track 5 | how'd we ever get this...

985 229 5
                                    

--- track 5

---

---

Tidak seperti biasanya, saat hari sabtu, Chan selalu lebih memilih berdiam di rumah saja. Tapi sepertinya agak berbeda dengan hari sabtu kali ini. Selepas membereskan rumahnya yang sedikit berantakan, ia memutuskan menelepon Jillian untuk mengantarnya berkunjung ke toko bunga adik sepupunya, Felix.

"Lix, menurut kamu.. Bagaimana kalau seandainya kakak menikah lagi?" Chan menyesap tehnya sesaat, melirik Felix yang duduk di seberangnya dan nampak terkejut.

"Ya... Bagus si, kak. Emang udah ada calon?"

"Belum."

"Loh? Gimana si,"

Sekilas yang lebih tua nampak terkekeh, entah karena apa.

"Sebenarnya kakak tidak butuh istri lagi, apalagi tujuannya untuk menggantikan Sana, tidak. Hanya saja... rasanya sepi jika harus selalu sendirian, apalagi akhir-akhir ini sudah mulai terbiasa dengan keberadaan orang lain."

"Kak Minho kan bakal balik lagi buat kerja,"

"Kita— kita sekarang sedang membicarakan dia?!"

Felix tertawa, pertama karena tingkah bodoh kakak sepupunya dan kedua karena muka panik konyol itu yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

"'Mulai terbiasa dengan keberadaan orang lain', siapa lagi kalau bukan kak Minho?"

Benar.

Gawat.

Chan tak pernah sadar jika ia selalu membicarakan Minho akhir-akhir ini, pada orang-orang disekitarnya.

Jillian.

Seo Changbin.

Dan sekarang Felix.

Jadi, sebenarnya sudah sedalam apa pemuda itu masuk dalam kehidupannya?

---

---

---

Minho mendengus kesal seraya melangkahkan kakinya menuruni satu persatu anak tangga dari lantai dua. Bukannya apa, hanya saja loafers yang ia kenakan saat ini benar-benar kekecilan di kakinya. Ia tak akan mau mengenakannya jika saja sepatu ini bukan hadiah dari sang ayah sebagai tanda penyambutan kepulangannya.

Cih, untuk apa sok memberikan hadiah? Ukuran sepatunya saja tidak tahu.

Saat sampai di dapur, ia mendapati ayahnya yang sedang duduk di meja makan seraya memperhatikan sesuatu di layar tabletnya, pun nampak sudah rapi dengan setelan khasnya.

Minho berjalan mendekat setelah mengecek sesaat layar ponselnya dan mendapati waktu yang sudah menunjukkan pukul 7.41 malam. Artinya, kurang lebih 20 menit lagi acara makan malam bersama akan dimulai.

"Kapan kak Juyeon pulang?"

Sebenarnya Minho hanya berbasa-basi, sekalian ingin menyadarkan ayahnya yang nampak begitu fokus, bahwa ia ada di sini. Ia sudah tahu, kakak sulungnya itu sedang di perjalan pulang sekarang.

Sedangkan sang ayah, Jongsuk, tersenyum hangat ketika menyadari ada putera bungsunya di sini.

"Dia sedang di perjalanan." jawab Jongsuk dengan netranya yang sibuk menatap Minho yang sedang menuangkan segelas jus jeruk yang ia ambil dari dalam kulkas.

"Kamu tampan." puji sang ayah seraya tersenyum hangat pada pemuda 23 tahun yang kini mendudukkan diri di kursi yang berseberangan dengannya.

Minho hanya tersenyum kecil menanggapi, lalu bergerak meneguk jus jeruknya santai, sebelum ayahnya kembali buka suara.

P.O.U (playlist of us) | Banginho✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang