track-0.5

1.2K 286 66
                                    

--- track 0.5

---

---

Felix, pemilik dari toko bunga ini tak hentinya mencuri pandang pada pemuda yang ia ketahui 2 tahun lebih tua darinya itu. Nampak pemuda itu dengan hati-hati menyirami barisan bunga dalam polibag yang tersusun di rak. Sedangkan Felix, tangannya dengan lihai merangkai tangkai demi tangkai bunga hingga menjadi sebuah buket yang indah.

"Kak Minho, lo ini... model?"

"Hah?"

"Kakak cocok jadi model."

Pemuda itu yang ternyata adalah Minho meletakkan gembor kecil di tangannya ke atas meja. "Bukan. Kan gue bilang gue itu pengangguran."

Agak kurang enak didengar memang, tapi begitulah adanya.

"Kenapa ga coba jadi model aja?" kukuh Felix gemas. Sungguh, saat pertama mendapati Minho tertidur di emperan toko bunganya tadi pagi, pemuda berdarah campuran itu berfikir Minho itu seorang model. Dia tampan sekali.

Yang ditanya sekilas terkekeh, "Ga bakat, ga minat juga, lagian model itu kan diatur begini begitu, gue ga terlalu suka diatur-atur."

Felix hanya mengangguk-angguk dan menghembus kecewa. Sayang sekali wajah tampan itu. Jikalau bisa, Felix akan dengan senang hati bertukar wajah dengan Minho dan memanfaatkan ketampanan yang dimilikinya sebaik mungkin. Andai saja.

"Ee.. Kak, maaf sebelumnya kalau gue banyak tanya. Kenapa lo bisa kabur dari rumah?"

Minho sama sekali tak masalah, ia hanya tersenyum sekilas sebelum menjawab, "Gue dipaksa nikah muda, tapi gue ga mau, bokap gue juga maksa buat megang perusahaan bareng kakak gue, dan yah... gue ga minat kerja kantoran gitu, walau gue lulusan bisnis dari jepang, tapi gue sama sekali ga dapet ilmu apa-apa."

Felix menggigit bibir bawahnya pelan. Ia tiba-tiba merasa iba. Kasihan Minho. Tak bisa membayangkan bagaimana beratnya jika ia harus merelakan mimpinya sendiri untuk bisa berkuliah di jurusan yang ia inginkan hanya karena paksaan dari orang tua. Pasti tahun-tahun ia menuntut ilmu menjadi waktu yang berat baginya.

"Terus itu.. jidat kakak kenapa?" Felix tak kunjung puas bertanya, ia kini menunjuk sebuah perban yang menempel di jidat Minho. Pun tadi ia juga sempat melihat sebuah bekas luka di siku kiri pemuda itu.

"Ah, Ini.. Aish! Gue jadi keinget sama om-om sialan itu."

"Hah siapa?"

"Ya ini gara-gara om-om sialan itu. Waktu gue kabur dari acara pernikahan, gue minta tolong sama om-om yang sengaja gue stop di tengah jalan, gue minta tolong dia buat bantuin gue kabur tapi dia malah mau nganter gue balik ke gereja. Yaudah, karena gue orangnya nekat gue loncat dari mobil dia di tengah jalan. Hhh.. gue sempet pingsan, dan gatau yang terjadi selanjutnya apa. Tapi bersyukur pernikahannya dibatalin." jeda, Minho menghembus lelah sebelum kembali melanjutkan, "Walau bokap gue jadi marah besar sama gue, makanya gue mutusin buat pergi dan ga bawa apa-apa."

"Astaga..." Felix dengan hatinya yang lembut tentu terkejut mendengar kisah itu.

Rupanya di balik paras tampannya, Minho punya kehidupan yang demikian sulit. Pikir yang lebih muda. Pun sama sekali tak curiga kalau-kalau cerita itu mungkin hanya sebuah rekaan.

P.O.U (playlist of us) | Banginho✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang