Bagian 16

3.6K 537 48
                                    

"Sebenarnya apa yang terjadi sama aku ya? Kenapa badan aku kaya sakit-sakit gini" Prilly merenggangkan kedua tangan-nya seraya melepaskan segala rasa sakit pada tubuhnya.

"Prilly..."

Mendengar namanya di panggil, sontak Prilly turun dari tempat tidur dan segera keluar dari kamarnya seraya memastikan siapa yang memanggil-nya tengah malam seperti ini.

Tidak ada siapapun.

Tapi mendadak tubuhnya berat seolah ada yang naik ke atas punggungnya. Entah mengapa Prilly merasa kehamilan-nya kali ini malah menutup mata batin'nya.

Tiba-tiba terdengar suara bayi, karna Penasaran maka Prilly mencari arah suara itu.

Saat sampai dapur, ia melihat bayi yang berada di atas meja makan. Disana juga ada seorang Perempuan dengan rambut yang di sanggul, lalu yang paling mengejutkan Perempuan itu menusukan bayi tersebut dengan garpu, hingga berceceran darah yang aromanya membusuk disana.

Prilly bersembunyi di balik tembok. Ia masih penasaran dengan apa yang di lakukan oleh sosok itu.

Kini bayi itu di makan layaknya hidangan yang lezat. "Bayimu akan menjadi milikku HIHIHI"

Mendengar itu, Prilly mundur dan berlari menuju kamarnya. Tapi sial-nya Mahluk mengerikan itu sudah berada di atas tangga terlebih dahulu.

"KAMU SIAPA DAN MAU APA? JANGAN SAKITI CALON BAYIKU APALAGI SAMPAI MAU MENJADIKANNYA MILIKMU!!" Teriak Prilly histeris.

"Hei tenanglah. Aku tidak akan menyakiti bayimu. Aku hanya akan membawanya pergi bersamaku hihihi"

"BISMILLL---" Entah mengapa tangan dan mulut Prilly sulit untuk mencoba berdoa. Mulutnya seperti terkunci, begitupun dengan sekujur tubuhnya.













"JANGANNNNN SAKITI BAYIKU.." Teriaknya menggelegar hingga Riri khawatir dan langsung menghampiri sang Kakak ke kamarnya.

"Kak Prilly kenapa? Ada apa?" Tanya Riri cemas.

"Ri ada apa di rumah ini? Kakak mimpi buruk. Dia mau ambil bayi Kakak.. hiks.."

Riri memeluk sang Kakak seraya menenangkannya. Mungkin ini saatnya Riri menceritakan semuanya dan rencana yang akan ia buat bersama anak-anaknya.

Mendengar apa yang Riri ceritakan, membuat Prilly terkejut tak menyangka.

"Jadi selama ini dia sering masuk melalui pikiran Kakak? Dan dia nutup penglihatan Kakak? Ri, kenapa kamu gak bilang dari awal? Sebenernya Mahluk itu siapa?"

"Maaf Kak, setiap kali Riri mau ngomong sama Kakak, Mahluk itu datang dan masuk dalam tubuh Kakak. Sampai-sampai Kakak sering gak mau tau sama apa yang aku omongin. Ola sama Kevin sampe sekarang takut kalau liat Kakak, mereka jarang sekali mau bicara sama Kakak karna mungkin mereka merasakan adanya Mahluk lain dalam diri Kakak. Mahluk itu Iblis kak, Iblis yang mengerikan tapi kiriman dari seseorang"

"Ki-kiriman? Siapa? Kakak ngerasa gak punya musuh Ri"

"Riri gak tahu Kak. Udah berulang kali Riri nyoba nyari tahu lewat mata batin Riri tapi gagal! Kita akan tahu jawaban-nya di malam jum-at pertama besok. Karna aku, Akbar dan Nesya mau isi rumah ini dengan kajian"

"Kamu yakin Iblis itu bakalan ter-usir dari rumah ini?"

"Doa Anak-anak sholeh dan sholehah seperti anak-anak kakak'lah, yang akan mengusir sehebat apapun Iblis yang mencoba mencelakai Kakak."

Prilly memeluk Adik Perempuan kebangga-an'nya itu. Sungguh ia beruntung di takdirkan mendapatkan Adik, Suami dan Anak-anak yang benar-benar mencintainya.

"Ali udah tahu Ri?" Tanya Prilly.

"Belum Kak, besok Kak Ali pulang malem kayanya. Mungkin dia akan tahu besok. Semoga kita semua terlindungi oleh Allah. Riri yakin, Iblis itu akan terperangkap sendiri dalam doa"

...

Pagi harinya seperti biasa Riri harus kembali bekerja. Sebenarnya ia tak tega harus meninggalkan sang Kakak di rumah. Karna ia takut Iblis itu mulai menjadi-jadi dan satu persatu menghilangkan nyawa orang rumah.

Prihal kematian Bi Ati satu bulan lalu saja masih terngiang-ngiang dalam pikiran Riri. Ia tak membayangkan jika adanya korban kembali.

Tapi Riri harus bekerja. Meskipun bos-nya adalah kekasihnya, tetap saja ia harus profesional.

Tin..

Suara klakson mobil terdengar di depan gerbang rumah. Ia tahu pasti itu Jul----kekasihnya.

"Kak, Riri berangkat dulu ya.." Riri mencium punggung telapak tangan sang Kakak. "Assalamualaikum"

"Walaikumsalam. Hati-hati ya Ri" Ucap sang Kakak yang kemudian di angguki oleh Adiknya. Sementara anak-anak Prilly satu persatu mencium punggung telapak tangan Riri.

Anak-anak Prilly memang memiliki etitude yang baik, tidak nakal dan rajin menabung.

Saat sampai gerbang depan, rupanya yang datang bukan Jul melainkan...



"Anggara. Lo? Ngapain?"

Setelah satu bulan lamanya Anggara sengaja mengulur waktu untuk dekat kembali dengan Riri, kini ia kembali dengan perasaan yang sama. Perasaan rindu dan cinta yang menjadi satu hingga tercampurlah sebuah obsesi.

"Jemput. Ayo otw" Ajaknya penuh percayadiri.

"Anggara. Lo taukan kalau gue..."

"Udah jadian sama si brengsek? Dan perlu lu tau juga, kalau gua gak peduli. Sama seperti lu dulu yang gak peduli gua pacaran sama Lidya, yang penting perasaan lu tulus buat gua. Mungkin ini karma, sekarang semuanya berbalik. Kita sahabatan lagi ya Ri? Barangkali lu mau mempetimbangkan perasaan lu lagi buat gua."

"Gue bukan lo. Gue gak akan menjalin persahabatan dengan lawan jenis di saat gue udah punya pacar! Karna apa? Karna gue tau gak ada persahabatan yang bener-bener Real antara Pria dan Wanita. Gue gak mau nyimpen perasaan buat seorang sahabat, sementara gue punya pacar! Gue mau kita bener-bener selesai ANGGARA! Selesai yang artinya, lo jauhin gue, dan gue jauhin lo! Kita sama-sama menjauh"

"Gua gak bisa Ri. Gua bener-bener cinta sama lu"

Seseorang datang lalu merangkul pinggang Riri. "Gede juga nyali lu jemput cewek orang depan gerbang" Itu Jul, Pria yang menjabat sebagai kekasih Riri dan memiliki hak atas segala yang menyangkut Gadisnya.

"Gua gak akan nyerah! Lu inget itu" Anggara segera pergi dari hadapan keduanya. Ia tak ingin membuang waktu yang seharusnya ia pakai untuk bekerja. Lainkali mungkin ia akan membalas Jul jika sempat.

"Kamu telat sih jemputnya? Darimana dulu coba?" Rengek Riri.

"Macet sayang. Kamu udah sarapan? Kalau belum, kita sarapan dulu yuk? Aku buatin sandwich buat kamu. Nanti sarapan-nya di kantor. Gimana?"

"Loh kamu sengaja emang bikin sendwich?"

"Iya buat kamu sama aku" Jul mencubit gemash hidung Riri.

"Awshhh sakit Jul!"

"Hehe maap gemesh. Oiya soal si Anggara tadi, awas aja lu kepincut sama dia lagi"

"Kalau kepincut gimana?"

"Kamu nantangin aku Ri? Aku gak akan segan-segan habisin dia juga kamu"

"Kamu mau pukul aku?"

"Bukan. Mau hukum kamu dengan cara bawa ke KUA secara paksa!"

Blush.. Jul ini memang pandai membuat pipi Riri bersemu merah. Tidak hanya pandai merayu, Jul itu tipekal Pria yang menyenangkan, pengertian juga sangat mencintai Riri.

MATA BATIN 2 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang