"Sumpah Ngga, gue gak lagi ngarang cerita!" Riri mencoba menjelaskan pada seorang Pria yang berkedok sebagai sahabat-nya itu. Meskipun keduanya bersahabat, tapi dapat di ekspresikan bahwa Riri benar-benar menyayangi Anggara lebih dari seorang Sahabat.
Sudah biasa dalam kehidupan terjebak friendzone, tapi tidak biasa jika Riri yang merasakan-nya. Sebab Gadis itu tak dapat memendam apapun yang ia rasakan termasuk perasaan cinta. Ia berkali-kali mengatakan-nya pada Anggara, namun berkali-kali pula Anggara menolaknya.
Soal hantu yang Riri ceritakan, Anggara tidak sama sekali percaya. Padahal Pria itu tahu betul bahwa Riri adalah Gadis yang jujur.
"GUE PUNYA FOTONYA!"
Uhuk. Mendengar itu membuat Anggara tersedak minuman yang sedang ia leguk.
Riri menerogoh tas kecil-nya untuk mengambil gadget miliknya seraya membuktikan bahwa apa yang ia ceritakan benar adanya.
Saat ia membuka galeri pada ponselnya buru-buru ia perlihatkan pada Anggara. "Ini fotonya! Lo percaya kan sekarang?".
Anggara menatap dengan saksama, namun ia tak melihat foto penampakan apapun di dalamnya. "Apaan foto item gini lu bilang setan" Kesalnya.
"HAH ITEM? Anggara, buta ya mata lo? Ini jelas loh foto hantu yang semalem berhasil gue potret! Lo gak liat ni bentuk wajahnya mengerikan banget.." Ucap Riri ngotot.
Sepertinya Riri lupa siapa dirinya, dan siapa Anggara. Ya, wajar saja jika Anggara tidak dapat melihat dengan jelas karna Anggara tidak memiliki mata batin yang terbuka. Sementara Riri? Bahkan dari jarak jauh saja ia bisa tahu makhluk mana yang akan menghampirinya.
"Astaga gue lupa. Kan yang bisa liat foto setan cuman orang-orang beriman kek gue, lo gak mungkin"
Anggara menggelengkan kepalanya terkekeh dengan sikap Riri. Padahal dulu sewaktu masih SMP Riri itu cenderung pendiam, tapi semakin bertambah umur sepertinya urat syaraf Riri mulai putus.
"Ri mending sekarang lu balik ke toko. Nanti di marahin bos lu kalau terus-terusan ngobrol sama gua" Ucap Anggara mengingatkan.
Riri menepuk jidatknya panik. "ASTAGA KENAPA BISA GUE LUPA KALAU GUE MASIH KERJA? HADUH GASWAT BISA DI MARAHIN ABIS-ABISAN GUE SAMA NYONYA BECCA. DUH BENTAR-BENTAR GUE BEDAKAN DULU" Riri meraih bedak kecil bermerk war*ah miliknya lalu ia mulai menempelkan bedak itu pada wajahnya beberapa lapis. Anggara yang melihat itu nampak terkekeh geli melihat prilaku Riri.
"Ngga soal tadi, lo percaya kan?" Tanya Riri memastikan.
"Gambar item tadi? Percaya sih gak ada gambarnya"
"Ish bukan! Soal hantu tiren. Percaya kan lo?"
"Oh itu?" Riri mengangguk. Ia berharap Anggara mempercayai-nya. "ENGGAK SI".
Sialan!
Riri mendengus kesal. Ia segera pergi dari hadapan Anggara tanpa pamit!
"NANTI PULANGNYA GUA JEMPUT" Teriak Anggara yang masih bisa Riri dengar.
Riri tak menghiraukan-nya, ia segera memakai helm dan langsung naik di jok belakang motor kang ojol..
"Atas nama Maryati?" Tanya Abang grab.
"RIRI ANGNESIA. Maryati pala lo luas!"
"Maaf tapi disini yang mesen atas nama Maryati Mbak."
Astaga Riri lupa, ia belum memesan Grab. Akibat terlalu mencintai Anggara sedalam lautan, ia jadi lupa diri jadinya.
