana itu gua menyimpulkan. Otak gua jadi gak terlalu pusing memikirkan siapa si Rosse sebenarnya, apakah kali ini gua bisa tidur dengan damai?

Gua rasa belum. Ada kejadian janggal saat gua dan keluarga mau pamit pulang. Mungkin, cuma gua yang menyadari hal itu.

Dilantai atas, dibalik jendela kaca besar. Seseorang mengintip, dengan wajah dingin dan tatapan menusuk. Gua jelas mengenali wajah itu!

Itu Rosse!

Tapi.. siapa gadis yang kini berdiri ditengah om Gio dan tante Susi? Gadis yang sedang menunjukan senyum manisnya?







⚘⚘⚘

Jadi bagaimana part selanjutnya? Ada yang bisa tebak alur cerita ini ga?

Rahasia Rosse (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang