Pagi ini Leon ada jadwal lain, sangat disayangkan dia tidak bisa hadir di metting team pengadaan merchandise hari ini untuk memberikan kejutan untuk Ana. Meskipun pada dasarnya sang artis tidak diwajibkan untuk menghadiri hal-hal seperti ini.
Hari ini jadwal Leon syuting iklan dan dilanjutkan metting dengan team penyelenggara fanmettingnya, untuk membicarakan susunan acara dan apa saja yang harus dia persiapkan.
Acara fanmetting kali ini tidak begitu besar, hanya dihadiri anggota fanclub resminya saja. Mengingat jadwal Leon akhir2 ini sangat padat, management hanya menyiapkan acara sederhana demi membalas cinta dari fans setianya.
Metting selesai setelah 2 jam berlalu, dilanjut latihan rutin. Meskipun Leon seorang aktor tapi dia juga harus menguasai segala hal, seperti bernyanyi dan dance. Demi mengembangkan kemampuannya itu setiap kali jadwal Leon tidak begitu padat, dia selalu menyempatkan untuk berlatih.
Setelah semua jadwalnya hari ini selesai Leon pergi ke ruangannya
"Oh...hyung loe sudah disini ternyata, bagaimana tadi mettingnya? Cewek loe jadi masuk team kita kan? Terus Ana gimana?"
"Berkat loe gue bisa sering2 ketemu cewek gue dalam beberapa bulan kedepan, thanks! Ana?"
"Anabelle Louise yang gue maksud waktu itu hyung, loe masa lupa sich!"
"Ahh.....Belle"
"Belle?"
"Ya cewek yang loe maksud itu, temen deket cewek gue dan dia manggilnya Belle bukan Ana" jelas manajer Leon
"Aaahh....." Leon mengangguk paham, tapi kenapa Ana mengganti nama panggilannya? Leon bergumam sendiri lalu dengan cepat dia baru sadar apa yang tadi sempat manajernya bilang
"Apa hyung, loe tadi bilang dia temen deket cewek loe?"
"Yaahh...yamg gue tau cewek gue kalo makan siang dan hang out pas pulang kerja selalu sama si Belle itu bilangnya, ah...sama satu lagi si Daniel. Satu2nya cowok yang deket dengan mereka"
"Apa Daniel itu, eemm....suka dengan si Anabelle?"
"Mana gue tau, yang gue tau cuma Saski itu cewek gue, dah itu doank"
"Sialan loe" Leon mendengus kesal, percuma punya manajer yang tidak bisa diminta info.
"Gue punya ide" celetuk Leon
"Ide apaan?" Sahut manajernya
"Loe punya berkas hasil metting tadi?"
"Ada masih gue pelajari ini ada beberapa masukan ide dari team buat merchandise loe, kenapa emang?"
"Itu loe simpen buat loe aja, gue mau minta ke Pak Jhoni suruh Ana buat anterin berkasnya ke rumah gue. Tapi sebelumnya gue butuh bantuan loe hyung"
"Apaan?"
"Loe ada janji gak sama cewek loe sore ini?"
"Kebetulan sekali sepulang kerja gue mau ajak dia ke apartemen gue, dah lama puasa nich gue"
"Sialan! Okeh nice kalo gitu, gue ga perlu pusing2 bikin skenario. Kalo gitu gue pulang dulu, gue harus nyiapin sambutan buat Ana"
Lalu Leon pamitan pulang duluan tapi sebelumnya dia menghubungi Pak Jhony dulu untuk melancarkan aksinya, karena alasan pekerjaan jadi tak butuh banyak pertanyaan Pak Jhony meng-iya-kan permintaannya.
