Bab 18

416 33 0
                                        

"Jadi bukan Ezra?"

Gua ngangguk, gua baru aja cerita semua tentang kejadian semalam kepada Rosse dimana gua bertemu dengan Ezra.

"Gua pikir sih gitu, soalnya semalam gua ngerasain banget betapa hancurnya Ezra saat ini."

"Kalo bukan Ezra.. berarti Ratu..." Rosse menggantungkan ucapannya.

"Apa emang Ratu bunuh diri yah?" Gumam gua.

Rosse ngangkat bahu acuh. Dia lalu meminum minumannya, btw.. saat ini gua emang lagi di Caffe deket sekolah. Gua sama Rosse udah sepakat bakal diskusiin masalah ini di Caffe sepulang sekolah.

"Teruss... apa yang bakal kita lakuin selanjutnya?" Tanya gua.

Rosse diam, dia memutar-mutar sedotan itu sambil berfikir. Mungkin ahaha.

"Ratu Rettyran. Anak kelas 12 sosial 4, kakak kelas paling cantik dan bahkan jadi princesnya sekolah kita. Dia banyak disukai para murid laki-laki. Dia pintar dan sangat friendly. Dia sering kali bermasalah dengan kakak kelas karena banyak yang iri dengannya. Bahkan, setau aku.. dia juga dijauhi oleh teman seangkatan hanya karena sudah memikat hati seorang Ezra Ragfaran, pria yang banyak digemari oleh para siswi."

Gua tercengang takjub dengan penjelasan si Rosse, sejelas itu dia mengetahui banyak hal tentang seseorang? Padahal dia baru beberapa bulan sekolah disini.

"Lo tau sedetail itu?" Ucap gua tanpa berpikir lagi.

"Aku bahkan tau kapan dia lahir, dimana, dan bagaimana dengan keluarganya." Sombong si Rosse membuat gua berdecih kesal.

"Lo.. indigo?" Tebak gua.

Dia diam, lalu tersenyum miring. "Tidak."

"Tidak?" Ulang gua gak percaya.

Dia lalu tertawa. "Jika aku indigo, bukankah kita tidak perlu serepot ini? Kita datangi saja Rooftop tempat Ratu bunuh diri. Disana... disana pasti ada Ratu."

"Ada Ratu?" Ucap gua spontan dan si Rosse mengangguk.

"Dari buku yang aku baca, seseorang yang meninggal secara tidak wajar itu arwahnya akan tetap berada didunia. Biasanya mereka akan menetap ditempat terakhir mereka mengakhiri hidupnya, atau ditempat yang mereka suka." Jelas Rosse.

"Jadi.. kalo lo bukan indigo lalu lo itu apa?" Tanya lagi gua penarasan.

"Manusia." Jawab Rosse simple.

"Heleh.." gua berdecih sebal. "Maksud gua, kenapa lo bisa mengetahui banyak hal dan bahkan lo bisa baca pikiran orang!"

Rosse ketawa, ia menutup mulutnya. Ahhh.. dia bisa tertawa juga. Eh tapi apa ada yang lucu?

"Ko ketawa?" Ucap gua menatap Rosse aneh.

"Sudah-sudah." Lerainya dengan sisa tawanya. "Kita sedang menyelidiki kematian Ratu, bukan sedang menyelidiki siapa aku sebenarnya."

"Dih., sok misterius banget lo.!" Cibir gua dan lagi-lagi Rosse tertawa.

***


"Beberapa hari lagi adalah ulang tahun anak lo. Ken,"

"Yah.. gua tahu."

"Lo bahkan belum pernah memberi tahunya tentang keistimewaan itu."

"Heuu.. gua belom siap."

"Siap gak siap.. lo emang diharuskan!"

"Gua tau itu,"

"Apa perlu Alpa kita biarkan tinggal dipadepokan? Supaya dia.."

Rahasia Rosse (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang