--- track 0
---
---
"Om, aku kira om ini CEO, ternyata cuma HRD?"
"Saya memang CEO."
Sekilas Minho membeo tanpa suara. Sedikit tak puas dengan jawaban pria dewasa yang kini nampak mengecek berkas lamarannya. Ah, ijazah sarjananya.
"Kamu memang anak dari kolega bisnis saya, Tapi tidak menjamin kamu akan saya terima di sini. Jadi tolong jaga etika kamu."
Oh baik, apa Minho baru saja salah bicara?
"Nilai kamu terlalu pas-pasan untuk bisa mengambil tempat di perusahaan saya." yang dewasa nampak mengemasi kembali berkas-berkas lamaran Minho ke dalam map, "Ditambah CV kamu berantakan. Saya tidak bisa memperkerjakan orang bodoh di sini."
Apa?
Minho menganga nyaris tak percaya. Apa ia baru saja dikatai bodoh?
"Nilai bukan segalanya." Minho berusaha membela diri.
"Begitu? Lalu kamu punya skill apa? Yang bisa menunjang perusahaan saya menjadi semakin maju. Saya mau dengar." pria dewasa yang rupanya adalah Chan itu mencoba untuk bertanya, seprofesional mungkin, walau pemuda yang kini tengah duduk di hadapannya ini sangat jauh dari kata profesional.
Nampak jelas pemuda itu diam seribu bahasa, sesaat nampak ingin angkat suara tapi kembali ditelannya.
"Tidak ada yang bisa diharapkan dari lulusan uang seperti kamu. Silakan, pintu keluarnya di sana." Chan mengisyaratkan pemuda itu untuk mempersilahkannya segera pergi dari ruangannya. Ia sudah merasa cukup. Kesimpulannya, Minho jauh dari kualifikasi untuk bisa bekerja di perusahaannya.
---
---
---
Miya, gadis dengan penampilan tomboy itu hanya bisa menghela nafas menatap sahabatnya yang kini tengah meminum rakus ice americanonya.
"Gila, seumur-umur gue hidup belum pernah nemu orang sejahat itu. Seenak jidat ngatain gue bodoh, gue kan kuliah bisnis emang karena dipaksa, sama sekali ga ada minat."
Seraya mendumal, Minho nampak mengobrak-abrik ranselnya, "Mampus, berkas lamarannya ketinggalan di sana."
"Ya ampun, Minho.." Miya menepuk jidatnya tak habis pikir.
"Bodo lah.. mungkin pertanda kalau gue emang ga harus kerja kantoran. Males banget."
"Terus sekarang gimana? Lo mau tinggal di mana? Kalau lo ga kerja lo mau makan apa? Minho, maaf gue ga bisa bantuin lo terus-terusan, lo tau sendiri kan? Gue juga hidup pas-pasan. Dan soal tempat tinggal... gue kan cuma tinggal di apart kecil, terus gue cewek dan lo cowok, rasanya ga pantas aja kalau ngajakin lo tinggal sama gue." Miya berusaha menjelaskan dengan hati-hati, takut jika ia akan menyinggung si sahabat.
"Iya.. Gue ngerti kok, sorry ya kalau gue udah banyak ngerepotin lo," sekilas Minho menghembus lelah, "Gue bakal cari kerja lagi besok, kerja apa aja asal gue bisa makan."
KAMU SEDANG MEMBACA
P.O.U (playlist of us) | Banginho✔
General FictionChan dengan karakternya yang dingin dan tegas harus menerima kenyataan jika Minho dengan segala masalah yang dibawanya perlahan-lahan masuk dan menjadi bagian dari kehidupannya. Namun, perlahan ia menyadari, semua tentang Minho tak selamanya buruk...