"Sorry gue lupa belom mesen ojol. Dahlah payah, harusnya kan gue yang disini dan bukan dia!" Kesal Riri yang mendapatkan gelengan kepala dari kang ojol.
"Neng mohon maaf..."
"Iya iya gue maafin. Kan gue yang salah, ngapa lo yang minta maaf?"
"Itu anu maksud saya..."
"Iya udah sih gak usah gak enakan gitu. Gue yang salah kok!"
"HELM-NYA NENG!"
Blush.
Sialan! Riri benar-benar malu setengah mampus. Bisa-bisanya ia lupa mengembalikan helm kang ojol. Dengan segera ia melepaskan helm tersebut dari atas kepalanya, dan memberikan kembali pada kang ojol tanpa sanggup menatap wajahnya. Sebab Riri merasa benar-benar malu!
💢💢
"Abang pilih yang mana? Perawan atau janda? Perawan memang menawan... Janda lebih menggoda... Toett...toett.." Seperti biasa, sambil membereskan meja makan sebelum pulang Riri slalu bernyanyi-nyanyi tak jelas terlebih dahulu.
Bukan soal lagu yang ia nyanyikan, tapi soal suara yang benar-benar mirip radio rusak itulah yang membuat sebagian orang merasa resah.
"Mending lo diem Ri. Suara lo udah kaya remot robot-robotan" pekik Liya.
"Asal lo tau ya Liya, penyanyi dangdut macam Rossa aja kalah suaranya sama suara gue!"
"Rossa mana ya?"
"Ituloh yang suka di sebut teteh ocha! Masa lo gak tau?"
"Itumah penyanyi sound indosiar bukan penyanyi dangdut Btw!"
"KU MENANGISSS.... MEMBAYANGKAN...BETAPA...." Liya menutup rapat-rapat telinga'nya. Sungguh suara Riri benar-benar menghancurkan mood siapapun yang mendengarkannya.
"STOP IT! Mending lo lanjutin beres-beres. Gue balik duluan"
"Okayy! Babay. Titi dije"
"Apatuh?"
"Hati-hati di jalan" Ucapnya tersenyum lebar. Sementara Liya hanya memutar bola matanya malas lalu berlalu pergi.
Kini di toko kue itu hanya tinggal Riri seorang. Ia sedang membereskan roti-roti dan kue yang tersisa ke dalam lemari khusus.
Saat semuanya sudah beres, Riri hendak bersiap-siap pulang. Tapi tiba-tiba saja Sosok Perempuan datang menghampirinya.
"Dari muka-nya kek gue kenal nih" Ucap Riri mengingat-ingat siapa yang berada di hadapan-nya. "AH IYA. TIREN KAN LO?" Arwah itu mengangguk.
"Mau apa? Mau roti? Kue? Udah tutup. Telat sih datangnya" Arwah itu menggelengkan kepalanya, "Terus lo mau apa?" Tanya Riri lagi.
"Tulung..."
"Apa tulung? Tulung agung? Itumah nama mesjid. Lo mau ke mesjid? Boleh aja. Dari sini lurus, belok kanan, nanti ada pertigaan, belok lagi ke kiri. Nah nanti dis----"
"Aku duwe nesu.."
Riri berfikir keras. Sepertinya Makhluk yang ada di hadapannya ini semasa hidupnya sering bolos pelajaran bahasa Indonesia, hingga ia tidak dapat berbahasa yang baik dan benar.
Drttt..
Ponsel Riri bergetar. Rupanya Anggara yang mengirim pesan chat bahwa dirinya sudah ada di pinggiran jalan dekat halte.
"Ganteng doang, jemput sahabat di halte" Gerutu Riri.
Saat Riri hendak bertanya lagi pada Arwah tersebut, Arwah itu menghilang entah kemana. Kemungkinan ia minder karna tidak ada yang jemput, atau justru ia sudah memesan taxi untuk segera mengantarnya menuju akhirat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATA BATIN 2 ✓
HorrorJudul : MATA BATIN 2 Genre : Horor Comedy _________________ "Kuntilanak ya?" Tebaknya. Namun rupanya Makhluk itu menggelengkan kepala seraya tidak membenarkan tebakan yang Riri ucap. "Hmmm..." Riri berfikir sejenak. Ia memainkan jari jemarinya di ba...