--- track 12
---
---
Waktu terasa cepat sekali berlalu.
Seraya mematut penampilannya di depan cermin Minho tak henti menatap layar ponselnya yang menampilkan ruang chat-nya dengan Chan. Pesan terakhir ia kirim jam 6 sore tadi dan belum mendapat balasan dari pria 33 tahun itu. Atau mungkin Chan tak akan membalasnya?
Jum'at besok om bakal dateng kan ke nikahan ayah?
Walau begitu, tak peduli jika pesannya sebelumnya bahkan belum mendapat balasan, jarinya kembali dengan lihai mengetik satu pesan dan mengirimnya tanpa ragu.
Om.. Perasaanku kok gak enak ya? Om baik-baik aja kan?
Tepat setelahnya sebuah ketukan di pintu kamarnya terdengar dan memunculkan sosok sang kakak yang menatap bertanya padanya dari balik pintu.
"Masih lama? Calon lo udah nunggu tuh."
Sial. Jika saja Minho tak ingat kalau orang yang kini tersenyum miring padanya itu adalah kakaknya, mungkin benda pipih persegi panjang dalam genggamannya kini sudah melayang di udara.
"Lo ga ikut makan malam?" tanya Minho seraya menyimpan ponselnya di atas nakas.
"Gak lah, kan yang mau dijodohin elo. Lagian ada Rachel, males gue."
Minho meringis. Kakanya benar-benar tidak membantu sama sekali.
"Udah ayo cepet! Keburu ayah yang nyamperin nanti repot urusannya."
Juyeon menarik lengan adiknya keluar kamar, menuntunnya lalu mendorong pelan pundak sang adik untuk menuruni tangga.
"Kak, lo gak masalah emangnya gue langkahin? Kata orang pamali loh.." Minho menyempatkan diri untuk berhenti tepat di ujung tangga hanya untuk memelas kembali pada sang kakak yang nampak tak acuh dan melenggang santai menuju kamarnya.
"Terus maksud lo gue harus gantiin lo buat nikah gitu? Hadeh.. hari gini masih percaya tahayul."
Dan Minho hanya bisa menekuk wajahnya kesal begitu Juyeon menghilang di balik pintu kamarnya.
"Bajingan..."
---
---
---
Masih beberapa meter sebelum ia sampai di meja makan, namun semua tatapan sudah terlanjur terpusat padanya. Membuat tungkainya terasa lemas karena gugup. Tapi Minho berusaha menampilkan senyum terbaiknya begitu sampai di sana, walau ia yakin itu akan tetap terlihat kaku.
"Selamat malam. Maaf sudah menunggu." tuturnya seraya sedikit membungkuk sebagai bentuk salam dan hormat.
"Jadi ini yang namanya Minho? Tampannya~"
Si pemilik nama sesaat hanya membalas dengan senyum kikuk, ia yakin itu adalah calon ibu mertuanya. Setelah dipersilahkan duduk, ia pun mengambil posisi duduk di sebelah ayahnya, berseberangan tepat dengan seorang gadis yang sedari tadi tersenyum ramah padanya.
Ya karena memang hanya itu kursi kosong yang tersisa.
"Minho mirip sekali dengan mendiang ibunya, sedangkan Juyeon lebih mirip dengan ayahnya, mendiang ibunya Minho kan cantik sekali, makanya Minho bisa setampan itu." jelas Rachel menanggapi, mengundang lirikan tak nyaman dari Jongsuk.
"Ah begitu rupanya. Kata orang-orang zaman dulu, jika anak laki-laki mirip dengan ibunya maka anak itu akan jadi anak emas di antara saudara-saudaranya."
KAMU SEDANG MEMBACA
P.O.U (playlist of us) | Banginho✔
General FictionChan dengan karakternya yang dingin dan tegas harus menerima kenyataan jika Minho dengan segala masalah yang dibawanya perlahan-lahan masuk dan menjadi bagian dari kehidupannya. Namun, perlahan ia menyadari, semua tentang Minho tak selamanya buruk...