Di tengah perjalanan, Anggara menghalangi mobil Jul yang di dalamnya ada Riri. Sontak Jul marah dan keluar dari mobil, begitupun dengan Riri yang ikut keluar juga dari mobil.
"LU APA-APAAN BANGSAT? LU NGEHALANGIN JALAN GUA!" Kesal Jul.
"Lu yang apa-apaan bawa Riri pergi? Mau lu bawa kemana Riri hah?"
Riri menengahi keduanya. "Ngga, ini bukan saat-nya buat lo marah-marah gak jelas! Jul gak bawa gue kemana-mana. Kita ada urusan penting"
"Urusan? Sejak kapan lu berurusan sama dia? Ri lu gak tau aja, dia itu brengsek! Gua gak mau lu jadi korban pelampiasan dia juga!"
"Ngga ini bukan saatnya lo ngomongin hal gak penting!!!"
"GAK PENTING LU BILANG? HEI GUA KHA---"
"Sorry gue buru-buru. Jul ayo kita otw sekarang!" Finish Riri yang kemudian di angguki Jul. Keduanya segera masuk kembali ke dalam mobil Jul, sementara Anggara masih mematung di tempat. Ia tak percaya jika Riri akan lebih memilih pergi bersama Jul daripada dirinya.
Ada apa sebenarnya dengan perasaan Anggara? Mengapa ia begitu erosi melihat Riri bersama Pria lain? Terutama Pria itu adalah Jul. Orang yang suka sekali mempermainkan banyak Wanita termasuk Kakak Perempuan Anggara sendiri.
Apakah Anggara hanya sekedar takut Riri di permainkan Jul, atau justru tanpa di sadari Anggara sangat cemburu?
💢💢
Kini Riri dan juga Julfian sudah berada tepat di dalam kamar hotel tempat penginapan Maymunah. Namun semuanya terlambat, Andre telah di bunuh oleh Sania yang merasuki tubuh Alex.
Saat ini Riri dan Jul hanya bisa menghentikan target Sania selanjutnya.
Ketika pisau yang Sania pegang dengan menggunakan tubuh Alex hendak mau di tancapkan pada bagian kepala Maymunah, Jul langsung menahan tangan-nya.
"JANGAN YAH! JUL MOHON JANGAN LAKUIN LAGI. AYAH UDAH BUNUH ANDRE, DAN JUL BENER-BENER KECEWA SAMA AYAH YANG BISA-BISANYA LAKUIN TINDAKAN KRIMINAL ITU"
Alex membalikan posisi dan kini berhadapan dengan Jul. "Kak.. maaf.. Sania lakuin ini. Sania benar-benar gak bisa ngendaliin emosi"
Jul terkejut saat mengetahui pernyataan itu. Ia benar-benar tak menyangka jika kini yang berada di hadapannya adalah Sania----Adik Perempuannya yang sudah meninggal dunia dan kini merasuki tubuh sang Ayah.
"Sania.. kenapa kamu bunuh Andre? Kamu tau kan kamu pakai tubuh siapa? Ayah bakalan masuk penjaran San.."
"JANGAN BERGERAK!!" Polisi datang dan mengarahkan pistol pada orang-orang sekitaran. Kini Alex mulai sadarkan diri, dan Sania telah keluar dari tubuh Alex.
"RIRI, KATAKAN MAAFKU PADA KAK JUL. AKU TIDAK BERMAKSUD SENGAJA MEMBUAT AYAH MASUK PENJARA TAPI AKU LEGA SETELAH MEMBUNUH ANDRE. TERIMAKASIH TELAH MEMBANTUKU. AKU PERGI..." Sania meneteskan airmatanya, lalu setelah itu keberadaannya mulai tak terlihat.
Riri, Gadis itu mematung. Ia tak bisa mengatakan hal apapun lagi, yang ada hanya rasa bersalah karna gagal mencegah aksi pembunuhan yang Sania lakukan.
"A-ada apa ini Jul?" Tanya Alex tak mengerti.
Polisi mulai memborgol tangan Alex. Sementara Maymunah, Riri dan juga Julfian di mintai keterangan nanti di kantor polisi.
...
Alex benar-benar di jatuhi hukuman penjara 7 tahun lamanya. Tetapi ia sama sekali tidak marah dengan keadaan. Ia justru merasa senang karna dengan apa yang Sania lakukan, setidaknya membuat Sania tenang di alam sana.
"Yah, Jul janji bakalan sering kesini buat nengokin Ayah" Lirih Jul.
Alex tersenyum. "Jangan sedih Jul. Ayah gak marah dengan keadaan ini. Setidaknya Adik kamu udah tenang di alam sana. Maymunah juga sudah mempertanggung jawabkan kesalahannya di hadapan polisi. Dia hampir mau bunuh Ayah waktu itu pake obat lumpuh seumur hidup, dan dia akui itu di hadapan polisi. Semuanya udah berakhir. Tinggal tunggu Ayah bebas, dan kita bakalan kembali berkumpul sebagai keluarga"
Jul meneteskan airmatanya di hadapan Riri. Gadis itu kini mulai menyadari bahwa Jul tidak semenyebalkan yang ia kenal. Pria itu sangat mencintai keluarga-nya, ia merasa baik-baik saja padahal sebenarnya mentalnya hampir tak terkontrol menahan segala kehancuran yang terjadi dalam keluarganya.
Sania telah pergi ke akhirat untuk selama-lamanya. Sementara Alex mendekam di penjara selama 7 tahun lamanya.
"Teruskan perusahaan Ayah, karna Ayah tau kamu mampu Jul! Kamu yang saat ini bisa Papah andalkan. Karna jika perusahaan itu tidak di urus, kamu akan jatuh miskin Jul. Ayah tidak akan membiarkan kamu menderita. Kamu adalah Laki-laki hebat, kuat dan bertanggungjawab. Ayah percaya itu!" Jul mengangguk patuh. Alex tersenyum dan mengusap pucuk kepala Jul. Ia bangga memiliki seorang anak Laki-laki seperti Julfian. Karna selain tampan, Jul adalah sosok Pria bertanggungjawab dan cerdas.
Kisah ini menjadi pembelajaran untuk Riri. Bahwa, kasih sayang seorang Ayah terhadap anak-anaknya sangatlah besar. Bahkan Alex tidak menyalahkan Sania sama sekali atas perbuataan-nya, Pria tua itu justru mendoakan sang Anak agar tenang di alam sana dan seolah meminta Tuhan untuk tidak menghukum sang Anak atas apa yang telah terjadi di hari ini.
Julfian, Pria itu tidak bisa lagi mengatakan apapun selain airmata yang ia keluarkan. Baru kali ini Jul memperlihatkan rasa sedihnya di hadapan sang Ayah dan terutama di hadapan Riri.
Riri menepuk pundak Jul laun. "Today I know, you are so devastated. hey man annoying, let's smile and enjoy the process of this life. because, perjalanan hidup lo masih panjang"
Jul hanya membalasnya dengan senyuman. Dan menatap dalam Riri lalu berkata dalam hatinya. Dan gua tau hari ini, bahwa gua mulai jatuh cinta sama lu.
Mendengar perkataan itu dari dalam batin Jul, membuat pipi Riri bersemu merah. Bukan karna ia jatuh cinta juga pada Jul, tapi karna ketidak menyangka'an-nya.
"Gue mau sampein pesan dari Sania. Dia minta maaf dan gak maksud" Ucap Riri.
"Semuanya udah terjadi. Mau gimana lagi? Gua sekarang cuman butuh waktu ngerubah diri dan keluar dari kertergantungan narkoba" bisik Jul di kalimat akhirnya yang kemudian di angguki Riri.
______
KAMU SEDANG MEMBACA
MATA BATIN 2 ✓
HorrorJudul : MATA BATIN 2 Genre : Horor Comedy _________________ "Kuntilanak ya?" Tebaknya. Namun rupanya Makhluk itu menggelengkan kepala seraya tidak membenarkan tebakan yang Riri ucap. "Hmmm..." Riri berfikir sejenak. Ia memainkan jari jemarinya di ba...