-------------------------
Setibanya di rumah Leon merasa tidak tenang dan gelisah, dia terus berpikir bagaimana jika ternyata bukan orang yang diharapkannya, bagaimana nanti harusnya dia harus bersikap kalau itu memang dia, apa Leon harus membahas tentang kejadian waktu itu, apa yang harus dilakukannya
"Aaarrgghhh.....kenapa gue jadi salting plus deg deg an gini sich? Kalo emg benar dia Ana ku, gue harus gimana, gue harus ngapain? Jam berapa sich ini kok dia belum dateng juga" Sambil ngoceh sendiri Leon mondar mandir di depan pintu masuk dan terus mengawasi layar CCTV nya yang melihatkan kondisi luar rumahnya. Selang beberapa saat akhirnya dia melihat wajah yang dikenalnya, wajah cantiknya dipadukan pakaian formal sederhana yang feminim, make up yang natural dan masih terlihat segar walau sudah seharian beraktifitas. Kenapa Leon bisa begitu bucin sekali dengan wanita ini, bahkan sampai saat ini rasa itu tidak pernah berkurang sedikitpun, bahkan terus bertambah semenjak pertemuannya kembali waktu itu.Ting Tong
Dengan cekatan Leon langsung membukakan pintu pagar dari dalam dan sedikit berlari menuju pintu masuk bersiap untuk menyambutnya, atau memberi kejutan lebih tepatnya.
Dan tidak salah ekspresi yang di dapat Leon sungguh bisa tertebak, Ana sangat terkejut melihat sosoknya yang sudah berdiri di ambang pintu untuk menyambutnya.
"Ma ma maaf...sa sa saya kkeekesini mengantarkan berkas i i ini" dengan terbata dia bicara sambil memunguti berkas yang dijatuhkanya
Leon menyunggingkan senyum sumringahnya sambil bicara
"Akhirnya gue nemuin loe Ana atau gue harus panggil Belle?"
"Hahahahaha......i i itu terserah Anda, hahahaha....." Jawab Ana dengan tawa awkward nya
Dalam hati Leon terus menerus bersorak karena dia telah menemukan cintanya, senyum lebar juga tidak pernah lepas dari wajah tampannya, bisa jadi wajahnya tidak akan pernah bisa kembali normal saking lebarnya dia tersenyum.
"Masuklah, jangan lama2 diluar, udara mulai dingin nanti kamu bisa sakit. Atau kalau kamu mau foto kamu besok tampil di tabloid gossip karena ulah paparazi dengan headline pacar baru Leon, dengan senang hati aku mau mengikuti permainanmu" goda Leon dan refleks Ana langsung tolah toleh ke segala arah untuk memastikan tidak ada lensa kamera yang sedang membidiknya
"Hahahaha.....kamu lucu ya, ga mungkin juga paparazi bisa menembus dalem pager rumah aku. Buruan masuk"
"Tapi tapi...tujuan saya kesini cuma untuk mengantarkan ini" sambil menunjukkan berkas yang Leon gunakan sebagai alasan
"Tapi aku ga mungkin dunk biarin kamu pergi gitu aja setelah jauh2 nganter itu aja" gemas Leon menghampiri Ana dan menariknya masuk ke rumah, dengan canggung Ana masih berdiri di pintu masuk dan terlihat sedikit tidak nyaman. Melihat itu Leon sedikit tidak tega tapi dia harus sedikit memaksanya agar dia tidak kehilangan kesempatannya lagi
"Masuk lah dan anggap saja rumah sendiri" ucap Leon mencairkan suasana, tapi Ana masih tidak bergeming dan tetap mematung ditempatnya berdiri tadi
"Masuklah atau kamu ingin kumasuki lagi" Leon sedikit memberi tekanan pada kata "lagi" yang diucapkannya barusan, dia berusaha memberi signal kalau mereka bisa dikatakan bukan orang asing. Dan saat Leon mengatakan hal itu wajah Ana tampak kaget dan memerah, lalu dia segera melepaskan sepatunya dan mengikuti kearah Leon berlalu tadi.
Leon duduk di sofa ruang tengah rumahnya dan Ana masih berdiri sejauh mungkin dari jangkauan Leon sambil menunduk dan berkata
"Eemm...saya hanya akan mengantarkan ini dan segera pamit, rumah saya jauh dan saya harus menyetir sendiri. Sebaiknya anda segera menerima ini, dan anda bisa menanyakan melalui email kalau anda ada pertanyaan" sambil mengulurkan berkas yang dibawanya, dengan masih menunduk tidak berani menatap Leon. Dengan gemas dan tidak sabar Leon mengambil berkas itu sekaligus menarik tangan Ana dan mendudukkan Ana dipangkuannya. Ana yang sempat terkejut, akhirnya memberontak dengan tangan mungilnya yang terus mendorong dada Leon untuk melepaskan mengambil jarak dan berusaha melepaskan diri. Namun usahanya sia2 karena energinya tidak cukup besar dibandingkan tubuh kekar Leon yang sudah mendekapnya
"Oh...Ana...emm...atau aku harus manggil kamu Belle sekarang?" Leon melepaskan pelukannya namun tetap menggenggam erat tubuh Ana agar dia tetap diposisinya
"Ana please liat aku, aku kangen banget sama kamu. Kamu kemana aja selama ini, selepas lulus SMA aku cari2 kamu gak pernah ketemu. Tapi kenapa kita dipertemukan seperti itu?" Leon berusaha untuk tidak terang2an membahas kejadian waktu itu, karena Leon takut Ana akan menjauhinya
"Emm...Kejadian yang mana maksud anda?" Masih menundukkan wajahnya Ana menjawab sedikit terbata
"Yah...lebih baik kamu ga mengingatnya, tapi kalaupun nantinya terjadi sesuatu aku mau bertanggung jawab akan hal itu" Leon ingat saat itu dia tidak memakai pengaman dan dia kelepasan mengeluarkkannya di dalam, lalu Leon merasa tubuh Ana bergetar dan ada yang menetes di bajunya. Ana menangis dan seketika Leon melepaskan genggamannya dan meraih wajah Ana untuk menghadapnya
"Ma maaf....aku yang salah waktu i itu, tapi please jangan nangis, kamu boleh marah, kamu boleh pukul, kamu boleh ngelakuin apa aja ke aku tapi please jangan benci aku Ana" Leon merasa bersalah dengan tindakannya saat ini dan terlebih waktu itu. Ana masih terus menangis tersedu dan memukuli dada bidang Leon
"Anda jahat, kenapa anda lakuin itu ke saya, kenapa anda tidak tinggalkan saja saya waktu itu, kenapa anda malah melakukan itu ke saya, hiikss..." Leon menggenggam tangan Ana dan memeluknya, pelukan hangat dan menenangkan yang diberikan Leon tidak cukup untuk menenangkan hati Ana dengan cepat. Butuh waktu satu jam agar Ana kembali tenang dan Leon mencoba untuk memulai pembicaraan lagi
"Maaf Ana, cuma itu yang bisa aku ucapkan. Tapi aku serius dengan ucapanku kalau aku akan tanggung jawab apapun yang akan terjadi sama kamu nantinya"
Ana yang sudah mulai tenang namun masih sedikit tersedu, mulai bisa diajak bicara dan memilih untuk turun dari pangkuan Leon lalu duduk di samping Leon
"Memangnya apa yang bisa terjadi, kita hanya one night stand saat itu. Tidak akan terjadi apa2 kan, hhikkss"
"Eemmm.....mungkin eemm...mungkin saja nanti kamu hamil, atau eem...ga ada cowok yang mau sama kamu. Aku mau bertanggung jawab akan itu"
Refleks Ana menatap Leon lekat2 dan kembali menundukkan wajahnya lagi dan berkata
"Ta ta tapi kan kita hanya sekali melakukannya, jadi gak mungkin kan saya langsung hamil" jawab Ana sambil meremas2 tangannya untuk meyakinkan dirinya sendiri
"Nyatanya teman2 saya yang sudah sering melakukan itu juga tidak hamil" lanjutnya
"Entahlah...yang jelas aku mau kamu jangan benci aku, aku mau lebih dekat dan mengenal kamu"
"Ke ke kenapa saya?"
"Please Ana jangan terlalu formal ngomong sama aku, aku pengen mulai saat ini kamu jadi pacar aku"
Lagi2 Ana menatap Leon dengan membelalakkan matanya terkejut
"Ke ke kenapa?"
"Karena aku cinta sama kamu dari dulu, dari pertama aku ketemu kamu, aku terus mikirin kamu, tiap hari cuma bisa liatin kamu dari jauh, dan nolongin kamu secara ga langsung. Aku tau sapa aja yang udah jahat sama kamu, aku mau jadi pelindungmu Ana" Leon menyampaikan isi hatinya yang selama ini disimpan rapi untuk wanitanya, akhirnya hari ini bisa dia sampaikan langsung dihadapannya. Dengan terus menatapnya lembut, dan tangannya mengelus pipi halus dan kenyal milik Ana. Leon merasa hidupnya kini telah sempurnya, dia telah menemukan dan menyampaikan perasaan cinta yang sudah lama disimpannya. Ana yang masih sedikit syok, berusaha mencari jawaban di mata Leon. Akhirnya mereka saling menatap namun tatapan Leon lebih ke tatapan tulus penuh cinta, dan tatapan yang diberikan Ana masih penuh dengan pertanyaan.
Akhirnya Leon mencium lembut bibir Ana yang sempat dirindukannya, ciuman singkat itu lagi2 mengejutkan Ana, karena tidak ada penolakan dan perlawanan yang diberikannya, Leon kembali mencium bibir Ana.
Leon mencium lembut bibir Ana, akhirnya Leon merasa Ana mulai membalas ciumannya. Ciumannya masih kaku seperti waktu itu, tapi tak masalah untuk Leon.
"Hheemm......" Sepertinya Ana mulai kehabisan oksigen, lalu Leon melepaskan ciumannya dan menempelkan dahi mereka berdua, sambil memandangi wajah Ana yang bersemu merah karena malu tapi membuatnya semakin menggemaskan
"Percayalah sama aku Ana, perasaanku sama kamu ini tulus"
Ana yang masih malu2 sedikit menganggukkan kepalanya samar namun Leon busa merasakannya, lalu Leon kembali mencium bibirnya dan menekan tengkuk Ana agar ciuman mereka semakin dalam. Leon menuntun tangan Ana agar merangkul lehernya.
Ciuman lembut itu lama kelamaan berubah menjadi lumatan2 panas dan Leon mulai menuntun Ana untuk membuka mulutnya dan mengabsen setiap giginya.
Ana yang sudah mulai terbiasa dan terbawa suasana, oleh Leon dibaringkan di sofa tempat mereka duduk tadi.
"Eeuhhmmm....."
"Hheehhmmm...aahhh...."
Leon memberi kesempatan Ana untuk mengambil nafas mengisi pasokan oksigen di paru2nya dan melanjutkan ciuman serta lumatan panas mereka
"Aaahhh......" Ana mendesah dan melepaskan ciumannya saat tangan Leon mulai meremas payudara Ana dan melepas kancing bajunya
"Saya belum siap untuk ini lagi"
"Maaf....aku kelepasan, baiklah aku akan melakukannya kalau kamu ijinkan" kali ini Ana yang menciumnya lagi, dan mengarahkan tangan Leon ke payudaranya untuk diremas
"Dari luar saja tidak apa2" bilangnya dengan mata yang mulai sayu penuh gairah akibat perbuatan Leon, padahal ini masih tahap awal belum ke tahap sebelumnya.
"Aahh....sungguh menggemaskan" batin Leon
"Baiklah, sesuai ijin kamu aja" dan mereka melanjutkan ciuman mereka, kali ini dengan tangan Leon yang meremas payudara Ana dari luar bajunya.
Sepertinya payudara Ana menjadi lebih besar dari sebelumnya, mungkin karena bra dan pakaiannya.
Begini saja Leon sudah sangat senang, karena dia melakukannya dengan wanita yang dicintainya, Leon tidak akan terburu2.
Dan juga yang paling membuatnya bahagia tepat hari ini juga dia resmi menjalin hubungan dengan Ana.
"Kamu beneran ga nginep aja dirumahku, katanya rumahmu jauh, ini udah malem juga" seperti anak kecil yang tidak mau ditinggal sendirian dirumah, Leon meminta Ana untuk menginap di rumahnya.
"Tidak bisa, saya harus menyiapkan bahan untuk besok. Dan bahan2 itu ada di rumah saya" Jawab Ana masih kikuk
"Ssstt....udah dibilang jangan terlalu formal kalau cuma kita berdua"
"Ma maaf..."
"Ga perlu minta maaf sayang, ya udah aku anterin aja ya pulangnya"
"Gak gak usah, aku pulang sendiri aja. Lagian belum malem2 banget, masih jam 8. Satu jam juga da sampe rumah" Tolak Ana
"Heemmm...ya udah kamu hati2 ya dijalannya, hubungi aku kalo dah nyampe rumah, hemm?" Sambil memeluk Ana tidak rela melepaskannya pulang
"Aku ga mau pergi jauh, aku cuma mau pulang. Kalau gini terus kapan aku pulangnya" sambil Ana melepaskan pelukan Leon dan segera pulangCup
Leon memberi kecupan singkat dan segera mengantarkan Ana keluar menuju mobilnya, Leon tidak mau berlama2 menahan Ana kalau tidak Ana benar2 akan menginap dirumahnya malam ini
------------
Sepulangnya Ana, Leon terus menerus senyum2 sendiri dan memandangi ponselnya menunggu kabar dari pacarnya. Ya akhirnya dia bisa menyebut wanita pujaannya sebagai pacar, official girlfriend nya
"Aaarrgghhh........" Leon tidak bisa menyembunyikan perasaanya
Lalu ada pesan masuk di ponselnya
My Ana💜
"Aku sudah sampai rumah, aku mau makan dulu. Tadi dirumah orang ga dikasih makan, padahal rumah orang kaya tapi pelit"Lalu Leon tersadar kalau tadi dia gak sempat kasih Ana apa2, mereka sibuk dengan pembicaraan dan kegiatan mereka tadi. Leon hanya sempat memberi Ana air putih saja untuk menenangkannya tadi
Merasa bersalah Leon langsung menelepon Ana
"God! Ana sayang maaf, bukannya gitu. Aku ga maksud bikin kamu kelaparan, aku pesenin makan ya? Kamu maunya makan apa? Kamu bilang aja biar aku pesenin"
"Becanda kali, aku jarang makan malam juga. Mungkin tadi habis nangis lama jadinya sekarang laper"
"Beneran sayang kamu mau apa, bair aku belikan"
"Keburu mati kelaparan nanti, ini aku udah bikin telur ceplok sama goreng sosis, sama bikin susu hangat. Dah kamu istirahat gih, habis ini aku mau lanjut siapin kerjaan buat besok"
"Okey dech kalo gitu, sekali lagi maaf ya. See you tomorrow sayang, muach"
"Heemmm...."Tanpa aba2 telepon Leon ditutup, padahal dia menunggu balasan kecupan dari Ana. Mungkin Ana masih canggung dan malu2, tapi dari pesan yang dikirimnya tadi Ana sudah bisa bercanda. Ternyata lucu juga dia, Leon yang belum begitu mengenal Ana memberanikan diri untuk meminta menjadikannya pacar. Tapi kali ini Leon tidak akan menyesal karena kali ini berbeda dengan pacar2 sebelumnya. Kali ini Leon yang memang benar2 mencintainya.
----------
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My 1st And Ever
FantasyCerita fiktif karangan saya saja, apabila ada kesamaan tokoh karakter atau jalan cerita itu pure ketidak sengajaan. Mungkin saya ada terinspirasi dari cerita yang pernah saya baca atau memang khayalannya sama 😅 Slow update Tidak ada hari tertentu...