Autor pov.
"ALPAAAAAAA!!!!"
Jumat menganga tidak percaya, ia melihat Alpa yang sudah jatuh ketanah dengan darah yang terus keluar dari bokongnya.
lalu, ia menoleh pada sipelaku itu. Seseorang yang sangat ia kenali, tersenyum hangat kepadanya.
Pria itu hanya diam, ia berjalan pelan menghampiri mayat Alpa yang tidak bergerak sama sekali. Tapi.. tunggu! Mayat? Apakah benar Alpa sudah tiada?
Pria itu, mencabut satu anak panah yang tertancap ditubuh Alpa. Lalu.. diangkatnya tinggi dan hendak menusukannya lagi pada tubuh Alpa.
"Lo? Lo mau bunuh Alpa!" Herdik Jumat. ia berlutut, rasanya.. kakinya tidak mampu untuk menopang tubuhnya lagi.
Pria itu menoleh, lalu menyunggingkan senyumnya. "Mengapa tidak?" Katanya, entah sebuah pertanyaan atau pernyataan.
"Daffa! Jangan Gila lo! Kita ini temen! Lo gak harusnya kek gini!"
"Temen?" Pria yang tak lain adalah Daffa itu tertawa.
"Ke.. kenapa? Kenapa lo ketawa?!"
"Teman macam apa yang tidak ada disaat temannya dirundung masalah!"
Jumat melebarkan matanya. "Masalah? Apa maksud lo!"
"Lo tau Jum! Tapi lo gak perduli!"
"Gua gatau! Gua gatau masalah lo itu apa!"
"Halah bacod!" Herdik Daffa sambil melemparkan segumpal pasir kearah wajah Jumat.
Arrggg!!!
"Sialan! Lo penghiatan Daf! Lo penghianat!" Maki Jumat sambil merasakan perih pada matanya karena tertalu banyak pasir yang masuk.
"Berisik!" Herdik Daffa. Ia berdiri, menghampiri Jumat yang tak jauh darinya.
Tressssss...
Arggggggg..
Teriakan melengking itu membuat sebuah senyum dibibir Daffa melebar. Ia telah menusukan anak panah itu pada Jumat yang sedang sibuk dengan penglihatannya.
"Gua juga benci sama lo! Lo harus mati!"
Daffa mencabut anak panah itu lagi dan ia menancapkannya lagi. Begitu seterusnya, erangan-erangan kesakitan Jumat begitu terdengar indah ditelinganya.
"Saat awal masuk sekolah, lo yang bully gua! Lo inget!"
Treeesssss...
Arggggg.....
"Lo juga yang ambil Yuna dari gua!" Daffa mencabut anak panah itu lagi.
"Dan harusnya gua yang jadi kapten bukan lo!"
Tressss....
Argggghhh...
"Lo tau? Gua benci! Benci banget sama lo JUMAT!"
Setelah mengatakan itu Daffa terjatuh, ia sudah mengeluarkan seluruh tenaganya hanya untuk berteriak. Ia sudah lama memendam bencinya ini, dan ini adalah akhir sebuah balasan darinya untuk sahabat yang dia benci.
"Hei.. harum darah segar."
"Betul! Ini sangat segar."
"Sepertinya kita akan makan hari ini."
Mendengar itu Daffa tersenyum. "Makanlah wahai para ajudan. Bukankan kali sudah lama tidak makan? Sepertinya.. daging segar ini sangat cocok dilidah kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Rosse (END)
Детектив / ТриллерAwal publis 5 februari 2021 dan tamat pada 15 april 2021:) seorang anak baru yang sepertinya mempunyai kelainan dari teman temannya yang lain. banyak dari teman sekelasnya atau satu sekolah yang menganggap bahwa dirinya gila, Aneh, psychopath atau p...