Bab 7

517 35 2
                                        

"Gimana kalo Alpa marah sama kita"

"Gaakan. Kita kan emang udah berusaha semampu kita"

"Gue gak tega liat Alpa"

"Ini pasti kelakuan si Thor!"

"Sepertinya., soalnya gua liat tadi posisi dia diganti sama orang lain"

"Yang rambutnya panjang kek banci ya"

"Iyah. Si Mumi"

"Kalo gua jadi guru BK. Udah gua botakin sampe ke akar akarnya!"

"Sampe kek yang bawahnya juga?"

Gua denger semua omongan temen temen gua. Tapi gatau kenapa mata gua susah untuk terbuka dan badan gua pun ga bisa gerak.

Gua yakin saat ini gua lagi ada di ruang UKS. Gua masih ingat terakhir kali sebelum gua pingsan. Ada seseorang yang pukul bagian leher gua dengan kencang. Yang dengan seketika penglihatan gua jadi gelap. Gua juga masih merasa sakit dileher gua.

Gua baca bismilah berharap sama allah supaya mata gua bisa terbuka.

"Alpa. Sadar" seru Daffa.

Semua temen gua noleh kearah gua. Alhamdulilah gua bisa buka mata hanya saja badan gua masih lemas dan perasaan serta otak gua masih belum sadar sepenuhnya.

"Lo kenal kita kan?" tanya Ujang langsung.

Gua natap Ujang bingung. Ini dia nanya gitu seolah olah gua bukan temen mereka.

"Jangan bengong dong Al!" kata Jumat dan sontak pandangan gua beralih kearah Jumat. Gua masih bingung dengan keadaan ini.

"Wah.. Kek nya bener dia lupa ingatan." seru Daffa membuat teman yang lain tegang.

Gua juga kaget atas ucapan Daffa. Yang bener aja dengan gampangnya dia bilang gua lupa ingatan.

"Gua gapapa" ujar gua yang bikin semua teman gua menghela nafas lega.

Gua baru sadar ternyata gua ga lagi di ruang uks tapi di....

Aduh. Gua gatau tempat apa ini.

"Gua dimana ini?" tanya gua.

"Lo dirumah sakit Al," jawab Jumat.

"Yang lain mana?" Tanya gua karna disini cuma ada Taren, Daffa, Jumat, sama Ujang.

"Tadi mereka disini, cuma udah sore jadi pada pulang deh." Jawab Tarren dan gua cuma ber'oh'ria.

Gua mengedarkan pandangan gua. Gua cuma liat tembok berwarna hijau dan Tv yang menempel ditembok. Otak gua masih malas untuk memikirkan sesuatu tapi..

Seketika gua keinget sama pertandingan itu. Gua juga keinget sama ucapan temen-temen gua tadi yang ga sengaja gua denger saat gua setengah sadar.

Apa tim gua kalah?

Itu berarti gua jadi budak kakak kelas geblek itu?

Gua gelengin kepala gua berusaha menghilangkan pikiran menyebalkan itu.

"Lo kenapa Al?"

Gua noleh. Ada Daffa yang lagi natap gua aneh. Dan oh ternyata bukan cuma Daffa tapi semua temen gua juga.

"Pertandingan itu gimana?" tanya gue dan seketika wajah teman-teman gua yang tadinya natap gue aneh kini berganti dengan tatapan redup penuh rasa bersalah.

Apa ini? Tim gua ga kalah benerankan?

"Gue minta maaf Al" Jumat bersuara membuat gua natap dia.

Rahasia Rosse (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang