--- hidden track
---
---
Di tengah kegiatannya yang sedang mengemudi, Jillian sesekali mencuri pandang pada kaca spion tengah hanya untuk mendapati suasana mencekam di jok belakang. Bahkan hingga mobil itu sudah memasuki kawasan perumahan elit tempat tinggal tuannya, 2 orang itu sama sekali tak ada yang membuka suara, pun masing-masing dari mereka nampak menatap keluar jendela mobil.
Yang lebih muda nampak cemberut.
Dan yang lebih dewasa nampak kusut dan lelah.
Ya. Sungguh.
Chan tak pernah selelah ini sebelumnya. Sekalipun ia menghabiskan harinya dengan jadwal rapat yang tak ada habisnya seperti hari biasanya, rasa lelahnya tetap tak sebanding dengan hari ini.
Sesampainya di rumah tepat saat arlojinya menunjukkan pukul 9.15 malam, Chan dan Minho pun melangkah memasuki kediaman itu, setelah sebelumnya Chan mempersilahkan Jillian untuk pulang.
"Sempit banget emang ini dunia, kaya liang kubur." celetuk Minho setelah sekian lama menahan suara.
Chan sesaat tak menanggapi apa-apa, tak bermaksud juga untuk mempertanyakan maksud dari ucapan pemuda itu. Tangannya sibuk melepas sepatu dan kaos kakinya, mengabaikan Minho yang masih setia berdiri di ambang pintu.
"Masuk." titah yang lebih tua seraya memakai sendal rumahnya. Menatap dingin pemuda dengan perban di jidat yang masih berdiri di ambang pintu yang terbuka.
"Mana berkasnya?"
"Ada, di dalam."
"Aku kesini cuma mau ambil berkasnya aja ya, terus pergi."
"Pergi kemana? Punya rumah?"
Hening. Minho sukses dibuat bungkam.
"Asal kamu tahu, selama kamu tidak pulang ke rumahmu dan berkeliaran tidak jelas di luar sana, kamu cuma bakal bikin saya selalu kena masalah."
Chan tiba-tiba berjalan mendekat ke arah yang lebih muda. Tak lupa dengan tatapan mengintimidasinya.
"Jadi, masuk sekarang juga, atau saya antar kamu ke rumah ayahmu."
---
---
---
"Ck! Pasti gara-gara ayah." gumam Minho kesal seraya tangannya bergerak melepas hoodie-nya. Hingga suara pintu kamar yang terbuka berhasil mengejutkannya, menampilkan Chan yang menerobos masuk begitu saja dengan membawa sebuah selimut tebal.
"Ketok dulu kek sebelum masuk!" Minho refleks menutupi tubuh toplessnya.
Yang lebih tua hanya memandang datar lalu melempar selimut dalam genggamannya ke atas kasur, "Mandi dulu sebelum tidur, saya ga mau bau badan kamu nempel di kasur."
"Emang badan gue sebau itu apa?" Minho menggumam lalu mencoba untuk mencium aroma tubuhnya sendiri.
"Dan juga, saya bukannya mau menampung kamu di sini terus-terusan ya, jadi alangkah baiknya kamu punya rencana untuk segera mencari pekerjaan."
"Iya, ngerti kok,"
Chan hampir saja beranjak dari sana jika pemuda itu tak menahannya, "Om tunggu dulu,"
"Apa lagi?"
...
"Aku— laper.."
---
---
---
"Om, ga makan?" setelah bertanya dalam rangka barbasa-basi Minho menyuapkan sesumpit mie instan ke mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
P.O.U (playlist of us) | Banginho✔
Ficción GeneralChan dengan karakternya yang dingin dan tegas harus menerima kenyataan jika Minho dengan segala masalah yang dibawanya perlahan-lahan masuk dan menjadi bagian dari kehidupannya. Namun, perlahan ia menyadari, semua tentang Minho tak selamanya buruk...